06

664 71 2
                                    

"Ini buat lo, kak. Semoga cepet sembuh, ya?"

Doyoung menatap parsel buah dari Junghwan dengan mata melotot. Ukuran parselnya terbilang sangat besar dan tidak mungkin jika hanya dimakan sendiri.

"Gue pilihin buah-buahan yang paling bagus dan fresh pokoknya. Jangan lupa dimakan, lho."

"I-iya. Makasih banyak...uh..Junghwan. Nanti pasti gue...makan semua kok."

Junghwan tersenyum senang mendengar jawaban Doyoung. Dia lalu beralih menatap Jihoon dan Mashiho yang sedang duduk di sofa. Tanpa bertanya apapun, Junghwan menunjuk Jihoon. "Kakaknya kak Doyoung, ya? Salam kenal ya, kak! Nama saya Junghwan!" ucapnya penuh semangat.

Jihoon tersenyum kikuk. Dia menjabat tangan Junghwan yang terulur ke arahnya. "Iya iya. Gue kakaknya Doyoung. Ahaha. Salam kenal juga, Junghwan. Nama gue Pa— eh, Kim Jihoon."

Junghwan memiringkan kepalanya. "Pa?"

"Oh, itu gue nyaris salah ngenalin diri pake nama samaran gue di game."

"Ooh. Gue di game pake nama asli sih, kak. Cuma ga sebut marganya aja. Bingung abisnya milih nama samaran yang bagus.

Junkyu berusaha mengalihkan perhatian Junghwan. "Udah duduk dulu lu, Junghwan. Dari tadi pecicilan muterin toko buah ni anak."

Junghwan nyengir. Dia lantas duduk manis di samping Jihoon yang masih merasa tegang dengan kebohongannya. Untung tadi dia dan Mashiho sudah diberitahu lebih dulu oleh Junkyu.

"Junghwan mau makan? Ada banyak cemilan, nih..." tawar Mashiho. Dia sadar dari tadi Junghwan melirik ke atas meja dimana banyak kue dan roti dari kafe mereka terhampar.

Mendengar tawaran itu, mata Junghwan langsung berbinar. "Boleh?"

"Boleh banget. Sini pilih mau yang mana? Ini kue dari kafe kakaknya Doyoung..."

Junghwan menatap Jihoon penuh antusias. "Kak Jihoon punya kafe? Wah, keren! Kapan-kapan boleh mampir, kan?"

"I-iya, boleh. Kamu ini semangat banget anaknya, ya?" Jihoon tersenyum kikuk. Dia lantas melirik Junkyu yang duduk di samping tempat tidur Doyoung. 'Sebenernya pemilik utama kafe ya si Juna. Tapi Cio ga salah juga bilang itu punya kakaknya Doyoung. Tapi kan kakaknya Doyoung bukan gue.' batinnya sembari bermain mata dengan Junkyu yang juga diam-diam merasa gugup.

'Duh, cepetan pulang kek ni anak...'

.

.

.

.

.

Harapan Junkyu sayangnya tidak terkabul karena Junghwan sudah dua jam berada di rumah sakit, dan tidak nampak keinginannya untuk pulang. Tapi di sisi lain, Junkyu juga harus berterima kasih karena Junghwan membelikan banyak lauk untuk makan malam tiga orang yang menunggui Doyoung. Jadinya mereka tidak perlu pergi keluar lagi untuk cari makan malam.

"Ih, bang Ruto mah..." Junghwan merajuk saat membaca pesan di ponselnya. Junkyu dan tiga orang lainnya serempak menoleh ke arah pemuda tinggi itu. "Orang masih asik di sini udah disuruh pulang aja..."

Raut wajah Junkyu seketika berubah cerah. "Kenapa, Hwan? Udah disuruh pulang lu?"

Junghwan mengangguk ke arah Junkyu dengan bibir manyun. "Iya nih, kak..."

"Mau gue anterin?"

Junghwan menggeleng. "Ga usah, kak. Gue minta jemput bang Ruto aja. Tapi lo mau kan kak temenin gue sampe lobi depan?"

Junkyu mengangguk. "Gak masalah."

Junghwan pun memakai tasnya kembali lalu berpamitan pada semua orang. "Pulang dulu ya, kakak-kakak. Buat kak Doyoung, semoga cepet sembuh. Nanti begitu udah keluar dari RS, kasih tau aja siapa yang hajar kakak, biar gue hajar balik."

HaruKyu - The PlanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang