Tanpa di sadari, aku sudah mencari penyakit untuk diriku sendiri karena jatuh cinta dengannya.
***
Dua minggu berlalu Dineshcara lewati tanpa kabar dari Ishara. Ia hanya mengetahui keberadaan Ishara setiap harinya melalu story Instagram milik laki-laki itu.
Dineshcara tahu, waktu yang dimiliki Ishara akhir-akhir ini untuk berlibur. Alasan itulah yang membuat Dineshcara enggan sekadar mengirimkan pesan. Setidaknya melalui setiap cerita-cerita yang dibagikan di Instagram, ia tahu bahwa Ishara baik-baik saja.
Sejak ujian sekolah selesai, siswa kelas XII memang tidak diwajibkan setiap harinya datang ke sekolah. Hanya sesekali saja bila memang sangat diharuskan dan itupun pasti menyangkut kelulusan mereka.
Minggu pertama di bulan Mei tahun 2023. Dineshcara duduk di depan kelasnya bersama Sahna dan beberapa teman dekat lainnya. Materi-materi pembelajaran memang sudah banyak yang selesai, jadilah mereka lebih santai di jam pelajaran sekalipun.
"Kalau banyak gak belajar gini mending gak sekolah. Di sekolah juga gak ngapa-ngapain, gak bisa tidur juga karena berisik," keluh Dineshcara.
"Lo mah ngomong doang gak mau sekolah. Ujungnya tiba-tiba tiap pagi lo udah duduk anteng tuh di kelas. Hapal gue mah sama kelakuan lo, Din," balas Sahna sudah tidak habis pikir lagi dengan kelakuan Dineshcara setiap kali gadis itu berniatan tidak berangkat sekolah.
"Itu berarti gue rajin."
"Heleh! Tugas lo selesaiin dulu baru bilang diri lo rajin."
"Nah, kalo itu gue males."
Sahna hanya merotasikan kedua bola matanya malas. Temannya yang satu itu memang selalu mempunyai jawaban di setiap pembicaraannya.
"Materi doang yang selesai, tugas mah gak selesai-selesai. Mati satu tumbuh seribu. Udah enek gue liatnya," sambung Dineshcara sembari memeragakan seolah ingin muntah lantaran terlalu banyak tugas yang diberikan.
"Minta bantuan cowok lo lah, dia kan pintar," sahut Xena Yozita, teman Sahna yang berbeda kelas.
Dineshcara melirik Xena sinis. Cowoknya yang mana?
"Gak mau. Males gue tanya-tanya dia."
Sahna memicingkan kedua mata ke arah Dineshcara. Ia mencoba membaca apa yang sebenarnya terjadi di antara Dineshcara dan Ishara sebenarnya.
"Gue tau nih. Cewek kalo tantrum gini pasti lagi kangen," tebak Sahna.
"Dih! Gue? Kangen? Sama dia? Seorang Dineshcara Elakshi kangen ke Ishara Jakti Lakshan?!" tanya Dineshcara memastikan sembari jari telunjuknya mengarah ke dirinya sendiri. Jelas iya lah, Na, batin Dineshcara melanjutkan.
Gengsi yang dimiliki Dineshcara terlalu tinggi untuk mengakui di hadapan teman-temannya sendiri. Lagipula jika ia mengaku merindukan Ishara, ia takut mereka akan membalikkan fakta tentang ia dan Ishara tidak memiliki hubungan apapun selain teman atau sebatas adik dan kakak kelas.
Jika saja ada kejelasan dalam hubungan mereka, mungkin Dineshcara akan lebih berani mengakuinya.
"Emangnya dia belum pulang dari Yogya, Din?" tanya Xena. Ia ingat terakhir kali Dineshcara bercerita kalau Ishara sedang liburan di Yogyakarta untuk beberapa saat.
Dineshcara mengangkat kedua bahunya tanda tidak tahu menahu. Kabarnya saja ia tidak tahu, apalagi tentang dia sudah pulang atau belum. Pertanyaan Xena terlalu jauh dari apa yang sebenarnya terjadi.
Terkadang Dineshcara ingin sekali melawan egonya dan mengirimkan pesan untuk Ishara. Tapi, ia terlalu takut untuk melakukannya.
Ishara tetaplah Ishara, laki-laki yang tidak bisa Dineshcara miliki baik raga maupun hatinya. Lupakan perihal perkataan Ishara beberapa waktu lalu, sebuah ucapan selalu bisa didasari kebohongan, 'kan?
YOU ARE READING
Prolog Tanpa Epilog
Teen Fiction"Aku menunggumu hingga hari esok. Jika esok kamu belum juga kembali, maka setiap hari adalah esok." -Dineshcara Elakshi. Bercerita tentang seorang gadis yang mengagumi kakak kelasnya dan bertekad akan mengabadikan sosok kakak kelasnya itu ke dalam s...