Blaire tak bisa menggerakkan tubuhnya. Dia terlanjur terjerat pada tubuh Bjorn yang kuat. Dia mencoba sekuat tenaga untuk keluar, bahkan bergerak kearah Bjorn untuk melepas tangan lelaki itu yang mencekik lehernya.
Semakin besar upayahnya, semakin kuat cengkraman Bjorn. Blaire menggenggam pergelangan tangan Bjorn, dengan niat agar tangan itu bisa terlepas dari lehernya. Namun, beberapa saat kemudian kesadarannya hampir habis. Blaire tak bisa bernafas, rasanya sesak, paru-parunya kehabisan oksigen. Blaire menggerakkan kedua kakinya dengan liar, menghempasnya tanpa kontrol hingga terbentur di keramik jalanan.
Blaire akan mati disini. Mungkin Crimson Eclipse yang akan memenangkan permainan. Saat dirinya hampir kehilangan kesadaran, matanya tak sengaja bertemu dengan pemilik mata biru samudera yang memukau. Mungkin, Bjorn adalah orang terakhir yang akan dia lihat, walaupun ekspresi yang tampak dari Bjorn adalah tatapan gelap yang dingin.
"B-Bjor...n."
Seketika, cengkraman Bjorn meregang dan saat itu juga terdengar suara tembakan yang mengarah kearah mereka. Ini adalan saat yang tepat untuk melarikan diri. Blaire yakin itu adalah Damian meski dia belum melihat siapa orang dibalik tembakan bebas ke arah mereka.
"Shit!" umpat Bjorn.
Blaire berlari ke arah mobil itu sambil sesekali menatap ke atas untuk memulihkan kesadarannya.
"Damian! Damian!" panggilnya kacau.
"Hurry up, Blaire!" teriak Damian dari dalam mobil. Bjorn menoleh ke arah mobil dan mendapati dirinya sungguh kecewa saat dia menatap wajah Damian.
Si brengsek itu lagi, katanya dalam hati.
Bjorn menatap Damian dengan tajam. Dia bergegas mencari tempat yang bisa menahan peluru agar tidak mengenai tubuhnya.
Damian segera memacu mobil dengan cepat saat Blaire telah berada di dalam. Wajah Damian berkerut, ada rasa khawatir dan kesal yang tampak.
"Kenapa kau bisa bersamanya? Ini diluar rencana kita untuk menghabisi si sialan itu!" Damian meninggikan suaranya.
"Kau... Bagaimana kau-" Blaire menarik nafas dengan berat, "menemukanku?"
"Shh- Aku melacakmu karena kau tak menjawab telepon dariku" kata Damian masih memperhatikan jalanan di depan.
Blaire membelalakan matanya saat menatap Damian. Pikirnya, sejak kapan lelaki itu melacak lokasinya.
"Wait, barusan kau bilang kalau kau melacakku? Apa kau gila?" Blaire tak tahu harus bersikap apa. Di sisi lain dia terselamatkan karena Damian melacaknya. Namun, di sisi lain juga dia tidak tau jika Damian berpikiran untuk melacaknya. Syukur jika ini pertama kali Damian melakukan hal itu.
"Hey, aku menyelamatkan nyawamu kali ini, ingat? Lagian ini pertama kalinya aku melakukan hal itu." Damian menjawabnya dengan kesal.
Blaire terdiam membayangkan jika Bjorn benar-benar membunuhnya tadi. Hening sempat menguasai situasi di mobil, hingga suara Damian memecahkan keheningan.
"Aku sudah tak peduli lagi dengan misi kita, tak selamanya aku harus mengikuti ucapan Rhys." kata Damian. Terdapat tekad yang kuat dalam ucapannya.
"Apa maksudmu?" tanya Blaire.
"Ya. Dia menyuruhmu untuk membunuh si brengsek itu. Aku tak akan membiarkanmu membunuhnya, bisa saja kau yang akan terbunuh, mengingat kau adalah incaran Crimson Eclipse." ucapnya.
"Aku yang akan membunuhnya!" kata Blaire sedikit terancam dengan perkataan Damian, dia tak ingin Rhys kecewa padanya.
"Tak bisakah kau dengar aku saja, Blaire? Aku benci melihat si bajingan itu mencekikmu. Ahh! Sialan. Aku tak bisa kehilanganmu, Blaire Svajone. Demi Tuhan aku tak ingin!" Damian menekan kalimat terakhirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ᴅᴀʀʟɪɴɢ ᴋɪʟʟᴇʀ
Фэнтези"𝑆𝑎𝑡𝑢 𝑑𝑖𝑎𝑛𝑡𝑎𝑟𝑎 𝑘𝑖𝑡𝑎 ℎ𝑎𝑟𝑢𝑠 𝑚𝑎𝑡𝑖. 𝐸𝑛𝑡𝑎ℎ 𝑖𝑡𝑢 𝑎𝑘𝑢, 𝑎𝑡𝑎𝑢𝑝𝑢𝑛 𝑘𝑎𝑢, 𝐵𝑗𝑜𝑟𝑛." Blaire Svajone mendapat perintah untuk membunuh seorang assasin berbahaya dari organisasi Crimson Eclipse. Nama yang tertera pada no...
