07

660 72 8
                                    

Setelah seminggu penuh diopname, Doyoung akhirnya sudah diperbolehkan dokter untuk pulang. Memarnya di tubuhnya memang belum terlalu banyak yang pudar, tapi setidaknya dia sudah tidak merasa pusing atau meringis kesakitan lagi. Nafsu makannya pun mulai membaik. Hanya saja beberapa obat yang didapat memang memberikan efek samping mual, jadi Doyoung harus berhati-hati saat makan.

Begitu kembali ke sekolah, Doyoung terkejut melihat Junkyu yang rupanya kini akrab dengan Jaekyung. Dia sampai tidak berani makan siang bersama karena Jaekyung yang terus menempeli Junkyu. Alhasil dia pun memilih untuk duduk di meja lain yang jauh dari meja Junkyu.

'Apa sih rencananya kak Ajun? Kok dia tau-tau deket sama Jaekyung?' batinnya penasaran.

Doyoung mendadak mengalihkan pandangannya saat melihat ada Junghwan yang sedang mengantri mengambil jatah makan siang. Dia berharap anak itu tak melihatnya duduk sendirian. Namun sayang, mata Junghwan terlalu tajam untuk tidak menyadari keberadaan Doyoung. Jadilah dia langsung menuju meja yang Doyoung tempati dengan raut wajah senang.

"Kak Doyoung!" seru Junghwan heboh. Hal itu membuat perhatian beberapa orang angsung tertuju pada Doyoung yang berpura-pura sibuk dengan makanannya. Termasuk Junkyu dan Jaekyung di meja lain.

'Kali ini gue bersyukur ada Junghwan yang bisa nemenin Doyoung biar ga makan sendirian. Maaf, dek. Kak Ajun perlu jauhin kamu sebentar buat rencana ini supaya berhasil...'

.

.

"Junkyu..." panggil Jaekyung pelan.

"Ya?"

"Kamu kan kelas 3-2, berarti sekelas sama Doyoung?"

Junkyu mengangguk. "Semeja malahan."

Jaekyung tersenyum palsu. Dia dengan berani menggenggam tangan Junkyu. "Hati-hati, Jun..."

Junkyu melirik tangan Jaekyung lalu menatap gadis itu sambil tersenyum manis seperti biasa. "Hati-hati kenapa?"

"Doyoung itu.....anaknya manipulatif."

Susah payah Junkyu harus mempertahankan senyumnya walaupun dia sudah gatal ingin marah dan memaki gadis itu. "Yang bener? Di gue dia keliatannya lemah. Makanya di awal gue masuk, gue sempet tolongin dia dari gengnya Minjae. Anaknya juga ga banyak omong..."

"Iya, Jun. Dia emang lemah dan jadi korban bully di sekolah ini. Tapi dia itu juga manipulatif orangnya. Di awal kenaikan kelas tiga, dia udah ngerebut surat rekomendasi yang harusnya jadi hak gue..." ucap Jaekyung seraya memasang raut wajah sedih. Junkyu balas menggenggam tangan Jaekyung.

"Segitunya? Wah, bisa-bisanya gue ketipu sama tampangnya. Gue jadi nyesel udah nolongin dia. Mana jadi suka nempel ke gue..."

Junkyu bersikap seakan dia sudah termakan omongan Jaekyung. Dia bisa melihat Jaekyung yang sedang berusaha menahan senyum. Dia akan ikuti apapun yang diucapkan Jaekyung tentang Doyoung. Ia merasa dirinya harus bisa mendapatkan kepercayaan Jaekyung sepenuhnya agar gadis itu mau membuka topengnya di depan Junkyu.

"Lo ga pernah diapa-apain kan, Jaekyung?"

Jaekyung menggeleng. "Doyoung itu kan sebenernya lemah. Dia milih lakuin semuanya diem-diem. Jadinya gue juga ga punya bukti buat buktiin kalo dia ngambil surat yang jadi hak gue."

Junkyu menatap layar ponselnya yang gelap. Beruntung dia merekam semua percakapannya dengan Jaekyung. Dirinya sudah menduga kalau saat Jaekyung melihat Doyoung, dia pasti akan mengatakan segala hal yang membuat Doyoung terlihat buruk di mata Junkyu. Sangat jelas sekali kalau gadis itu berusaha menjadikannya sekutu.

"Kalo gitu gimana pas pulsek nanti gue hajar dia? Enak banget sembarang ngerebut hak lo."

Jaekyung menggeleng dengan cepat. Raut wajahnya dibuat panik. "Nggak usah, Junkyu. Dia ga bakal ngaku kalo dituduh sekalipun. Gue gapapa, kok. Lagian nanti gue bisa ajuin permohonan lagi untuk surat rekomendasi itu lewat wali kelas gue..."

HaruKyu - The PlanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang