“Hanya kak Tau, yang bisa menjawab pertanyaanku..”
—autism—
Hujan begitu deras. Suaranya berisik.
Tapi, pernahkah kau berpikir?
Semakin tinggi frekuensi suara, kita tak bisa mendengarnya, begitu pula jika semakin rendah.
Itu sama seperti pandangan, kita tak bisa melihat sesuatu yang sangat besar, kita juga tak bisa melihat sesuatu yang sangat kecil.
Contohnya, apa kau bisa melihat bumi?
Hemm, mungkin beberapa dari kalian dengan mudah mengatakan, “Tentu saja, bahkan kita tinggal di bumi.”
Tapi bukan itu yang kumaksudkan, yang kumaksudkan adalah wujud dari bumi itu sendiri. Apa itu bulat, kotak, trapesium, jajargenjang, bisakah kau melihatnya dengan mata telanjang? Tidak kan. Bahkan sampai sekarang belum ada bukti yang benar-benar akurat bahwa bumi berbentuk bola. Wujudnya masih diperdebatkan ilmuwan-ilmuwan. Sebenarnya itu hal yang konyol— mau bumi bulat atau kotak seperti di minecraft, itu tidak mempengaruhi kehidupan sehari-hari manusia. Kenapa mereka suka mencari-cari pengetahuan yang bahkan manfaat untuk kehidupan saja tidak ada? Hanya menambah beban pelajaran untuk anak anak sekolah saja.
Kita juga tak bisa melihat sesuatu yang sangat keciil, seperti kuman, virus, bakteri, sel darah, dan banyak mikroorganisme yang hidup berkesinambungan dengan makhluk lain.
Semua memiliki porsinya.
Semuanya memiliki waktu.
Itu adalah.. Aturan yang tak boleh dilanggar.
Tapi aku mendobraknya.
Aku memeluk kakiku sendiri sambil menatap sebuah nisan, datar, aku sudah menghabiskan waktu 3 jam sebelumnya dengan menangis. Sekarang airmataku tak bisa keluar lagi. Tapi tidak apa-apa. Aku juga lelah menangis. Itu hanya membuat nafasku sesak dan paru-paruku sempit. Rasanya seperti diafragmaku dicekik. Jadi ketika tangisanku berhenti perlahan, aku merasa lega.
Dingin, kulihat jari-jari tanganku memutih, jaket sewarna hutanku basah oleh hujan. Rambut cokelatku, turun menutupi separuh wajahku, basah. Dan lepek, tapi aku tak peduli. Rasa-rasanya jika aku mampu disini selama 5 jam berikutnya, aku bisa. Aku memiliki daya tahan yang tinggi.
Kembali menarik nafas, aku menenggelamkan kepalaku pada permukaan lutut.
Ini..
Batasan yang seharusnya tak pernah kudobrak.
Seharusnya aku tidak pernah melawan arus.
Seharusnya Thorn masih bisa bahagia dengan dengannya.
Apakah aku ini perusak?
Aku tahu eksistensiku tak lain hanyalah sebuah teriakan dari inner Thorn ketika dia bersekolah dasar, kami bukan jiwa yang berbeda, hanya pecahan dari satu bagian, tapi terus terang, aku benar-benar merasa terpisah dengannya saat memiliki kesadaran sendiri, aku yang membuatnya menghentikan pendidikan formal selama 1 tahun, sibuk mempelajari silat melayu. Kembali, untuk jadi kuat..
Tapi aku merusak hidupnya.
Aku harap kepribadian kami bisa bersatu, memang aku tahu ini semua salah. Ini adalah penyakit—aku seharusnya tak pernah ada.
Tapi DID memang hampir tak memiliki kemungkinan sembuh.
Meski begitu, bagaimana Thorn berikutnya? Bagaimana ia akan melanjutkan hidupnya yang timpang seperti ini? Seringkali pikiran kami bertentangan, tidak mengingat, segalanya kacau, saling melempar kesalahan.
![](https://img.wattpad.com/cover/358849836-288-k856070.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
autism | taufan
FanfictionN TAUFAN'S :: dia punya dunianya sendiri ━━━━━━━━━━━━┅ ❛ ini tentang taufan dan merelakan ┅━━━━━━━━━━━━ boboiboy©monsta story©izerenn