"Evan! Lagi ngapain?" Arumi manggil Evan yang baru aja menepikan motornya di depan minimarket.
Tadi, Arumi sendiri habis dari minimarket buat beli pembalut. Iya, dia lagi dapet dan hari ini udah jadi hari ketiganya.
"Mau beli susu beruang. Elo sendiri? Habis beli sesuatu ya, Mi?" tanya Evan ramah. Nggak lupa, sama senyumnya yang khas.
Evan itu indah banget, serius. Ketika dia senyum, matanya menyipit tapi nggak bikin dia merem, hidungnya mancung kayak perosotan, kulitnya putih bersih,rambutnya rapih, stylist, dan bibirnya merah alami. Keliatan banget kalau cowok ini jauh dari yang namanya nikotin.
Liat Evan senyum, spontan bikin Arumi menarik sudut-sudut bibirnya ke atas. Terus dia mengangguk pelan, seraya berkata.
"Iya nih. By the way, gue duluan ya, Van." Arumi memilih buat pamit aja. Mungkin karena dia lagi buru-buru dan nggak ada topik yang perlu dibahas lagi sama Evan. Karena emang yang namanya temen baru, rasa canggung masih menguasai mereka.
Evan ngangguk denger Arumi pamit, senyum manisnya masih menghiasi wajahnya yang glowing itu.
"Oke, Mi. Hati-hati ya."
"Hahaha, oke-oke makasih. Lo juga hati-hati!"
Sebelum turun dari motornya, Evan liatin punggung Arumi yang mulai menjauh. Cewek yang baru dia kenal itu bikin Evan kagum sejak pertama kali bertemu. Alasannya masih klasik, sama kayak orang lain saat tau Arumi masuk jurusan teknik mesin.
Arumi sendiri jalan kaki buat balik ke rumahnya. Karena jarak dari minimarket ke rumahnya itu deket banget, makannya dia kaget waktu liat Evan mau belanja di sana.
Arumi liat layar ponselnya buat cek jam, ternyata baru jam sembilan pagi. Makannya dia belum mandi, ke minimarket pun Arumi bare face dan masih pakai piyama semalam.
Jalan selama lima menitan, Arumi udah sampai di depan rumahnya. Rumah sederhana yang di dominasi warna putih dan tanaman itu hanya ditinggali oleh Arumi dan kedua orang tuanya. Arumi itu anak bungsu, dia punya kakak perempuan yang udah nikah dan yang pasti kakaknya itu sekarang tinggal sama suaminya di pekan baru.
Di pekarangan, di kursi depan ada Babeh Rosid yang lagi santai. Kayak biasa, bapaknya Arumi itu cuman pakai sarung sama kaos oblong. Di mejanya ada kopi hitam dengan gelas besar dan sepiring pisang goreng.
"Aduh, Babeh Rosid mantap banget pagi-pagi gini udah ngopi aja." Canda Arumi.
"Yoi dong, kalau udah tua begini ya tinggal menikmati hasil."
Arumi itu dilahirkan dalam keluarga sederhana yang harmonis. Meskipun keliatan santai dan suka bercanda, dan sekilas kayak pengangguran berpengalaman, nyatanya Babeh Rosid itu punya banyak kostan dan kontrakan. Sarungan gitu, penghasilan terus masuk ke saku.
KAMU SEDANG MEMBACA
KKN Benefits
Roman pour AdolescentsAda mitos KKN, katanya. Jika yang memiliki kekasih maka hubungannya akan kandas karena sejatinya yang ada di hati akan kalah dengan yang dilihat setiap pagi. Perlahan, apa yang telah dipertahankan akan runtuh juga, termasuk perasaan pada pasangan y...