"Aku baru menyadari sesuatu, sepertinya memang sedari awal aku yang terus menganggap kita spesial."
-Naura Eila Artama
Hari ini adalah hari Minggu, waktu yang tepat di gunakan sebagian manusia di muka Bumi ini untuk melakukan beberapa aktivitas yang lain dari biasanya. Berkumpul, bermain, memasak, me time, dan lain sebagainya yang bisa dilakukan hanya dalam waktu luang.Namun berbeda dengan dua gadis yang sedang berada diatas kasur itu. Gadis dengan piyama berwarna pink dan hitam itu memilih menghabiskan waktu liburnya di rumah saja, lebih tepatnya di kamar.
Bisa di pastikan hobby dari mereka ialah rebahan dan bermalas-malasan. Disaat orang lain memilih untuk pergi, mereka memilih untuk dikamar dengan dalih mengistirahatkan pikiran.
"Pak manta tuh pendiam banget ya jadi dosen, tapi seru banget sama dia."
"Pak Iwan sih kalo gue."
Naura melirik Bella dengan horor, "Lo bilang gitu karena Pak Iwan masih muda kan."
Yang disindir begitu malah menampilkan deretan giginya, seperti mengiyakan ucapan Naura.
"Pak Iwan idaman banget tau ra."
"Idaman gue cuma Kak Biru."
Bella, tiba-tiba saja bangun dari rebahannya. Ia baru mengingat sesuatu setelah mendengar Nama Biru, sesuatu yang seharusnya segera diketahui Naura.
"Putusin kak Dirta aja deh ra."
Naura menatap Bella yang berada disebelahnya aneh. "Tiba-tiba banget."
Decakan Bella terdengar kesal, "Pokoknya lo harus putusin dia."
"Ya kenapa Bella?"
"Ya gapapa, tapi demi kenyamanan Lo mending putusin dia aja deh."
Naura menutup novel yang sedang dia baca. Kini gadis itu sepenuhnya memusatkan atensinya pada Bella.
"Gini Bel, pertama lo gak punya alasan yang kuat, kedua lo gak berhak nyuruh gue putus gitu aja."
"Gue cuma gak mau lo nyesel."
"Gak akan nyesel lah Bel, gue sayang banget sama dia."
"Tapi dia gak sayang sama lo Ra."
Tujuh kata, cuma tujuh kata tapi rasanya mengapa seperti dihantam besi yang panas, sakit sekali. Jika diingat-ingat sedari awal dia pacaran dengan Biru, Naura memang belum pernah mendengar kalimat yang menyatakan rasa sayang Biru pada dirinya. Bahkan tidak hanya kalimat, tapi perbuatan pun tidak ada.
"Lo gak tau dia Bel."
"Gue emang gak tau dia, mangkanya lo harus putusin dia biar nanti lo gak sakit hati Naura. Nanti gue bantu cari cowok yang lebih baik dari dia deh."
"Hati gue udah sama kak Biru."
Bella menggeram kesal, bagaimana cara menyadarkan Naura?
"Tapi hati dia gak sama lo!" Kata Bella sarkas, bukan tanpa maksud tapi Bella ingin Naura cepat sadar.
"Lo kenapa sih? sebenernya apa yang buat lo nyuruh gue supaya putusin pacar gue sendiri?"
"Gue kasih tau, tapi janji setelah ini lo gak nangis ya?"
"Gak akan nangis."
Bella berdecak kesal, awalnya dia tidak ingin memberitahu tapi karena melihat respon Naura yang masih tidak percaya akhirnya dengan penuh pertimbangan dia membuka apa yang dia lihat semalam.
"Semalem gue bilang kan kalo mau mampir ke minimarket dulu?"
Naura menanggapinya dengan anggukan, masih setia mendengarkan penuturan Bella selanjutnya.
"Pas gue parkir motor mata gue tertuju sama dua manusia yang mau masuk minimarket, gak tau kenapa kayak kenal gitu tapi gue belum sadar dia siapa. Pas banget gue buka helm gue baru sadar kalo itu kayaknya punggung kak Dirta, tapi masa iya sama cewek lain. Cewek yang rambutnya sebahu, gue gak pikir itu lo soalnya kan rambut lo panjang. Gue gak mau ambil pusing, mungkin gue salah liat, tapi setelah gue masuk ternyata emang bener itu cowok lo. Cowok lo yang lagi ngobrol sama cewek lain, cowok lo yang lagi ngelus rambut cewek itu, cowok lo yang setelahnya gandeng cewek itu sampe keluar minimarket dan bukain pintu mobil buat cewek itu."
Naura terdiam beberapa saat, mencoba mencerna kalimat demi kalimat yang dikeluarkan oleh sahabatnya itu.
Melihat reaksi Naura yang dia saja, Bella kembali mengeluarkan suaranya, "udah deh putusin aja dia."
Naura memutarkan bola matanya, mencoba mengalihkan perhatian Bella. Mencoba untuk terlihat baik-baik saja dihadapan sahabatnya itu. "
"Gue belom kasih tau lo ya? Kak Biru tuh punya cici. Ya mungkin itu cicinya," ucapnya acuh.
Sebenarnya bukannya Naura tidak overthingking dengan cerita Bella, ada satu hal yang mengharuskan dia untuk percaya pada cerita Bella. Semalam ketika dia meminta untuk menelpon Biru, tiba-tiba saja Biru menolak telponnya dengan alasan sedang berada diluar. Tapi apakah diluar yang Biru maksud itu sedang bersama perempuan yang dimaksud Bella juga? Lamunanya tiba-tiba buyar, Bella kembali menyadarkan dirinya.
"Gak mungkin cicinya deh Ra, gelagatnya tuh kayak orang pacaran banget. Sorry ra, bahkan melebihi interaksi kalo kak Dirta lagi sama lo."
"Y-ya lo salah liat kali. Orang semalem gue sempet chat dia ko."
Bella memicingkan matanya, membuat Naura gelapagan sendiri.
"Lo ngapain natap gue kayak gitu, udah deh ayo beli sarapan!"
Bersambung...
Halo anak ibu kos, untuk daily DirtaNaura bisa di baca di TikTok ya...
Mampir sini nakkuuuu-Ibukos
KAMU SEDANG MEMBACA
Biru Eila
Ficção GeralRumit Ini adalah cerita lengkap perjalanan Biru dan Eila. Barangkali lebih dulu kalian mengenalnya dengan tokoh "Dirta Naura" pada cerita lengkap ini aku kemas dalam judul "Biru Eila."