10

768 76 6
                                    

"Hah?! Kok bisa si Haruto tau identitas lo, Jun?!!"

Yoshi dan yang lainnya syok saat Junkyu memberitahu kalau identitas aslinya diketahui oleh Haruto. Saat ini Junkyu dan gengnya sedang berkumpul di kafe yang baru saja tutup. Doyoung sendiri sudah pulang dan tidur dari pukul delapan tadi karena kecapekan belajar.

"Tu anak ngeliat kertas hasil lab Doyoung dan ngeliat nama gue sebagai wali pasien. Trus dia ke rumah sakit, nyogok petugas sana buat minta informasi Doyoung. Trus dia entah kemana lagi, yang intinya dia tau identitas asli gue. Lagian anak holkay macem dia mah kayaknya bakal gampang aja nyari informasi tentang sesuatu."

"Iya juga, sih. Orang macem Haruto itu mah tinggal nyuruh-nyuruh anak buah bapaknya juga langsung tring dapet." celetuk Yoshi yang tentu mengingat seperti apa keluarga Haruto. "Perlu gue bilang ke bu Boa ga, Jun?"

Junkyu menggeleng. "Udah ga usah. Ini biar jadi urusan gue sama tu anak curut aja." ujarnya yang mendadak emosi karena mengingat wajah Haruto. Junkyu pun mengacak rambutnya. "Betewe, dia bilang katanya hari sabtu kemaren ke sini. Paji atau Cio liat ga?"

"He? Kita kan ga tau muka si Haruto itu macem mana, Jun..."

Junkyu mengambil ponselnya lalu mencari foto Haruto di halaman website perusahaan keluarganya. Junkyu sudah jelas tidak mungkin menyimpan foto Haruto di galeri ponselnya. Setelah ketemu, dia tunjukkan layar ponselnya pada Jihoon dan Mashiho.

"Oooh! Iya, bang! Ni anak ke sini kemaren sabtu. Dia dateng ga lama abis lo keluar nyamperin si adek di gang. Gue yang layanin pesenannya, makanya gue inget."

"Mesen lumayan banyak juga dia. Sebagian makan di sini, sebagian dibungkus. Ada itu total harganya tiga ratus lebih." celetuk Jihoon melengkapi penjelasan Mashiho.

Jaehyuk yang tadinya sedang santai tiduran di paha Asahi langsung terduduk. "Buat sendiri aja abis sampe tiga ratus? Perutnya nampung banyak apa gimana?"

Junkyu menghela napas panjang. "Paling dia beliin buat Junghwan yang emang dasarnya tukang makan."

"Junghwan yang kemaren jenguk adek? Itu adeknya si Haruto ini?"

"Iyes. Adek sepupu lebih tepatnya. Tapi udah lengket banget kemana-mana kudu barengan."

Junkyu lantas berdiri dan memakai jaketnya. "Udah ah, gue cabut duluan. Udah jam sepuluh."

Asahi melirik arlojinya. "Tumben jam sepuluh cabut, bang? Biasanya bang Oci doang yang cabut duluan?"

Yoshi tertawa. Dia juga ikut berdiri dan memakai jaketnya. "Si Juna kan besok kudu sekolah, Sa."

Jihoon dan yang lainnya tertawa. "Oh iya! Gue lupa Juna lagi mode anak sekolahan! Wahahaha!"

Junkyu memeletkan lidah ke arah Jihoon. 'Tawa aje lo, Ji. Udah ah, gue sama Oci pulang duluan, ye?"

"Yoo~ Ati-ati di jalan lu berdua. Salam buat si adek." Jihoon dan yang lain melambaikan tangan. Biasanya selain Yoshi yang pulang cepat, Junkyu akan stand by berkumpul dengan teman-temannya itu sampai pukul dua belas malam atau lebih. Sayangnya untuk beberapa bulan ini dia tidak akan bisa berkumpul hingga selarut itu. Tapi dia tidak masalah karena itu dilakukan untuk adik kesayangannya.

"Jadi gimana, Jun? Kata lo si Jaekyung lusa udah masuk lagi, kan?"

Junkyu memakai helm dan sarung tangannya dengan rapat. "Besok kita obrolin soal ini ke bu Boa dulu. Pengennya sih gue lakuin ini di jam pelajaran terakhir aja gitu. Biar begitu kelar, kita bisa langsung pulang."

Yoshi mengangguk setuju. "Oke. Besok gue dateng lebih pagi, deh."

"Sip."

Junkyu dan Yoshi pun menyalakan motor masing-masing lalu berkendara beriringan hingga akhirnya berpisah di salah satu titik jalan menuju rumah mereka masing-masing. Keduanya saling membunyikan klakson sebagai tanda berpamitan pada satu sama lain.

HaruKyu - The PlanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang