Satu

2K 56 2
                                    

"Mama gak mau kamu kuliah di jauh Ra. Kalopun kamu dapet jalur undangan ambil universitas yang deket-deket aja."

"Mama kenapa gak izinin aku ke jauh sih?"

"Kamu pikir hidup di perantauan enak de?"

Menyebalkan, Naura mendengus kesal. Masih pagi tapi topik pembahasannya sudah begini.

"Nurut apa kata mama ya Ra, ayah udah gak bisa nyetir ke jauh. Kalo kamu kuliah di luar kota nanti kita gak bisa sering jenguk, lagi pun siapa yang jaga kamu nanti?"

"Aku udah besar ayah, kalo pun ayah sama mama gak mau jenguk ya gak masalah. Aku juga gak perlu di jagain lagi."

Masih gak mau kalah, Naura masih berusaha bujuk orang tuanya.

"Ambil yang di Jakarta aja ya, nanti tinggal nya sama tante Alya. Biar kalo kemana-mana di anter bang Kaivan."

Naura milih diem, gak minat lagi bales omongan mamanya. Kebayang kan, di saat temannya yang lain sibuk pilih universitas ternama yang di luar kota. Naura malah di tuntut untuk memilih satu pilihan universitas saja.

Masih dengan muka yang cemberut. Naura salim, dan pamit berangkat ke sekolah. Duduk di bangku kelas 12 bukanlah hal yang mudah. Tenaga, fisik, pikiran, terkuras dalam satu waktu. Berbarengan, entahlah.

Naura menyebut nya ini adalah bulan praktek. Bagaimana tidak, satu bulan setelah pulang sekolah semua siswa siswi kelas 12 di wajibkan untuk melaksanakan ujian praktek. Hal itu menjadi syarat wajib untuk menyelesaikan pendidikan di SMA dia belajar.

"Pagi-pagi udah di tekuk aja tuh muka." Sari, teman sebangku Naura berucap.

"Kenapa lu?"

"Kesel banget gw, pagi-pagi bukannya ngomongin apa. Malah ngebahas universitas yang harus gw pilih."

"Lah, maksudnya gimana dah?"

"Tau lah, Mak bapak gw malah nyuruh milih universitas di Jakarta aja. Heran, lagian gw kan udah gede, bukan anak kecil yang harus di jagain."

"Bukannya dulu ayah lo yang suruh buat kuliah di luar kota ya?"

Naura menarik tasnya, menelungkupkan wajahnya disana.

"Iya anjir, dulu tuh dia yang semangat supaya gw bisa kuliah di jauh. Tapi sekarang berubah pikiran, dengan alesan dia sakit gak bisa bawa mobil ke jauh. Takutnya gak bisa jenguk gw, ya kan gw udah gede gak perlu lah setiap saat di jenguk."

Sari menghela nafas, paham betul dengan sifat Naura jika sudah kesal.

"Gak boleh gitu Ra, gw paham lu kesel banget. Tapi setidaknya pilihan orang tua pasti yang paling baik."

"Paling baik apaan, gak bolehin anaknya kuliah di jauh itu paling baik?"

"Bukan gitu anjir, udah ah lu tenangin diri dulu. Kalo lagi begini susah betul di ajak ngobrol." Sari menyerah, jika sudah begini Naura memnag perlu ruangnya sendiri.

Deringan di ponselnya berbunyi, menandakan ada pesan masuk. Naura segera membuka pesannya dan mendapati satu chat masuk dari abang sepupunya. Gadis SMA dengan rambut yang dikuncir itu menghela nafas. Orang tuanya pasti sudah cerita pada keluarganya yang lain.



Bang Kaivan


Gak mau satu almamater kayak abang emangnya?

Bukan gak mau, tapi impianku masuk Unpad bang


Abang tau, tapi adek gak boleh marah gitu sama mama ayah. Mereka pastinya tau yang terbaik buat adek. Mereka khawatir sama adek.

Tidak minat untuk membalas pesannya lagi. Naura memilih untuk mematikan ponselnya dan menidurkan kepalanya diatas tas. Lelah sekali rasanya.


🐡🐡🐡🐡🐡


Kaivan menghembuskan nafasnya kasar, hal itu tak luput dari pandangan ketiga temannya.

"Ngapa lu bang?"

"Santai ajg, nanya sih nanya, gak usah ngegeplak kepala gw segala." Balas Kaivan tak kalah sewot. Pasalnya Dewa bertanya tidak santai tadi.

"Sepupu gw biasa lah, pengen masuk Unpad tapi gak diizinin sama nyokap bokapnya."

"Stress berat itu, jangan di jauhin ege." Sahut Rangga.

"Dulu temen gw hampir aja lewat gegara begitu anjir. Untung aja masih terselamatkan," lanjutnya mendramatis.

Kaivan semakin dibuat pusing, dirinya memijit keningnya pelan. Mau bagaimana pun Naura adalah sepupunya, sudah dia anggap seperti adik kandungnya sendiri. Pastilah masalah begini Kaivan ikutan pusing juga, apalagi ibu dan ayahnya Naura sudah meminta bantuan pada Kaivan untuk membujuk Naura.

Kaivan merasakan tepukan dibahunya, Dirta pelakunya. "Pelan-pelan aja di kasih tau, kadang kala yang menurut kita baik belum tentu baik. Dan ya, yang menurut orang tua baik, jelas baik."












Halo-halo selamat datang!
Ini kisah tentang Biru dan Eila.
Semoga sukakkkkkk!



-Tulipputihhh

Biru EilaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang