Pagi yang luar biasa indah. Ini bahkan lebih cerah dari pagi sebelumnya. Blaire mengusap kelopak matanya dengan lembut lalu tersenyum seakan dia sedang tersenyum pada seseorang. Tidak. Tentu saja tidak.
Blaire berjingkrak-jingkrak, menuju ke kamar mandi untuk bersiap menghadapi hari baru. Saat dirinya tiba didepan kaca kamar mandi matanya terbelalak.
"Goddammit!!" umpatnya namun dengan hati yang berdegup kencang.
Tidak. Tidak mungkin. Ini tidak mungkin terjadi padanya. Si brengsek sialan itu, apa dia sudah gila? Sekarang bagaimana? Blaire tidak mungkin pergi menemui rekan kerjanya dengan keadaan seperti ini. Bercak merah itu tersebar di lehernya.
Bodoh! Gadis bodoh!
Bagaimana jika Damian melihatnya? Dia akan sangat kepo dan bertanya hingga Blaire tak bisa membohonginya. Ini hanya akan menjadi neraka bagi Blaire.
Cupang sialan ini menonjol sangat jelas di lehernya, pasti ulah si pirang kemarin malam.
Blaire harus menutupinya, tapi pakai apa? Syal? Tak ada syal disini. Dia bergegas membuka lemari pakaiannya dan menemukan baju turtle neck putih. Blaire segera menggunakannya, dia juga mengenakan rok hitam pendek yang berbahan seperti kulit hitam membuat penampilannya persis gadis-gadis korea.
Bagaimana dengan bawahan? Rok pendek dengan baju turtleneck tangan panjang pasti akan cocok dengan sepatu boots hitam dan stocking hitam panjang. Blaire menggunakan setelan itu dan benar saja, dia terlihat sangat menakjubkan.
Blaire akhirnya pergi mengemudikan kendaraannya ke tempat kerja. Sebenarnya Dia sangat berat hati dengan penampilannya hari ini. Ini memang terlihat fashionable dan melukiskan karakter glamour seorang Blaire Svajone. Tapi, Damian pasti akan terus mengintrogasinya.
Saat memasuki koridor, Blaire bertemu dengan Ravenna. Dia menatap Blaire dan matanya melebar, menyadari siapa yang dia lihat. Bukan Ravenna jika dia tidak menarik pergelangan tangan Blaire lalu membawanya ke suatu tempat yang terkunci. Itu adalah toilet wanita, yang diyakini sebagai tempat dimana tak ada satupun orang yang bisa menguping.
"Menurutmu pakaian apa yang kamu kenakan hari ini, huh?" dia bertanya sambil menyentuh bagian kerah bajunya.
"Aku, uhm, Laundry. Baju yang lain masih di tempat laundry dan aku memutuskan untuk mengenakan ini saja. Dari pada aku terlambat, Rhys akan membunuhku jika aku terlambat."
Ravenna memandang Blaire dari atas kepala hingga ujung kaki seolah dia sedang memastikan jika Blaire sedang berbohong atau tidak. Ravenna tidak bodoh, Blaire juga langsung bergegas keluar dari toilet. Namun, tepat sebelum Blaire berhasil keluar, Ravenna menahan pergelangan tangannya dan menariknya kembali masuk ke dalam toilet.
"Baiklah tukang retas, aku percaya padamu," Ravenna tersenyum. "Yang itu ada di tubuhku. Blaire, kau harus lebih berhati-hati. Bayangkan jika ada orang lain yang menangkapmu" Dia melilitkan syalnya di leher Blaire
"Jika kamu ingin menyembunyikan cupang, setidaknya lakukan dengan benar."
"Apa? Bagaimana kau tahu?" Blaire bertanya dengan panik.
“bajumu sedikit turun. Itu hanya sedikit, tapi memang ada di sana. Aku melihatnya ada di dalam sana." Ravenna berhenti sejenak. "Jadi, siapa pria yang beruntung itu?" godanya.
"Tolong jangan beritahu siapapun tentang ini" Blaire menghindari pertanyaannya.
"Baiklah, baiklah. Aku tidak akan mengatakannya. Tolong, lebih berhati-hatilah saat menyembunyikan cupang."
"Oh! Diam, Ravenna," itu hanya satu!
"Oh? Begitukah? Lalu bagaimana dengan yang lainnya? Bagaimana dengan tulang selangka hm? Jangan kira aku tidak melihatnya".
"Oke. Oke. Aku mengerti. Ini sangat memalukan."
"Aku hanya bercanda! Kembali bekerja sebelum ada yang menyadari kita pergi."
Hari yang sial. Blaire keluar dari kamar mandi dan berjalan menuju ruangannya. Setelah beberapa saat mengetik, mengerjakan bagian pekerjaannya, Blaire pamit, mencoba untuk tidak menonjolkan diri dan bahkan tidak keluar dari makan siang saat istirahat sehingga Blaire menyelesaikannya sedikit lebih awal dari biasanya.
Saat Blaire mengemasi barang-barangnya, Blaire melihat Damian di sudut matanya. Blaire berusaha untuk menghindarinya
dengan pertanyaan-pertanyaannya yang tak terelakkan. Namun, Blaire harus pulang, jadi dia berjalan ke arah Damian karena dia sedang menuju pintu keluar.
Mungkin jika mengabaikan, dia tidak akan berbicara denganku. Pikirnya dalam hati.
Benar saja, Rencana itu terbuktI hampir berhasil sampai dia meraih lengan pergelangan tangan Blaire.
Ahh! Damian sialan!
Damian benar-benar berhenti berbicara dengan pria yang diajak bicara dan mengalihkan fokusnya ke arah Blaire. "Jadi itu kamu," katanya.
"Damian, aku sampai tidak makan siang hanya untuk menyelesaikan pekerjaanku dan pulang lebih awal." kata Blaire sambil merengek. Blaire sangat senang merengek pada Damian. Damian juga sangat terbuka dan tak segan untuk mengiyakan permintaan Blaire.
"Ada apa dengan pakaianmu? Aku sedang tidak sibuk sekarang, ceritakan padaku. Kau sedang menarik perhatian siapa lagi?" kata Damian menatapnya dengan intens.
"kau kenapa sih? Aku tidak pernah caper ke siapapun. Ya, sebenarnya aku sedang tidak enak badan dan sangat ingin pulang sekarang."
"Katakan padaku. Ada apa? Kau sudah menjauhiku sejak kemarin. Kau bisa bicara padaku, tahu?"
"Tidak, Damian, untuk apa aku menjauhimu? Kita kan pasangan kerja, kau tak perlu berpikir yang tidak terjadi."
"Baiklah, tapi setidaknya biarkan aku mengantarmu sampai ke mobil." katanya lagi.
"Sepertinya itu tidak perlu, tapi tentu saja." kata Blaire. Damian tersenyum dan mengantarnya ke mobil.
"Tampaknya langit sudah cukup gelap. Aku khawatir terjadi sesuatu yang buruk padamu. Kau tak apa, Blaire?" tanyanya lagi.
"Aku baik-baik saja. Aku akan mengabarimu jika aku sudah tiba, okay?"
Damian tersenyum, yang jelas dia tidak bisa memaksakan Blaire untuk bercerita kepadanya. Setelah melambaikan tangan kepada Damian, Blaire mulai mengemudikan mobilnya kembali ke rumah.
Akhirnya semua beres, walaupun menghindar dari Damian cukup membuat dirinya hampir pingsan.
Setibanya di rumah, Blaire segera mengabari Damian yang langsung dibalasnya. Damian selalu meluangkan waktu untuk Blaire. Kadang Blaire juga penasaran, pria sebaik Damian tidak memiliki pacar. Atau mungkin ada tapi Damian sengaja tidak menunjukkannya pada Blaire. Damian juga ... Tampan.
Blaire berencana membuat sandwich sebagai cemilan, jadi dia membunuh kulkas untuk mengambil roti, tapi rotinya habis. Itu sangat payah. Blaire segera keluar tanpa mengganti pakaiannya.
Toko roti adalah tujuan Blaire, saat tiba, dia segera mengambil roti dan selai coklat. Ini sudah malam hari, tapi itu tidak mengganggu Blaire, kecuali kali ini, Blaire merasa seperti seseorang sedang mengawasinya. Kulitnya seakan terbakar, matanya tetap waspada menatap sekelilingnya. Getaran menakutkan melanda situasi disekitarnya, membuat Blaire bergegas untuk check out dan pergi.
Blaire bergegas masuk ke mobil dan mengunci pintu. Blaire akhirnya merasa terbebas dari indra keenam yang bimbang. Namun firasat itu terbukti benar. Dia sangat yakin seseorang mengawasinya dari jauh. Ini kali pertamanya merasakan kegelisahan yang tak terbendung. Tapi yang jelas saat ini adalah dia akhirnya mengerti apa maksud dari kalimat 'Returning home safely.'
KAMU SEDANG MEMBACA
ᴅᴀʀʟɪɴɢ ᴋɪʟʟᴇʀ
Viễn tưởng"𝑆𝑎𝑡𝑢 𝑑𝑖𝑎𝑛𝑡𝑎𝑟𝑎 𝑘𝑖𝑡𝑎 ℎ𝑎𝑟𝑢𝑠 𝑚𝑎𝑡𝑖. 𝐸𝑛𝑡𝑎ℎ 𝑖𝑡𝑢 𝑎𝑘𝑢, 𝑎𝑡𝑎𝑢𝑝𝑢𝑛 𝑘𝑎𝑢, 𝐵𝑗𝑜𝑟𝑛." Blaire Svajone mendapat perintah untuk membunuh seorang assasin berbahaya dari organisasi Crimson Eclipse. Nama yang tertera pada no...