𝑪𝒉𝒂𝒑𝒕𝒆𝒓 𝟐: 𝑪𝒐𝒎𝒎𝒂𝒏𝒅 𝑯𝒊𝒎

118 17 34
                                        

"Where the fuck is Bjorn, Valerie?" Tanya seorang pria saat wanita berambut pirang memasuki ruangan yang sudah dipenuhi dengan anggota kerjanya.


"Don't know." balas Valerie kepada pria bernama Rylan.

"Kelihatanya dia akan terlambat lagi." sambung Nyx yang duduk di samping Rylan.

Sementara disisi lain, seorang pria dengan santai mengetuk lalu membuka pintu dengan ekspresi wajah yang tenang. Rambut pirangnya tampak lembut terjatuh di sisi kiri dan kanan, sebagian menutupi dahinya.

"Maaf terlambat." ucapnya masih berdiri di depan pintu dengan tatapan datar mata berwarna biru kaca seperti samudra.

"Nah, kan. Sudah ku bilang. Si brengsek datang terlambat lagi." Bisik Freth yang sekarang duduk si damping Nyx.

Mereka diam, menunggu perintah dari Christopher Grey sebagai atasan mereka, atau Rex, sebagai Co-Ceo.

"Apa kalian akan diam disana terus, membiarkanku berdiri sepanjang waktu disini? Kalau rapatnya sudah selesai, aku akan pergi." ucap Bjorn membungkuk lalu memutar badannya ke arah belakang, berniat untuk segera pergi.

"Masuklah, kapten bodoh!" kata pria lebih tua bernama Rex. Dia tahu bahwa, Bjorn bukanlah tipe orang yang bodoh. Kecerdasan taktik dan nalurinya yang membuat dia terpilih sebagai seorang kapten. Namun, memanggilnya dengan kata bodoh membuat hati Rex terhibur.

"Masuklah Bjorn. Kita semua memang sedang menunggumu untuk membahas tugas ini." kata Chrisopher.

Akhirnya kau angkat bicara, sialan!

Bjorn berjalan mendekati mereka semua yang duduk saling berhadapan di sebuah meja panjang dengan diameter lingkaran yang besar. Lebih tepatnya, Bjorn duduk disamping gadis berambut pirang tadi.

"Jadi, apa hal yang penting itu, Sir?" tanya seorang gadis bernama Astrid.

"Kalian semua sudah menjalankan misi dengan baik saat mencuri data intelijen milik musuh. Kalian pasti tahu bahwa data yang kita ambil dari Midnight Ravens adalah kunci untuk mengamankan posisi kita. Namun, mereka tentunya bukan musuh yang bodoh yang akan diam saja, sampai perampok yang mencuri data mereka, membocorkan siapa mereka sebenarnya. Kita harus waspada terhadap serangan balik mereka."


"Dengan cara apa, by the way?" tanya Gaby Grey yang merupakan anak dari Christopher sang CEO.

"Bunuh peretas mereka." itu kalimat yang keluar dari mulut Christopher. Seakan pria itu tidak ingin berbasa-basi untuk mengatakan.

Ryland dan Zara tersenyum saat mendengar perintah 'Bunuh'.

"I love this one!" kata Zara.

"Kalau begitu, kita harus membuat teater yang memancing Midnight Ravens. Mereka pasti ingin memulihkan data itu secepat mungkin." Bjorn mengatakan itu dengan ekspresi yang datar, membuat squadnya yakin persis bahwa dia sedang di suasana hati yang buruk.

"Benar. Kita harus menyiapkan serangkaian perangkap dan pengalihan agar mereka sibuk dan terpecah perhatiannya." Rylan menambahkan.

"Bjorn bisa mempersiapkan barikade digital dan fisik di sekitar markas kita. Ini akan memberi kita waktu untuk mengekstrak informasi vital dari data yang kita ambil." kata Valerie.

Bjorn menatapnya dengan ekspresi yang masih sama. Namun kali ini Bjorn tersenyum sesingkat uap.

"Kau tahu, aku sangat mahir disitu." kata Bjorn.

"Tidak perlu bersusah payah. Pasukan elite Midnight Ravens akan bergerak lebih cepat daripada yang kita duga. Kita perlu merancang strategi yang solid. Oh yah. Soal perangkap, di istana akan diadakan pesta yang dihadiri oleh orang-orang penting. Midnight Ravens pasti ada disana. Yang perlu kalian cari adalah," Chrisopher menunjukan sebuah data intelijen dari layar di hadapi mereka.

ᴅᴀʀʟɪɴɢ ᴋɪʟʟᴇʀTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang