“Kak Taufan.. Tidak pernah membutuhkan syarat untuk terus menyayangiku.”
—autism—
Hujan.
Aku tertegun cukup lama, bukan sebab apapun. Aku melihat sendiri Solar, adik bungsuku itu menangis di pelukan kakak pertamaku.
Aku memandang mereka dari ambang pintu dobrakan kak Lin.
Solar.
Adikku itu sungguh luar biasa. Bahkan dalam kondisi mentalnya yang sudah terobrak-abrik kehidupan, ia masih menganggap kami adalah orang-orang yang berharga dalam hidupnya.
Sungguh..
Berbanding terbalik dengan diriku.
Yang lebih bajingan dibandingkan siapapun di dunia ini..
PLAK!!!
“TARIK KATA-KATAMU, GEMPA!!” teriakan itu terdengar bersamaan dengan telapak tangan yang menyapa wajahku. Kutatap datar wajah kak Lin yang menatapku emosi, kulihat ia sekuat tenaga menahan amarahnya. rasa tembaga seperti mengalir dalam mulutku.
Aku menatap nyalang. Menarik kata-kataku?
“Tidak mau.”
Kulihat kak Lin menahan tangannya agar tidak menamparku kembali. Ayolah, tampar saja aku lagi. Kau menyayangi kak Tau kan? Tampar saja aku lagi. Buat aku menjadi manusia paling sengsara sekali lagi.
Beasiswa.
Sebagai orang dengan usia singkat, aku ingin sekali meraih cita-citaku. Kulakukan segala macam agar aku bisa melanjutkan sekolah di Amsterdam.
Tapi kak Tau—argh. Apa aku harus menyebutnya kakak? Dia bahkan hanya lebih tua beberapa menit dariku.
Ya, dia. Merusaknya.
Singkatnya, dia menumpahkan kopi pada laptopku tepat saat tes online paling menentukan, wawancara. Seketika aku dinyatakan gagal mendapatkan beasiswa tersebut.
Kesabaranku tersulut habis. Bahkan, Taufan, ia hanya menatap kosong seperti biasa, masih dengan senyuman.
Aku tak sudi menerima apapun maafnya.
Dan dia, apa dia tak berusaha untuk meminta maaf padaku?
Aku muak.
Sejak dulu aku selalu memaklumi Taufan, ia selalu berbuat seenaknya, bertindak sesukanya. Meski kak Lin kerap marah-marah karenanya, kulihat ia tak pernah memaksa Taufan untuk berubah sesuai keinginannya.
Apa salahku memiliki saudara sepertinya?
Aku sudah cukup bersabar selama ini.
Aku selalu mengurusmu, Taufan! Sejak dulu! Aku yang meminta maaf atas segala kesalahan yang kau buat, selalu menyelesaikan masalah yang kau timbulkan. Apa kau tak pernah sedikitpun, melihat!?
AKU MEMBENCIMU! AKU BENCI MEMILIKI SAUDARA SEPERTIMU!!
Tak ayal, kudorong ia. “ARGH!! KENAPA AKU HARUS MEMILIKI SAUDARA GILA SEPERTIMU!?”
Senyumannya mengendur, ia menatapku terkejut, kak Lin yang sedang duduk berteriak tak terima. Dengan cepat ia menampar wajahku, hingga berdarah.
“TARIK KATA-KATAMU, GEMPA!!”
Sementara kulihat Taufan mematung, ia memegang hoodie milik kak Lin. Ya, ya, bagus, mengadulah pada kak Lin seperti biasa. Buat aku menjadi saudara tiri Cinderella yang kejam.

KAMU SEDANG MEMBACA
autism | taufan
FanfictionN TAUFAN'S :: dia punya dunianya sendiri ━━━━━━━━━━━━┅ ❛ ini tentang taufan dan merelakan ┅━━━━━━━━━━━━ boboiboy©monsta story©izerenn