Tujuh

680 24 0
                                    

Hari Jumat, bagi Naura hari Jumat adalah hari termenyenangkan semenjak dia menjadi mahasiswa. Bagaimana tidak, hari Jumat hanya ada satu mata kuliah di jam 9. Selepas subuh dia masih bisa memejamkan matanya, dan selepas kuliah dia bisa berleha-leha bersama 2 hari lainnya.

Kali ini Naura berangkat dengan Abang sepupunya, Kaivan. Biasanya cowok akan mencak-mencak ketika menunggu cewek yang lama dalam persiapan, namun berbeda dengan Naura. Dia selalu lebih dulu siap dari pada Kaivan.

"Abang lama banget." Keluh gadis dengan cardigan pink-nya.

"Namanya siap-siap, ya pasti lama adek. Eh itu ngapain udah nangkring di motor aja?"

Naura merotasikan bola matanya malas, "Cepetan deh, udah aku panasin juga ini."

"Abang mau bawa mobil, mangkanya tanya dulu."

"Ck! bawa motor ajaaa, Abang kalo bawa mobil parkirnya pasti di parkiran anak teknik."

Kaivan terkekeh melihat adik sepupunya merengek. Pasalnya setiap membawa mobil Naura sering mengeluh karena selalu menjadi pusat perhatian cowok-cowok teknik.

"Udah gapapa, nanti abang anterin ke kelas adek."

"Emang aku anak kecil."
Naura masih saja misuh-misuh, sampe gak ngeh kalo Kaivan udah ngeluarin mobilnya.

"Oy cil, gausah misuh-misuh begitu. Bibirnya kyak ikan tau gak? Ayo buruan mau ke kampus gak?"

Parkiran kampus pagi ini lumayan sepi, baru ada beberapa orang yang datang ditandai dengan kendaraan yang terparkir disana. Namun ketika Kaivan sibuk memakirkan mobilnya, pandangan Naura jatuh pada mobil yang baru saja memasuki parkiran dan parkir tepat di sebelah mobil Kaivan.

Naura mengernyit ketika Kaivan membuka jendela mobil yang diduduki dirinya, "Abang ngapa-
Kalimatnya terputus, ternyata hal sama juga dilakukan oleh mobil sebelahnya.

Pandangan mereka bertemu seperkian detik dan terputus ketika suara Kaivan yang menyapa cowok itu.

"Tai lo ta, katanya jam 6 lo datang."

"Macet." Katanya singkat sekali.

Kaivan mendengus, harus ekstra sabar menghadapi seorang Dirta Biru Kaivandara itu. Omongannya yang singkat, membuat siapa saja harus mau tidak mau memahami perkataannya.

"Ayo turun, ngelamun aja."

"Ah iya." Naura yang semula memikirkan ada apa dengan dirinya, pagi-pagi sekali harus bertemu seorang manusia yang sedari malam selalu singgah di pikirannya.

"Mau Abang anterin gak?"

"Gak usah."

"Yakin?"

"Yakin abang, udah ya babai."

Baru saja, ya baru saja ingin melangkahkan kakinya. Namun Naura urungkan karena perkataan Kaivan yang membuat dirinya menganga gak percaya. "Tunggu bentar dek."

"Oy ta, lo mau kesekret kan. Ini sekalian adek gw bareng. Suka di gangguin anak-anak katanya."

Biru menatap Naura dengan tatapan datarnya, "Ayo."

"Bang, gak usah aku bisa sendiri." Naura mengeram kesal, apa-apaan ini. Mati-matian dia menghindar dari seorang Biru kenapa Kaivan seenaknya meruntuhkan itu semua.

"Sekalian, dari pada kamu di gangguin. Sana cepet." Dan ya, mau tidak mau Naura menurut.

Sekret adalah sebutan ruangan untuk anak-anak BEM. Sebelumnya Naura memang tidak tahu, namun karena ruangan itu ada tepat di depan kelasnya ya lambat laun dia mengerti apa arti sekret untuk anak-anak BEM. Naura sendiri bukan tipikal orang yang mau berorganisasi, dia lebih memilih untuk menjadi mahasiswa kupu-kupu alias kuliah-pulang-kuliah-pulang begitu saja siklusnya.

Pernah sewaktu-waktu Kaivan memaksanya untuk mengikuti organisasi dengan dalih kalo mengikuti organisasi pasti menambah relasi. Ya Naura dengan santai dan lantangnya menjawab 'ngapain harus masuk organisasi kalo buat nambah relasi, modelan Abang aja gak ikut organisasi udah banyak relasi bermodal temennya Kak Biru yang notabene nya ketua BEM. Ya aku tinggal cari aja temen yang ikut BEM biar nambah relasi.' dan itu sukses mendapat timpukan bantal dari Kaivan. Bisa-bisanya sepupunya berkata begitu.

Dugaannya pas diparkiran ternyata salah, Naura salah mengira kalo manusia-manusia yang selalu mengganggunya ketika lewat parkiran teknik belum datang karena hanya melihat kendaraan yang belum banyak itu. Gadis itu mulai menundukkan wajahnya, ketika akan melewati perkumpulan yang ia sebut dengan 'Percotek' "perkumpulan cowok-cowok teknik"

"Idih bolehhhhh, lewat sini lagi."

"Minimal kalo lewat sini bagi wa nya dong."

"08 berapa neng?"

Sebenernya hanya celetukan begitu saja, tidak sampai yang begimana-begimana. Tapi tetap saja Naura risih sekali, ternyata jalan dengan seorang Biru tidak menjamin dirinya tidak akan di usilkan.

Biru menghentikan langkahnya, membuat Naura menubruk punggu bidang cowok itu. Protes yang baru saja akan di lontarkan Naura karena Biru dengan seenak jidat menghentikan langkahnya membuat dia harus merasakan sakit di kening tidak jadi.

"Diem."

Naura tercengang, satu kata. Ingat, satu kata, hanya satu kata yang keluar dari bibir seorang Biru dan tatapan dingin yang cowok itu perlihatkan mampu membuat cowok-cowok yang tadi mengusili Naura menunduk ketakutan.

"Sorry ta, gw gak tau kalo dia cewek lu. K-kita cabut dulu."

Ingin sekali rasanya Naura berteriak, memberi tahu mereka kalo dia bukan pacar dari seorang Biru, dan tidak akan pernah itu terjadi. Manusia ternyebelin nan dingin tidak pernah menjadi daftar list type seorang Naura.

"Jalan, mau sampe kapan bengong."
Tentu saja itu suara dari Biru yang menginterupsi Naura.

🐡🐡🐡🐡🐡

"Tuh kan, emang lo itu jodoh."
Naura reflek menutup mulut Bella dengan telapak tangannya. Pasalnya suara Bella yang cempreng mampu mengalihkan perhatian seisi kelas kearah mereka.

"Pelan-pelan Bel."

Bella menyengir, "Sorry ra, gak sengaja."

"Nih, diibaratkan lo sama kak Dirta tuh kayak magnet. Mau lo ke mana pun pasti akan ketemu juga, dan ujung-ujungnya bakalan nempel."

Naura menatap Bella horor, apa katanya nempel? Membayangkannya saja Naura tidak bisa dan bergidik ngeri apalagi kenyataannya. Ah tidak, tidak akan bisa.

"Mau sampai kapan disini? Gw mau balik ini."

"Sebentar dong Bell."

"Sebentar lo tuh udah nyampe 10 menit ra, ketimbang mau ngechat doang lo mikirnya lama bener."

Wajar memang Bella geram, pasalnya kelas sudah selesai dari sepuluh menit yang lalu. Tapi dia dan Naura masih tertahan disini.

"Kalo lo gak mau, sini gw ketikin."

"Lo mau bilang apa?"

"Ya bilang, kalo lo udah selesai kelas. Hari ini kan ada undangan dari Ciwen dan lo mesti tunggu dia dimana."

"Gw gak enak, takut ganggu dia."

"Gak enak mulu lo, gausah jadi orang yang gak enakan. Kalo orang masih seenaknya sama lo."

Ya Bella memang begitu, kalo ngomong suka ceplas-ceplosnya. Tapi tak apa, siapa tau Naura akan tersadar kalo memang tidak baik terlalu menjadi orang yang tidak enakan.

"5 menit lagi lo gak chat kak Dirta, gw tinggalin lo."

"Jangan lah, lo jahat banget."

"Yaudah buruan."

"Nih, udah. Tunggu dia bales." Naura menunjukkan layar ponselnya yang berisi room chat dirinya dengan Biru. Hal itu membuat Bella mendengus, "Gitu kek dari tadi."
















Bersambung...
-tulipputihhh

Biru EilaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang