Dua belas

925 31 16
                                    

"Jelasin sama gue kalo tweet lo itu cuma bercanda."

Baru saja Naura memasuki kelas, Bella sudah menodongnya dengan pertanyaan yang sudah beberapa kali dia tanyakan lewat chat. Bella melihat postingan sahabatnya itu kemarin, merasa penasaran ya dia menanyakan kebenarannya. Namun jawaban yang Naura beri tidak sesuai dengan harapan Bela.

"Gue harus jelasin gimana sih Bel?"

Tentu saja Naura merasa jengah, Bella itu jelmaan yang sulit percaya pada orang lain. Mau dijelasin pake cara apapun jika dia belum puas ya berarti dia belum percaya. Kadang kala orang yang memiliki sifat ini beruntung karena tidak akan mudah untuk dibohongi. Tapi manusia modelan Naura, yang memang mempunyai kesabaran setipis tisu memiliki sahabat seperti Bella bukanlah gabungan yang cocok.

"Ya bilang kalo postingan lo itu cuma bohong. Gak beneran."

"Gak beneran."

"Raaa gue serius."

"Gue juga serius Bel."

"Lo beneran jadian sama kak Dirta?"

"Lo masih belum percaya?"

"Ya tuhan Nauraa, perlu berapa kali lagi gue bilang kalo kak Dirta itu gak baik buat lo."

"Bel, lo jangan asal nuduh begitu gue yakin kak Biru itu orang baik."

Bella mendengus kesal, Naura ini benar-benar keras kepala. Lihat saja nanti kedepan, bagaimana hubungannya dengan Dirta. Tidak mendengarkan apa kata sahabat akankah berakhir bahagia?

"Terserah lo deh ra, tapi kalo ada apa-apa lo jangan nyesel."

"Gak akan nyesel gue."

🐡🐡🐡🐡🐡

"Bu es jeruk satu ya."

"Iya mas."

"Raden satu bu."

"Dewa juga."

"Saya juga bu."

"Mas Dirta mau es juga?"

"Iya, satu ya bu."

"Nggih mas."

Kaivan, Raden, dan Dewa menatap Biru horor. Biru itu anti sekali dengan es, lalu kenapa sekarang berbeda. Ketiga temannya itu sama-sama mengetahui bahwasannya selama menjadi mahasiswa disini, Biru baru sekali meminum es dan besoknya langsung sakit.

"Serius lu ta?" Dewa menodongkan pertanyaan penasaran.

"Kenapa?"

"Minum es?"

"Iya."

Kaivan mengernyit, "Jangan deh ta, nanti lo masuk RS lagi." Nah kan, ternyata Biru tidak sekedar sakit. Tapi sampe masuk Rumah Sakit juga.

"Udah kebal gue, kemarin makan es krim biasa aj--

"Oh pantes adek gue balik-balik senyam senyum trus, diajak beli es krim toh." Kaivan menyerobot begitu saja tidak memperdulikan Biru yang belum selesai dengan ucapannya.

"Setan, gue kira Naura pergi sama lo van." Dewa berucap dengan kesal. Mau bagaimanapun Dewa itu ngincer Naura dari awal, tapi kalah cepat oleh Biru.

"Mana ada, Naura tuh anti banget keluar pas weekend. Tapi pas jalma ini datang kerumah gue mau tuh bocah berangkat." Kaivan menggaruk alisnya bingung.

"Lo ajak kemana cewek gue ta?"
Dewa bertanya dengan tidak santainya.

"Gigi lo, mana mau Naura sama lo." Raden tertawa setelah melemparkan kalimat itu.

"Bacot anying, sia jalma." Dewa menatap Raden dengan tatapan kesal. Ya yang ditatap begitu bukannya berhenti malah semakin jadi mengeluarkan suara kekehannya.

Kaivan yang melihat itu tidak mau diam, "Lo telat, udah di embat Dirta itu."

"Ya lo sebagai sepupunya bantu gue lah, harus adil. Kan kita teman." Dewa masih gak mau kalah.

"Mana ada gue bantu Dirta." Dituduh begitu ya Kaivan tidak terima.

"Lah itu Naura sampe diajak jalan."

"Ya mana gue tau."

"Tai banget lo van."

Dewa cemberut kesal, Naura itu tipe gadis yang selalu dia idam-idamkan. Malah saingannya sahabatnya sendiri.

"Mas Dewa kenapa cemberut gini toh?" Ibu Santi, pemilik warung yang menjadi basecamp Biru dan kawan-kawan itu bertanya. Pasalnya jika cemberut begitu, muka Dewa membuat siapa saja ingin tertawa. Bukan-bukan karena gemas, tapi karena lucu seperti ikan buntal.

"Galau aku Bu."

"Galau kenapa mas?"

"Masa calon pacar aku diembat Dirta Bu."

"Ya tuhan, yowis kalo gitu sama Santi aja mas."

Lagi-lagi Raden dan Kaivan tertawa kencang sekali, disertai dengan kekehan Dirta. Semuanya kompak melirik anak Bu Santi yang berada di dalam warung itu.

"Boleh tuh Bu, anak ibu nanti umurnya 20 si Dewa udah bangkotan."

"Diem ya lu anjing."

Ditengah keributan temannya, Biru membuka ponsel karena ada pesan masuk disana.

Naura

Mam duluuu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mam duluuu

Oke


Naura cemberut, hanya itu balasan dari kekasihnya? Biru tidak bertanya dia makan dengan apa? Makan dimana? Sama siapa? Makan apa? Menyebalkan sekali, tapi jika di ingat cowoknya itu sangat sibuk jadi yasudah mungkin Naura yang harus lebih peka, pikirnya.

Naura

Kakak udah makan?

Udah

Okeeey
Selamat makan

Biru tidak berniat untuk membalas, dia menaruh kembali ponselnya. Sebenarnya dia berbohong, Biru belum makan sedari pagi. Namun untuk menghindari berbagai macam rentetan pertanyaan dari Naura, Biru lebih memilih berbohong.

















Bersambung...
Tulipputihhh

Biru EilaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang