"Anin, cukup jangan berlarut larut terjebak diruang bayang kematianku."
"Maka dari itu, Aku katakan bahwa Abyan milik Anin seorang, sudah dipeluk erat oleh lautan."
Assalamualaikum gays. Alhamdulilah part 1 dipublish. Semoga kalian suka sama cerita sederhana yang aku buat.
JADILAH PEMBACA BIJAK,CERITA INI DITULIS BERDASARKAN HASIL KARYA PEMIKIRAN DAN KHAYALAN PENULIS!!!.
HAPPY READING ALL!!!
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Seiring berjalannya waktu kita akan paham dan mengerti sendirinya. Bahwa jodoh itu bukan siapa yg terbaik melainkan siapa yang nerima kita dengan baik." -luqman-
🌊 🌊 🌊 🌊 🌊 🌊
Terlihat wanita berabaya abu dengan pasmina yang senada menutup dada. Wanita itu mondar mandir didepan ruangan UGD, sementara satu wanita paru baya sedang menangis dipojok UGD.
Ceklek...
Suara pintu kaca UGD terbuka.
"Keluarga pasien?" tanya salah satu perawat dan dokter yang baru saja keluar dari UGD.
"Ya kami keluarganya dok,gimana ayah saya?" tanya anin sambil memeluk ibunya dengan tegas dan muka yang penuh kecemasan.
"Penyakit jantung pasien sedang kambuh, ya mungkin karna kecapekan dan pikiran yang membuat pasien pingsan, tapi tak perlu khawatir ini sudah biasa untuk pengidap sakit jantung, yasudah kami pergi dulu, ibu serta keluarga silahkan masuk, nanti kita akan kabari soal ruangan inap untuk pasien, terimakasih." berjalan meninggalkan mereka.
Tanpa berlama lama mereka langsung masuk keruang UGD untuk melihat ayahnya. Sementara Abyan bingung harus berbuat apa mau tak mau ia menjumpai keluarga pak Luqman untuk memberikan penjelasan tentang kejadian yang sudah terjadi tadi.
Sudah sepuluh menit Anin dan bunda menangis karna ayah tak juga kunjung sadar dari tidurnya.
"N-nin.. bunda harus nyelesain administrasinya dulu ya. Nanti kalau ada apa-apa langsung kabari bunda ya." ucap bunda pada Anin berpamitan.
Anin mengangguk perlahan dengan keadaan masih menangis.
Tanpa berlama-lama bunda pun keluar untuk menyelesaikam administrasi suaminya.
*
*
*
"Assalamualaikum." sambil tunduk karna ngerasa tidak sopan terhadap keluarga pak Luqman, apalagi disana hanya ada satu wanita dan sementara pak Luqman masih dalam keadaan tidak sadarkan diri.
"W-waalaikumsalam.." jawab perempuan sambil menangis disamping pak Luqman.
"Apa yang sudah kamu lakukan ke ayah saya sampai ayah saya seperti ini!!, hiks..hiks.." tatapan tajam mendarat ke Abyan.
Di Ruangan hanya ada Anin dan ayah yang tergeletak lemas di ranjang.
Ruangan tegang.
"A-anin.." ayah sadar dengan bicara yang masih terbata bata. "Dia yang sudah membantu ayah sayang, kamu salah telah marah ke nak Abyan." suara ayah tergema lemas di ruangan yang cukup hening karna keadaan.
Bukanya minta maaf Anin malah pergi meninggalkan Abyan karna sangat malu karna lisan yang mungkin saja menyakiti hati Abyan, lalu ia meluk ayahnya yang sudah sadar dengan isakan tangis yang belum terhenti sejak tadi. Bukanya marah abyan malah gemas sama Anin.
"Yasudah saya pamit ya pak Luqman, ini kunci mobil serta hp dan martabak milik bapak hehe." meletakkan semua milik pak Luqman dimeja yang ada di ruangan itu.
"Assalamualaikum.." pamit Abyan.
"Tunggu Abyan." ayah memanggilnya
Deg..
"Ini Anindya nur Al-samayyah, putri kecil kesayangan saya, kamu tidak lupa kan sama amanah yang sudah saya amanah kan ke kamu tadi?" tanya ayah ke Abyan.
Abyan mengangguk perlahan.
"I-iya pak saya ingat, yasudah saya pamit dulu, assalamualaikum" pamitnya.
"Waalaikumsalam. Saya tunggu satu Minggu lagi nak Abyan." ucap Ayah.
Anin bingung sama lisan yang ayah ucapkan barusan. Apalagi ayah memperkenalkan dia dengan laki laki yang tak ia kenal sama sekali.
Abyan meninggalnya ruangan pak Luqman, ia masih tak percaya sama kejadian yang sudah terjadi. Ia harus segera pulang pasti bunda dan ayahnya sudah menunggu kepulangannya di rumah.
"Aku harus cerita ke bunda dan ayah. Manatau aku dapat jawaban dari semua pertanyaan yang ada di pikiranku." ucap Abyan sambil berjalan keluar rumah sakit.
*
*
*
Diruangan hanya ada Anin dan ayah. Bunda barusan saja pamit untuk pulang karna harus mengambil keperluan untuk beberapa hari menginap dirs.
Suasana hening anin yang tengah sibuk makan martabak kesukaanya, sementara ayah tengah berkhayal dari tadi. Ntah apa yang ayah pikirkan dari tadi sehingga membuatnya berkhayal seperti ini.
"Nin.. Seiring berjalannya waktu kita akan paham dan mengerti. Bahwa jodoh itu bukan siapa yang terbaik melainkan siapa yang nerima kita dengan baik. Ayah ngerti sama perasaan Anin, beri kesempatan orang lain untuk masuk kedalam hati Anin. " Ucap ayah membuat suasana tegang.
Anin hanya diam tak menggubris ucapan ayah. Sebenarnya ia ingin sekali menuruti kemauan ayah, tapi rasanya ia takut untuk memulai kehidupan baru.
"Nin.. biarkan yang lalu berlalu. Ayah sudah tua ayah sudah siap untuk menimang cucu nak."
Sementara anin mati kutu setelah mendengar ucapan ayahnya barusan.