Sebuah motor yang dipakai Gibran itu mulai menjauh dari gerbang masuk SMA Jagawana menuju Sekolah Dasar tempat Farra mengajar. Gibran sebagai mahasiswa kedokteran mengadakan seminar kesehatan untuk siswa-siswi SMA Jagawana.
Biasanya ia akan datang bersama Brian yang juga mengajar Pendidikan Agama islam di sini. Namun, karena tidak ada jadwal mengajar hari ini, Brian memilih untuk pergi ke tempat lain. Ini lah yang menjadi alasan dirinya berpasangan dengan Farra.
Dari SMA Jagawana ke SDN Amerta itu gak jauh-jauh amat. Sepuluh menit kurang lebih, Gibran udah sampai tepat di depan gerbang. Ternyata, Farra juga sudah menunggunya di sana. Dari penglihatan Gibran, ia menemukan Farra tengah berdiri di samping gerbang sambil menenteng ponselnya. Beberapa anak yang pulang juga terlihat menyapanya. Lantas, motor yang dipakainya itu berhenti tepat di depan Farra. Dapat Gibran lihat, gadis itu terperanjat kaget.
"Sorry kalo lama." Ujar Gibran menyapa duluan dengan cara berbeda.
Farra mengangguk, Karena di sekolah tempatnya mengajar sedang ada lomba latihan menari untuk pentas, jadi kepulangan warga sekolah pun menjadi sedikit lambat. Latihan baru selesai jam empat tadi. Farra hanya menunggu Gibran selama dua puluh menit saja.
"Gak apa-apa." Balas Farra seadanya, gadis itu naik ke jok motor belakang.
Tidak ada pembicaraan apapun lagi. Baik Gibran ataupun Farra keduanya memilih untuk diam saat di perjalanan menuju pulang.
Keheningan itu terus berlanjut sampai di posko. Farra turun dari motor, membuka sepatunya di teras, dan siap masuk ke dalam. Sementara, keadaan di posko masih sepi. Orang-orang belum pulang, hanya dirinya dan Gibran yang sudah sampai.
Sedangkan, Gibran tengah memarkirkan motor yang dipinjamkan Pak Gumelar pada anak-anak KKN. Pria itu terlihat mendekat ke arah Farra, ikut membuka sepatunya juga dengan duduk di teras, tepat di samping Farra.
Baru saja Gibran duduk, Farra siap untuk bangkit. Namun, penuturan Gibran sukses membuatnya menghentikan langkah. Farra kembali terduduk begitu Gibran bertanya sesuatu.
"Lo..." Gibran diam sebentar.
"Kabar lo gimana setelah putus?" Lanjutnya, hati-hati.Matanya menyusuri wajah Farra yang tampak terkejut saat mendengar tutur katanya. Air muka gadis itu tampak kesal, marah, sekaligus kecewa. Tak seharusnya Gibran bertanya hal itu padanya di saat semuanya sudah selesai. Bukankah hal itu hanya akan membuka luka lama di hatinya?
"Baik, lebih baik malah." Balas Farra seadanya.
Gadis itu bangkit, merangsek masuk ke dalam tanpa melihat ke arah Gibran lagi. Gibran, pria itu malah tersenyum miring mendengarnya.
"Bagus deh. Soalnya adek gue juga udah bahagia sekarang," Lanjut Gibran kembali menarik atensi Farra.
Farra yang baru saja sampai di ambang pintu, tentu saja mendengar kalimat yang Gibran lontarkan.
"Ikut seneng dengernya," timpal Farra berusaha untuk tak acuh. Namun, ada satu hal yang mengganjal di hatinya.
Gibran menarik bibirnya tipis ke atas, sambil melepas sepatu ia kembali berujar.
"Makannya, jangan sampe lo ganggu rasa tenang yang Wildan punya―"
Belum sampai Gibran menamatkan kalimatnya, kontan Farra menyela dengan tatapan menyalak.
Maksudnya apa? Seperti itu kira-kira makna dari tatapan galak itu.
"Gimana?"
"Lo yang bikin postingan itu, kan?" Tutur Gibran.
Gibran seakan sangat mengetahui siapa dalang di balik postingan yang dibahas Arumi waktu lalu.
"Maksud lo? Bukan gue yang bikin!" Tegas Farra tak terima sekaligus tak mengerti dengan apa yang Gibran katakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
KKN Benefits
Teen FictionAda mitos KKN, katanya. Jika yang memiliki kekasih maka hubungannya akan kandas karena sejatinya yang ada di hati akan kalah dengan yang dilihat setiap pagi. Perlahan, apa yang telah dipertahankan akan runtuh juga, termasuk perasaan pada pasangan y...