Assalamualaikum guys. Alhamdulilah aku bisa up lagi. Semoga kalian suka ya sama cerita sederhana aku hehew.
JADILAH PEMBACA BIJAK, CERITA INI DITULIS BERDASARKAN HASIL KARYA PEMIKIRAN DAN KHAYALAN PENULIS!!!.
HAPPY READING All!!
"Kebahagiaanmu adalah kebahagiaanku."
-abyan-
🌊 🌊 🌊 🌊 🌊 🌊
Pagi ini cuaca sedikit gelap, beda dengan cuaca hari sebelumnya.
Hari ini Anin dan Abyan akan pergi untuk memenuhi peraturan negara untuk pengajuan sebelum menikah.
Anin tampak gugup karena tak ada persiapan sebelumnya, lagipula ia juga tak ada sedikitpun kepikiran untuk menikah dengan seorang abdi negara.Ayah sengaja pergi kerja siangan, karna menunggu Abyan menjemput Anin untuk pergi pengajuan.
Saat bunda dan ayah saling melempar kata demi kata diruang tamu Abyan pun tiba.
"Assalamualaikum." suara dari balik pintu.
"Waalaikumsalam nak Abyan, silahkan masuk." ucap ayah.
Abyan pun langsung masuk dan mencium punggung tangan milik ayah dan bunda. Lalu ia duduk di samping ayah. Mereka saling tukar cerita di ruang tamu bersama.
Di tengah topik pembicaraan yang menjadi menu pagi ini, ayah langsung meminta bunda untuk memanggil Anin.
"Yasudah, bun panggilin calon ibu persitnya nak abyan." goda ayah sambil duduk disamping Abyan dan sedikit menoleh kearah ibu yang sedang menyiapkan bekal untuk ayah.
Abyan hanya tertawa kecil saat mendengar ucapan dari ayah.
"Ayah jangan digoda terus calon mantunya." ucap bunda sambil tertawa kecil.
Ibu langsung berjalan menuju kamar Anin untuk memanggilnya, karna Abyan sudah datang dan menunggu diruang tamu bersama ayah.
Tokk...
Tokk...
Suara ketukan pintu kamar Anin.
Tak lama bunda membuka pintu dan masuk ke kamar."Nin.. Abyan sudah datang sayang." seru bunda dibelakang Anin yang sedang duduk dihadapan kaca dikamarnya.
"Gerogi ya nin.." ucap bunda sambil mengelus punggung milik putrinya.
Anin mengangguk.
"Iya Bun, Anin gerogi, takut juga." ucapnya dengan raut wajah penuh kekhawatiran.
"Gapapa nin kan ada Abyan, nanti sebelum dan sesudah ngelakuin tes demi tes itu ucap bismillah dan alhamdulillah dek, insyaAllah semua lancar." ucap bunda menenangkan Anin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku tak membenci laut
Short Story"Anin, cukup jangan berlarut larut terjebak diruang bayang kematianku." "Maka dari itu, Aku katakan bahwa Abyan milik Anin seorang, sudah dipeluk erat oleh lautan."