"Kalau begitu kami izin pamit dulu ya, Pak, Bu." Pamit Gibran, setelah ikut membantu mengajar di SMA Jagawana.
Gibran sih cuma bantuin Brian aja yang ikut dalam kegiatan belajar mengajar sebagai mahasiswa pendidikan agama islam.
Satu yang Gibran ketahui, Brian ternyata anaknya ngemong banget. Alhasil, semua murid yang diajar sama Brian tuh keliatan seneng.
Udah gitu caranya menyampaikan pelajaran, beneran eye catching. Pemahaman soal agama nya juga patut diarungi jempol. Karena kebanyakan ulahnya bikin Brian kelihatan gak kayak mahasiswa PAI.
"Ya, ya Mas Gibran dan Mas Brian. Terimakasih sudah berkunjung ke sekolah kami." Jawab Pak Rifnu, selaku kepala sekolah SMA Jagawana.
"Oh ya, Mas Brian bisa kembali mengajar agama islam di kelas sebelas. Jadwalnya hari selasa dan kamis saja, ya Mas." Sambungnya.
Brian mangut-mangut, seraya tersenyum dengan sopan.
"Iya, terimakasih banyak Pak."
"Terimakasih sudah mau menerima kami di sekolah bapak."
Pak Rifnu terkekeh kecil, sesekali menepuk bahu Brian dan Gibran pelan.
"Sama-sama. Saya malah bangga, sekolah ini dibantu oleh mahasiswa berbakat seperti kalian."
Brian dan Gibran menundukkan kepalanya, tanda hormat dan berterimakasih.
"Mari Pak, kami tinggal dulu. Ibu, bapak yang lain juga, kami pamit dulu."
"Iya mangga, hati-hati."
Baru lah Brian dan Gibran keluar dari ruang kepala sekolah. Juga ada beberapa guru yang ikut hadir di sana.
Setelah berjalan untuk mengambil sepeda, beberapa anak bergerombol menyaksikan mereka.
Brian sama Gibran layaknya sebuah pemandangan yang sedap dipandang lama-lama.
Brian menyugar rambutnya ke belakang, bikin jeritan tertahan dari pada siswi yang melihatnya.
"Ya allah, gusti!! Kasep pisan!"
Brian tersenyum penuh percaya diri mendengarnya. Memang sengaja sih, dia menyugar rambutnya begitu. Brian emang suka flexing ke-kecean-nya.
Sesekali melirik ke arah Gibran yang terlihat jengah.
"Dih? Cakep elo?"
"Sirik aja, heran." balas Brian tak peduli Gibran mau bilang apa.
Jelasnya, dia suka dibilang kasep sama siswi-siswi SMA.
Gibran berdecih.
"Aa Gibran, tunggu!"
Gibran dan Brian menghentikan langkah, segerombolan siswi kelas sebelas berlarian ke arah mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
KKN Benefits
Teen FictionAda mitos KKN, katanya. Jika yang memiliki kekasih maka hubungannya akan kandas karena sejatinya yang ada di hati akan kalah dengan yang dilihat setiap pagi. Perlahan, apa yang telah dipertahankan akan runtuh juga, termasuk perasaan pada pasangan y...