- blaze -

772 110 44
                                    

Apa yang kurang dari kak Taufan? Kak Taufan itu sempurna.”

—autism

“LU KENAPA NAMPAR KAKAK GUE SIALAN!!”



“SAHABAT GUE JADI GILA!!”

“LU YANG GILA!! INI SALAH LU SENDIRI!!”



Anak seni.

Aku menguap panjang, membuka pintu ruang pribadi kak Tau, yep. Aku suka menyebutnya seperti itu—ruang seni miliknya, teritori keduanya setelah kamar. Yang penuh dengan kanvas abstrak menarik. dengan pemandangan sejuta harga.

Aroma cat minyak menyeruak di indra penciumanku. Aku melihat sosok kak Tau yang sedang melukis disana, padang rumput ilalang. Senja.

Dia tak akan mendengarku jika sudah serius begini. Biarkan saja, lagipula ini kesempatan untuk mencari-cari hal yang menarik disini.



Banting lukisannya. Kau pengecut jika tidak melakukannya!

Hadeh. Aku mikir apaan dah.



aku melihat beberapa wajah bermunculan di dinding, menatapku dengan 6 mata. Tertawa-tawa. Aku sebenarnya curiga aku ini mimpi, indigo, apa beneran skizofreniawell, Bodoamat.

Cukup menyebalkan, sosok tak dikenal dengan tongkat itu justru mengikutiku. Tiap dia kuusir tak bergeming. Menyebalkan juga, berasa punya stalker.

Siapa sih dia? Ditanya nama malah cengengesan. Dibentak nggak takut, diancem malah nodongin tongkat. Hadeh, kurang ajar ya.

Tamu diam.





Kenapa dia mengikutiku?

“Aku itu saudaramu.”

“Ck, ya ya,” dengusku. Lebih tertarik pada kak Tau yang sekarang melukis siluet hitam yang menghadap matahari, sosok yang asing. Ia seorang perempuan.

Siapa? Aku lebih memilih untuk berjalan menuju meja kerjanya. Melihat selembar kertas yang bertuliskan berbagai esai, eh?



Semerbak bunga-bunga bermekaran
Musim semi seolah datang kembali
Memberikan rindang pada hari-hari spesial
Diiringi gerimis yang lembut
Tidak pernah setenang ini.
Seolah-olah waktu terhenti di aroma terakhir petrikor..

Apa?




Otakku kesulitan mencerna apa yang kak Tau tulis. Dia biasanya menulis sesuatu tentang langit—berhubung dia menyukai pemandangan jutaan bintang diatas sana, atau aurora. Seperti serenity celestial begitu. Entahlah, kak Taufan itu definisi manusia estetik.

Tapi ini apa?

Musim semi? Hah? Aku nggak paham dengan selera anak seni. Segalanya dibuat rumit. Walau indah dan misterius, tapi ya—

“WAWAWAWAWAWAWA!!” tangan kak Tau lebih dulu merenggut kertas itu dariku, menyembunyikannya disaku. Kuasnya masih ia tenteng, sedangkan wajahnya merah padam seperti cabai yang baru saja direbus.

He? Jangan bilang.. Kakakku ini..




Lukisan dengan siluet seorang gadis. Puisi cinta. Wajah yang merah, kelakuan yang tak wajar. Rahasia..

Otakku tak sepintar Solar atau Si tukang tidur itu, tapi yang kayak gitu saja aku juga paham. Kakakku ini..

“Kak Tau? Kau lagi suka dengan cewek ya?”

autism | taufanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang