🍀 Demam 🍀

1.2K 178 55
                                    

Farra membuka matanya perlahan, lantas segera bangun dari tidurnya. Ia duduk di ranjang, mengedarkan matanya ke sekitar. Siapa yang terdengar menggigil malam-malam begini, pikirnya.

Gadis itu bangun sebab ada suara menggigil khas orang kedinginan. Farra celingukan, orang-orang yang tengah tertidur di atas ranjang di sekitarnya tertidur pulas. Lantas, suara itu berasal dari mana?

Pikir Farra melayang, berpikir yang tidak-tidak. Di kepalanya berkecamuk bayangan hantu desa adat cimeong yang mungkin saja sedang menganggunya.

Farra merinding seketika, lalu ia kembali menarik selimut sampai kepala, kembali tidur dengan pura-pura tak mendengar suara-suara yang telah di dengarnya.

Namun, suara itu makin terdengar begitu jelas, Farra tentu saja tak bisa tidur kembali. Ia mengintip dari balik selimut, pandangannya tak sengaja mendapati sosok bertubuh tegap, besar, dan tinggi. Berdiri memunggungi Farra, gadis itu membulatkan matanya tak percaya. Rasanya ia ingin teriak dengan mata melotot saking kagetnya.

Sayup-sayup sebuah suara menyadarkan Farra dari rasa terkejut.

"Van? Lo sakit?" Suaranya serak, khas orang bangun tidur.

Mendengar suara itu, Farra segera menyibak selimut yang menutupi tubuh dan wajahnya. Tersadar akan pikiran negatif soal sosok hantu desa yang terbesit di kepalanya.

"Malik?" Panggilnya pelan.

Pria bertubuh tegap, tinggi, dan besar itu segera menghadap Farra dengan mata setengah terbuka dan rambut yang berantakan.

"Far? Lo gak tidur?" Tanyanya pelan.

Farra tidak menjawab, namun segera turun dari ranjang dan mendekat ke arah Malik.

"Gue denger suara orang menggigil, ternyata Evan ya?" Tanyanya dengan suara rendah, kemudian melihat langsung kondisi Evan yang sedang terbaring di ranjang di atas.

Farra harus menaiki anak tangga untuk melihat kondisi Evan.

Pria itu memejamkan matanya, mengeratkan selimut, dan menggigil kedinginan. Farra segera menempelkan telapak tangan di dahi Evan, dan panas. Sepertinya, cowok itu sedang demam.

"Panas, Lik. Harus dikompres," ungkapnya pada Malik.

Malik segera mengucek matanya, berusaha untuk melek.

"Gibran bawa bye bye fever, mintain dong, Far," pinta Malik kemudian, ia terduduk di tepi kasur. Sepertinya, rasa mengantuk masih sedikit menguasai dirinya.

Farra segera menggeleng, hubungan Farra dan Gibran sedikit tidak bagus sebab tempo hari Gibran menegurnya agar tidak memberikan harapan palsu pada adiknya, Wildan. Farra gak mau berurusan dengan pria itu.

"Gak, lo aja."

"Plis, Farr. Gue gak ada tenaga buat bangunin orang," ujar Malik keukeuh meminta Farra untuk melakukannya.

Lantas, perdebatan mereka berhasil membangunkan Arumi. Gadis itu duduk di ranjang, mengusap wajahnya pelan. Kemudian, turun dari kasurnya yang berada di atas.

Sedari tadi, gadis itu sebenarnya sudah terbangun sebab mendengar suara menggigil Evan. Namun, sama seperti Farra yang parno, Arumi memilih diam. Bahkan percakapan Farra dan Malik sayup-sayup ia dengarkan sambil berusaha membuka matanya lebar-lebar sebab rasa kantuk yang luar biasa.

Maklum, hari ini lumayan ekstra, jadi Arumi capek banget malam ini.

Tanpa diminta sebab sudah dengar dari Malik kalau Gibran sang calon dokter bawa bye bye fever, Arumi segera berjalan ke arah ranjang pria itu.

Arumi yang berjalan agak sempoyongan, segera duduk di tepi ranjang Gibran yang kosong sebab si empu tertidur menyamping. Tangannya segera mengguncang tubuh Gibran seraya memanggil-manggil pria itu.

KKN BenefitsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang