"𝑆𝑎𝑡𝑢 𝑑𝑖𝑎𝑛𝑡𝑎𝑟𝑎 𝑘𝑖𝑡𝑎 ℎ𝑎𝑟𝑢𝑠 𝑚𝑎𝑡𝑖. 𝐸𝑛𝑡𝑎ℎ 𝑖𝑡𝑢 𝑎𝑘𝑢, 𝑎𝑡𝑎𝑢𝑝𝑢𝑛 𝑘𝑎𝑢, 𝐵𝑗𝑜𝑟𝑛."
Blaire Svajone mendapat perintah untuk membunuh seorang assasin berbahaya dari organisasi Crimson Eclipse. Nama yang tertera pada no...
Saat langit malam menyelimuti markas tersembunyi Midnight Ravens, Rhys, CEO yang karismatik dan misterius, mengadakan pertemuan dengan para pengurus dan anggota kelompoknya untuk pertemuan darurat. Ruangan gelap dipenuhi oleh kehadiran orang-orang penting. Dalam aura ketenangan yang mencekam, mereka semua duduk di sekitar meja besar, menunggu dengan antisipasi.
Rhys, yang duduk di ujung meja dengan sorot mata yang tajam, memulai pertemuan dengan nada serius.
"Ah, sangat di sayangkan. Setelah sebulan kita tak melakukan tugas, aku harus katakan bahwa kali ini, kalian semua akan dihadapkan dengan misi yang besar." kata pria itu.
Semua menatapnya dengan bingung. Beberapa terlihat penasaran dengan misi kali ini.
"Memangnya ada ancaman besar apa selain perampokan di istana kerajaan sebulan yang lalu?" tanya pria berambut hitam yang terlihat sedang mengunyah permen karet.
"Terima kasih sudah bertanya, Damian. Ada ancaman yang ingin menjatuhkan Midnight Ravens untuk mengambil alih kendali atau mengungkap rahasia-rahasia kelompok kita. Sementara itu, ada satu pihak yang paling bertanggung jawab dan akan menjadi target saat ini."
"Apa yang kita ketahui tentang target itu, Rhys? Memangnya dia siapa hingga kau rela menjadikan dia prioritas pembunuhan utama?" Seorang wanita berambut hitam panjang dengan penampilan memikat, merespons.
Itu Blaire. Dia yang paling cerdas dan tegas di kelompok ini. Sejak awal, dia sudah menjadi pasukan elite yang bergerak di garis depan. Kecerdasannya sangat menguntungkan organisasi ini. Blaire adalah Hacker yang handal.
Rhys menyisipkan data intelijen ke layar di depan mereka, "Bjorn Bjorklund, seorang hacker dan pembunuh bayaran, telah menjadi ancaman yang semakin besar bagi keamanan organisasi kita. Dia memiliki informasi vital yang dapat merusak keberlanjutan misi kita. Kita harus mengeliminasi dia sebelum dia mengungkapkannya kepada musuh yang tidak kita ketahui."
Seseorang tertawa dari belakang Blaire. Tawanya berhasil membuat telinga Blaire bergendang.
Sialan!
"Kau menunjukan data intelijennya di layar sebesar itu tanpa foto? Dude, apa kau gila? Bagaimana kita bisa mengetahui siapa itu Bjorn Bjorklund ditengah kerumunan banyak orang? Oh, kau mau kami menyusup dan berteriak menanyakan; 'Apa ada yang bernama Bjorn Bjorklund?' Mustahil, Rhys." kata wanita itu. Namanya Elycia Viper. Dia pasukan sniper yang terampil.
"The fuck you doing, liz?" Chester berkerut saat mendengar perkataan Elycia. Mereka berdua sangat dekat, namun kedekatan itu mungkin bisa dibilang sebagai teman kerja, mengingat Chester dan Elycia adalah dua orang yang dipasangkan di setiap misi.
"Tenang saja, kita masih punya Blaire." Seorang pria dengan postur yang bagus terlihat duduk santai menghisap rokoknya yang mulai pendek.
Blaire menatap Mattheo dengan kesal, lalu tersenyum. "Alright, guys. I guess, i can handle that shit"
Damian tersenyum kecil saat mendengar perkataan Blaire. "Kurasa kita semua siap jika Blaire sudah angkat suara. Bukan begitu?" tanyanya. Damian adalah anggota elite Midnight Ravens dengan keahlian tempur yang luar biasa. Dia sangat terampil dengan pistol dan shotgun.
"Aku setuju." kata seorang wanita. Namanya Ravenna, dia assassin dan ahli senjata. Usianya 28 tahun, sama dengan Mattheo.
"Well, kalian tahukan kalau aku tak punya pilihan lain jika Ravenna sudah setuju?" Electra Frost. Dia adalah Guard dan selalu menemani Ravenna setiap melakukan tugas. Walaupun umur Ravenna lebih tua tiga tahun dengannya, Electra sangat lihai melihat situasi. Itulah kenapa dia sempurna jika dipasangkan dengan Ravenna.
"I hate to say this. But, i'm in, bitches." kata Letta sambil menaikan alis sebelahnya. mungkin dari semua anggota, Letta yang paling tua. Dia berusia 30 tahun.
Rhys memandang mereka satu per satu, "Sempurna." kata Rhys.
Blaire tersenyum. Dia sangat tahu kalimat itu. Rhys selalu mengatakan 'Sempurna' pada hal yang sesuai dengan keinginannya.
"Kalian akan membentuk pasukan elite untuk menyusup kedalam pesta yang diadakan di kerajaan. Hal ini akan sangat menguntungkan, mengingat semua orang penting akan hadir di sana. Blaire, Damian, kalian berdua akan memimpin misi ini. Elycia, Chester, Mattheo, Ravenna, Electra, dan Letta, kalian masih dengan formasi yang biasanya. Aku butuh kalian sebagai tim pendukung."
"Bagaimana kita bisa yakin Bjorn akan ada di sana? Lagian ini misi pertama kita untuk membunuh target tanpa foto dirinya sendiri. Kau hanya memberi kami nama lengkap dan data intelijen yang useless." kata Elycia dengan sarkas.
Blaire menghadap ke belakangnya lalu menyentuh tangan Elycia dengan lembut, "tenangkan dirimu, Lizzy. Tenang saja. Aku akan mulai melacak sisanya sebentar malam. Kau tahu kan? Aku tak pernah gagal dalam bidang ini." kata Blaire meyakinkan Elycia.
Elycia tak bisa melakukan apapun jika yang berbicara adalah Blaire. Mereka memang perempuan, namun Elycia terlihat sangat tertarik pada Blaire.
Rhys tersenyum, "sebagian intel menunjukkan keberadaannya di sana. Namun, kita harus siap dengan segala kemungkinan. Pertemuan ini akan menjadi titik awal perencanaan kita." jelas Rhys. "Oh yah. Blaire, aku percayakanmu untuk meretas sisa informasinya. Besok pagi, kita akan berkumpul di tempat ini lagi untuk membahasnya." kata Rhys.
"Izin bertanya. Apa kita punya informasi lebih lanjut tentang pertahanan di sekitar acara besar-besaran di istana nanti?" tanya Chester.
"Tentu saja, Ches. Sudah ada survei awal yang menunjukkan kelemahan-kelemahan mereka. Tetapi kita perlu lebih banyak detail."
"Kalau begitu, kita perlu memikirkan rencana untuk mengamankan informasi yang diinginkan dan keluar dari situ tanpa meninggalkan jejak." sambung Letta
"Aku punya beberapa trik di bawah lengan untuk membantu kita melewati sistem keamanan mereka sih. Tapi agak gila." kata Mattheo.
"Kau selalu gila, Theo." Damian mengejeknya dengan suara rendah yang membuat Theo ingin membantingnya ke atas meja.
Pertemuan berlanjut dengan diskusi rinci tentang rencana taktis dan strategis. Damian memberikan wawasannya tentang beberapa keahlian untuk membunuh lawan dan kemungkinan skenario yang akan mereka hadapi. Elycia menyiapkan rencana operasional, membagi tugas dan tanggung jawab setiap anggota.
"Berarti kita harus siap untuk segala kemungkinan, termasuk pengkhianatan dari dalam." ucap Damian, lalu menatap Blaire.
"Kita sudahi pertemuan kita. Damian, kau mungkin harus menemani Blaire untuk memastikan dia terjaga dalam retasannya." kata Rhys.
Elycia memutar bola matanya lalu menatap Rhys dengan kesal. "Lain kali kau suru aku saja, Rhys. Tch! Damian mungkin akan membuatnya tak fokus. Mengingat Damian sangat mesum jika bersama Mattheo." kaga Elycia diikuti dengan tawa mereka.
"The hell you talkin' bout, bitchy!" sambung Mattheo.
Elycia tersenyum penuh kemenangan saat melihat ekspresi kesal Mattheo.
"Aku paham perasaanmu, Liz. Kau hanya cemburu kan. Oh tenang saja, Blaire aman bersamaku." kata Damian.
Pipi Blaire memerah. Apa-apaan ini? Dia pikir aku kaum pelangi? Kata Blaire dalam hati.
"Shut up, Damian!"
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.