Nadine tersenyum lebar menyambut kedatangan Barraq setelah bereuforia bersama anggota paskibraka. Di bawah beringin tempat biasanya anak kelas 12 nongkrong mereka saling berbalas peluk. Patrick bersiul menggoda sebelum ikut bergabung seperti teletubbies.
"Mau nangis kamu keren banget!" ujar Nadine setelah pelukan mereka terurai.
"Makasih."
"Coba kalau dulu aku masuk Paskibraka, posisi Barraq Adirajasa bakal tersingkirkan," nyinyir Patrick.
Nadine memutar bola matanya, "Gimana mau masuk paskib rambutmu aja gondrong, gak jelas cowok opo cewek."
"Sembrono! Aku cowok maco!"
"Kamu gak maco!" Nadine menginjak kaki Patrick, tidak peduli cowok itu meringis sakit, "Bayangin nih Raq, dia abis putusin empat cewek pagi ini, heran deh kapan tobatnya!"
"Kayak gak tau aja toh, pokoknya kalau aku udah gak gondrong artinya udah tobat."
"Kasih tau bung slogan barumu ke Nadine," ujar Barraq memanas-manasi.
"Kan ku arungi tujuh laut samudra, kan kudaki pegunungan himalaya, apapun akan kulakukan sampai kutemukanmu sayang."
"Gak tau deh diputaran keberapa kamu belok ke pangkas rambut," balas Nadine menohok, membuat tawa Barraq pecah.
Dimata Nadine tawa Barraq dan Patrick yang paling terbaik. Mereka berdua malaikat tak bersayapnya, keluarga, sahabat yang sangat berharga!
Nadine tahu semua hubungan bisa berakhir dan ia tak ingin persahabatan mereka berakhir karena perasaan bernama cinta hinggap diantara mereka.
Nadine tidak pernah percaya cinta. Semua akan tiada, begitu pula cinta.
"Kita bertiga harus foto bareng! Tahun lalu gak bisa fotbar karena Barraq jauh kan, sekarang harus!"
"Raq cariin fotografer, bos besar sama nyonya tunggu sini," titah Patrick.
Meski sempat menghadiahkan jari tengah untuknya Barraq tetap beranjak dari tempatnya. Ditengah lapangan Barraq menghampiri junior yang terkenal bagus jepretannya.
"Bro bisa tolong fotoin?"
"B..bisa bang, bisa."
"Ih Tono, kan kita duluan, Raq minimal antrilah."
"Sorry-sorry gak liat Dir, foto mereka dulu aja Ton," ujar Barraq baru menyadari gerombolan wanita menggunakan kostum tari sedang bersiap diambil posenya.
"Gakpapa bang kalo mau duluan, ini dari tadi gak selesai-selesai."
"Cewek harus jadi prioritas," kata Barraq menepuk pundak cowok itu.
Ratu kira cowok itu akan beranjak namun dia masih di sana, memperhatikan mereka. Jiwa dan raganya terkutuk seolah terpanah pada Barraq Adirajasa. Pose dan senyumnya yang tadinya leluasa berubah kaku. Ratu berpaling ketika mata keduanya bertemu.
Kamu cuma aye kontak doang, bukannya dilamar! Kenapa kamu tiba-tiba deg-degan? Kenapa kamu keringetan Tu, nanti make-upnya luntur!!
"Pindah sana Raq, temen-temenku jadi kaku tau gara-gara diliatin kamu."
Loh-loh padahal Ceva dan lainnya sudah memberikan senyum terbaik mereka. Tapi sepertinya sikap malu-malunya begitu kentara dimata Dira. Sifa menyenggol lengan ketika yang lain pada bisik-bisik proses gak terima Barraq tercinta diusir.
Barraq menaikan alis, "Senyum aja kali Tu."
"CIEEE!"
Pasalnya gadis itu akan selalu kaku begitu menyadari kehadirannya. Seolah-olah Barraq ini predator hingga Ratu bersikap enggan terlibat dengannya. Padahal mereka sedang dalam rencana. Kadang Barraq merasa Ratu jauh lebih rumit dari pada Nadine.
KAMU SEDANG MEMBACA
Coulomb Owns Love
Teen FictionTentang dua muatan rasa berbeda yang saling berdekatan, dengan jarak yang timbul karena gaya tarik-menarik yang sebanding dengan besar muatan rasa namun berbanding terbalik dengan kuadrat jarak. Jika tidak ditelaah lebih dalam, orang-orang hanya aka...