Blaire menatapnya dengan kagum. Sungguh perbuatan yang berani oleh seorang Assassin saat membocorkan penyamarannya.
"Baiklah kalau begitu. Aku akan sangat menghargaimu jika kau berhenti memanggilku dengan panggilan itu. Aku tahu kau tidak bodoh. Kau tahu namaku. Kenapa tidak kau sebutkan saja?"
"Apa maksudmu? Bukankah kau yang mengatakan padaku malam itu bahwa namamu adalah Rune?" tanya Blaire.
Blaire segera melepasnya dan menunduk meraih pistol yang ada di tanah. Akhirnya Bjorn berdiri, mengebaskan jubah hitamnya lalu meraih pergelangan tangan Blaire, yang tanpa dia sadari, Bjorn memegang dagunya.
"Katakan padaku, Blaire" perintahnya sambil menggenggam erat pergelangan tangan Blaire dan menariknya ke samping. Bjorn, memaksanya sedikit lebih dekat dengannya. Blaire mendapati dirinya ketakutan. Nada suara Bjorn begitu menuntut dan cara dia memandang Blaire berhasil membuat nyalinya menciut.
Blaire bingung dengan sikapnya, seketika berubah dalam hitungan tiga. Tampaknya dia sangat tak berdaya tadi, dan lihatlah dia sekarang, berdiri tegak dengan tatapan sinis seakan dia ingin memakan Blaire.
"A-aku tak mengerti. K-kau bilang padaku itu namamu. Aku jelas harus memanggilmu dengan itu..."
Bjorn melepas pergelangan tangan Blaire dari genggamannya, "Sebenarnya itu bukan namaku. Baiklah, aku akan memberitahumu sekarang. Namaku Bjorn... tapi kau sudah tahu itu bukan?"
Sial, jika ada orang yang sulit untuk membuat Blaire berbohong selain Damian, itu adalah Bjorn. Blaire menoleh kesamping, melihat ke arah manapun asal matanya tidak saling bertatapan dengan mata Bjorn.
Blaire tahu bahwa Bjorn tidak bodoh dengan membiarkan dirinya percaya soal nama samaran itu. Blaire bukanlah orang yang senang jika seseorang menindasnya, apalagi sampai meremehkan secara verbal.
sesuatu dalam dirinya membuat perasaan Blaire gugup. Mungkin karena dia tahu bagaimana rasanya bibir itu, mereka terlalu dekat, bagaimanapun juga itu harusnya bukanlah masalah. Blaire mendorongnya menjauh keluar dari kecanggungan.
"Baiklah, Bjorn. Tapi aku pergi sekarang. Ada banyak hal yang perlu ku selesaikan dan ini hanya membuang-buang waktuku saja."
“Apa kau bilang? Buang-buang waktu saja, katamu? Kau pikir aku juga suka untuk memikirkanmu? Kau pasti sudah tahu tentang waktu yang kami habiskan di ruang rapat malam itu." katanya sambil merampas pistol yang ada di tangan Blaire.
Apapun yang dia bicarakan, Blaire tahu bahwa laki-laki itu membicarakan rapat misi seperti yang mereka lakukan untuk membahas Bjorn Bjorklund. Jelas sekali bahwa Firma Crimson Eclipse mengejar Blaire dan Bjorn turut mengejarnya.
Tidak mungkin untuk bersikap acuh tak acuh saat ini. Blaire tahu bahwa Bjorn ingin membunuhnya sekarang, anggap saja dia bisa melakukannya. Tapi kenapa dia belum melakukannya? Dia bisa saja menembak pelurunya kearah Blaire.
Blaire memutuskan untuk berjalan kembali ke mobilnya di parkiran, dia berjalan dengan waspada tanpa menjawab kalimat yang dilontarkan Bjorn, Dia hanya pergi begitu saja. Hal yang diluar dugaan, Bjorn tidak menahannya atau menunjukan niat untuk mengikuti Blaire.
Saat Blaire masuk ke mobil dan pergi, semuanya kembali normal seakan tidak terjadi sesuatu. Yang benar saja, apa masalahnya? Dia menyergap Blaire dengan pistol kemudian membiarkannya pergi tanpa cedera? Lagian peluangnya untuk membunuh Blaire sangat besar, kenapa malah menyia-nyiakannya?
Blaire langsung menelpon Damian saat tiba di rumahnya dan menjelaskan semua yang terjadi hari itu. Blaire bisa saja menelpon Rhys, tetapi lebih memilih untuk tidak menceritakan hal itu padanya. Rhys adalah orang yang tanpa berpikir dua kali untuk langsung memusnahkan apa saja yang menghalangi perusahaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ᴅᴀʀʟɪɴɢ ᴋɪʟʟᴇʀ
Фэнтези"𝑆𝑎𝑡𝑢 𝑑𝑖𝑎𝑛𝑡𝑎𝑟𝑎 𝑘𝑖𝑡𝑎 ℎ𝑎𝑟𝑢𝑠 𝑚𝑎𝑡𝑖. 𝐸𝑛𝑡𝑎ℎ 𝑖𝑡𝑢 𝑎𝑘𝑢, 𝑎𝑡𝑎𝑢𝑝𝑢𝑛 𝑘𝑎𝑢, 𝐵𝑗𝑜𝑟𝑛." Blaire Svajone mendapat perintah untuk membunuh seorang assasin berbahaya dari organisasi Crimson Eclipse. Nama yang tertera pada no...
