Tiga

1.3K 46 4
                                    

Hari demi hari telah Naura lalui, sekarang adalah hari terakhir ospek. Semua calon mahasiswa baru dikumpulkan dilapangan. Bising yang keluar dari berbagai mulut manusia seketika terhenti oleh satu suara yang baru kali ini Naura dengar.

"Tolong perhatiannya."

"Selamat pagi, perkenalkan nama saya Dirta Biru Kaivandara etua Badan Eksekutif Mahasiswa pada priode kali ini. Mohon maaf saya baru bergabung di hari terakhir kalian ospek."

Ntahlah sedari tadi Naura terkesima dengan paras tampan yang dimiliki ketua BEM itu. Ah dia ingat, cowok itu yang ia temui di Gramedia sewaktu itu.

"Ngedip elah, mata lo." Bela mengusap wajah Naura, ingin menyadarkan gadis itu.

"Suka ya lo?"

"Terkesima aja gw, jago banget ngomongnya."

"Ketua BEM kalo gak jago ngomong gimana sih ra?"

"Ya—

"Siswi yang disana bisa diam? Rambut yang dikuncir dengan pita pink. Sedari tadi saya liat kamu ngobrol trus, mau gantikan saya disini?"

Semua pandangan mengarah pada dua gadis itu, ya Naura dan Bela yang menjadi topik pembicaraan ketua Bem itu. Gadis itu hanya bisa menundukan kepalanya menahan malu. Bagaimana tidak, orang diteriaki pake mic yang suaranya sangat menggelegar.

"Apa tidak bisa diam sebentar? Mau dilanjut lagi ngobrolnya?"

"N-nggak kak. M-maaf."

"Gantian aja deh kamu yang didepan biar saya yang dengerin kamu ngobrol apa dibawah sana. Mau?"

Tentu saja Naura dan Bela menggeleng, mau ditaruh dimana muka dia kalo ketahuan ternyata yang sedari tadi mereka obrolkan adalah sang Ketua BEM itu.

"Baik saya minta kepada semuanya untuk mendengarkan apa yang sedang orang sampaikan. Hargai dia, selagi kalian belum punya nyali untuk ngomong didepan berarti kalian masih layak menjadi seoarang pendengar. Jangan asik sendiri, seenaknya. Paham?"

Tentu saja semua yang disana menjawab paham. Namun beda dengan Naura, kesel banget dia tuh. Ada ya cowok omongannya pedes banget kayak si Ketua BEM itu. Gadis itu tetap mendengarkan dengan kedua kupingnya, namun berbeda dengan mulutnya yang ikut serta berkomat-kamit mengeluarkan sumpah serapah.

"Terakhir, silahkan minta tanda tangan pada semua pengurus BEM tanpa terkecuali. Setelah dapat semuanya silahkan serahkan pada kakak pembimbing kalian. Tolong untuk kakak pembimbing bagi siapapun yang belum lengkap tidak diperbolehkan untuk istirahat. Paham?"

Naura mendengus kesal, tidak ada lagi kalimat kagum seperti awal tadi memuji sang Ketua BEM. Yang ada sekarang hanyalah kalimat menjengkelkan yang keluar dari bibir mungil gadis itu. Meski begitu, Naura tetap melaksanakan perintahnya. Satu demi satu tanda tangan dari pengurus BEM sudah ia dapatkan.

"Gw udah males banget sama lo anjir, Dirta Biru Kaivandara. So asik banget lo tuh, mana pake malu-maluin gw segala. Gak usah mimpi, gw gak mau minta Tanda tangan lo, lo pikir lo siapa?"

Naura kalo udah benci tuh emang begitu, anti banget dia berhubungan sama orangnya. Even ngeliat mukanya aja dia gak mau. Naura langkahin kakinya ke kelas, mau kasih hasil kerja dia sedari tadi. Iya hasil kerja, keliling cari anggota BEM kan sama aja kyak kerja.

"Permisi kak, ini punya saya. Sudah boleh istirahat kan?"

"Oh iya dek, sini. Sudah boleh ya."

"Baik kak terima kasih."

Syukurlah berhasil, dirinya bisa istirahat tanpa harus minta TTD ketua BEM yang menyebalkan itu. Tapi baru saja Naura melangkahkan kakinya sebanyak dua kali.

Biru EilaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang