Coulomb Owns Love - 13

62 9 1
                                    

Selamat membaca, jangan lupa vote dan komennya <9!

***

"Kamu lama-lama makin ngenyel ya kalau ibu bilangin. Oke, besok ibu beliin hape baru. Mulai besok semuanya terserah Berlian, gak usah belajar, main hape aja terus. Jangan dengerin kata ibu, kamu, kan udah gede ya, udah kelas 5 dikit lagi mau smp."

"Enggak ibuu, aku yang salah, maafinn," rengek Berlian dipelukan Ibu Tia.

"Kenapa minta maaf? Kan, ibu yang salah."

"Enggak!"

Menguraikan pelukan mereka, ibu Tia menghapus air mata putri bungsunya. "Ayo ke masmu, curhat gih, mumpung masih jam sebelas, belum malam kok."

"Maunya sama ibuu!"

"Yowes kalau gitu gitu dengerin ibu dulu, umur kamu belum cukup buat punya hape apalagi main instagram, didalam sana gak sepenuhnya baik dek. Nanti ada waktunya, kayak mas Barraq sama mbak Ratu punya hape waktu udah siap dan ngerti. Terus adek ngambek sampe segitunya, itu gak baik. Ibu gak pernah ajarin Lian sopan santun ya?" tanya Ibu Tia.

Berlian menggeleng pelan, "I-iya aku salah, t-tapi aku kayak gitu karena kesel buu. Rachel udah punya hape, katanya kalau mau main harus punya hape, k-kalau gak aku gak bakal ditemenin. Temen aku, kan dikit, nanti aku temen sama siapa kalau bukan sama Rachel?"

Ibu Tia kontan terdiam sesaat.

Diliriknya sang sulung dipojok ruangan yang tengah mengepalkan tangan, dengan gelengan pelan ia mengodekan Barraq untuk tetap tenang. Ibu Tia mengelus rambut halus Berlian, "Memangnya menurut Lian teman itu apa?"

"Orang yang selalu ngajak main. Rachel selalu ngajak aku main jadi aku seneng, soalnya kalau sama Lala, Rachel suka jewer terus dibuat nangis anaknya."

Tiga manusia dewasa dalam ruangan itu saling melirik.

Ternyata bukan Ratu sendiri yang sering merasa takut kehilangan teman. Sayang sekali Berlian harus mengalami hal yang sama.

"Kamu juga ikutan kayak Rachel?" tanya Barraq akhirnya.

Dengan sesegukan Berlian menjawab, "Enggak, aku malah sering kasih tisu aku buat Lala lapin ingusnya. Rachel, kan gak suka Lala karena banyak ingusnya."

Barraq berdecak, "Gak usah ditemenin itu Rachelnya, masih bocah udah punya bakat ngebully. Kamu bisa ikutan masuk penjara loh dek kalau temenan sama dia."

"IBUU LIAN GAK MAU DIPENJARA!!!" tangis Berlian semakin kencang.

"Ya kalau gak mau masuk penjara gak usah temenan sama Rachel," ujar Barraq, berjalan ke arah sofa tempat Ratu duduk. Rasa gugup langsung meningkat seribu persen kala laki-laki jangkung itu mendudukan diri disebelahnya.

"Mas gak gitu cara jelasinnya," sela Ibu Tia.

Berlian kembali mengadu pada ibunya, "Gak mau masuk penjara bu."

Melihat tangis adiknya yang makin menjadi-jadi, Barraq akhirnya beranjak dari tempat duduknya lalu mengelus-elus kepala sang adik. "Iya-iya maafin mas, Lian gak akan masuk penjara kok, tapi gak usah main sama Rachel ya karena yang dia lakuin itu jahat. Mas tau adek mas yang paling cantik ini mau jadi anak baik, kan?"

Berlian mengangguk.

"Udah dong nangisnya." Barraq beralih menatap Ratu," Nah loh, itu mbak Ratu mau ikutan nangis juga."

Gadis itu meremas kedua ibu jarinya. Tuhan tolong pelan-pelan, Ratu belum terbiasa dengan Barraq versi di rumah (ramah). Padahal Ratu tadi sedih mendengar cerita Berlian tapi sekarang entah dimana perasaan itu. Kehangatan Barraq menguapkan semua rasa sedih Ratu menjadi rasa yang sulit diartikan.

Coulomb Owns LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang