Mia mengikuti langkah Ruto yang menuju ke taman kampus, dia sengaja mengikutinya karna ingin memperjuangkan cintanya. Semalam dirinya bertengkar dengan mamanya karna kenyataan bahwa mamanya seorang pelakor di rumah tangga Tia dan Anton. Orang tua Ruto.
Tapi, Mia terdiam disaat mamanya mengatakan jika ingin bersama dengan pria yang kita cintai, kita harus berjuang kalo perlu rebut dia dari orang-orang. Dan Mia memikirkan perkataan itu semalaman.
Mia memikirkannya sepanjang malam lalu memutuskan mengikuti perkataan mamanya. Dirinya akan memperjuangkan cintanya dan akan merebut Ruto dari Rita.
Ruto menaikan alisnya karna Mia yang duduk disampingnya.
"Denger gak? Pulang nanti langsung pulang jangan kemana-mana, apalagi ganjen sama cewek"
Ruto kembali memandang Rita di ponselnya, mereka berdua sedang melakukan panggilan vidio.
"Iya," Jawab Ruto menatap geli Rita yang sedang berkutat di dapur bersama bundanya. "Emang bisa masak?."
Rita terlihat mendelik mendengar pertanyaan Ruto. "Bisa! Makanya nanti kamu langsung pulang, terus cicip masakan aku"
"Iyaa aku langsung pulang, gak sabar nyicip masakan calon istri" Ruto tersenyum melihat Rita yang salah tingkah.
"Bacot deh, udah ah aku mau masak dulu sama bunda"
"I love you." Ruto menunggu balasan dari Rita. Tapi cewek itu mematikan panggilannya secara sepihak, Mendengus geli karna pasti Rita sedang salting.
Ruto menyimpan ponselnya kembali kedalam saku celana, lalu berdiri berniat meninggalkan taman dan Mia yang dari tadi hanya diam dan memandang dirinya.
Ruto menaikan satu alisnya memandang tangan Mia yang memegang tangannya, lalu menepis tangan Mia.
"Aku minta maaf atas nama, Mama aku"
Ruto tak menjawab dirinya malah berjalan tak peduli dengan permintaan maaf Mia.
Mia ikut mengejar langkah Ruto dan berjalan disamping pemuda itu. "Aku suka sama kamu." Mia memutuskan mengungkapkan perasaannya.
Langkah Ruto terhenti menatap Mia. "Gue gak."
Mia mengangguk. "Gapapa, aku cuma kasih tau aja. Oh iyaa, papa minta kamu buat dateng ke rumah"
"Gak."
Mia kembali mengikuti langkah Ruto yang lumayan cepat. Membuatnya tersandung dengan kakinya sendiri.
Ruto spontan menarik tangan Mia agar tidak terjatuh.
Mia bernapas lega karna tidak terjatuh lalu matanya melihat tangan Ruto yang memegang tangannya. Dirinya sangat senang.
Ruto lalu melepaskan tangan Mia sedikit menghempaskan tangan gadis itu. "Stop ngikutin gue."
"Kenapa?"
"Kita kan mulai sekarang saudara" Kata Mia membuat Ruto berdecak.
"Gue gak pernah punya saudara, dan bilang sama papa lo itu. Buat berhenti ganggu keluarga gue" Ruto langsung meninggalkan Mia menuju parkiran kampus, dirinya harus segera pulang untuk mencoba masakan Rita-nya.
"Selamat datang kerumah sayangnya aku" Rita menyambut Ruto membuat pemuda itu mengembangkan senyumannya.
Lihatlah penampilan gadis itu, memakai daster berwarna coklat dan rambut yang di cepol acak. "Udah cocok buat jadi istri. Nikah yuk...."
Rita memukul lengan Ruto. "Gampang bener tuh mulut bilang nikah..."
Ruto tertawa pelan, lalu memeluk Rita dan membenamkan wajahnya di leher gadis itu menghirup rakus aroma Rita yang sangat membuatnya candu. "Aku serius."
"Halah." Entah kenapa Rita panik.
Ruto melepaskan pelukannya menatap lekat Rita. Tangannya masih memegang pinggang gadis itu. "Kenapa? Gamau nikah sama aku? Yaudah aku nikah sama cewek lain aja"
Ruto meringis karna kepalanya dipukul oleh Rita.
"Bercanda sayang" Rita mengerucutkan bibirnya, jantungnya berdegup dengan kencang mendengar perkataan Ruto tadi. Rita takut Ruto akan menikah dengan perempuan lain.
Ruto menarik Rita kedalam pelukannya melihat wajah pacarnya yang akan menangis. "Maaf yaa, aku cuma bercanda gak serius" Menangkup wajah Rita dan mengecup singkat bibir gadis itu. "Aku cuma mau nikah sama kamu, buat keluarga kecil sama kamu. Mau kan?,"
Rita mengangguk membuat Ruto tersenyum dan memeluknya kembali. "Maaf yaa, tadi aku bercandanya kelewatan."
"Jangan bilang gitu lagi"
"Iyaa nggak lagi"
"Janji?"
"Iyaa janji" Ruto mencium puncak kepala Rita. "I love you"
"Bales dong."
Rita tertawa pelan. "I love you too"
Ruto mengeratkan pelukan mereka. "I love you for thousand more"
Rita memukul pelan dada Ruto.
"Bunda gak diajak nih?," Mereka berdua tersenyum lalu menarik tangan bunda Tia untuk bergabung dengan mereka.
Ruto tersenyum memeluk dua wanita yang sangat berarti dalam hidupnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Leave Me!
Teen FictionSebelum baca harap follow dulu yaaa🌸 Jangan lupa tinggalkan jejak. seperti, vote dan komen. Cover by:Pinterest 🌼🌼🌼 "Putus?," "Hm," "Aku gak mau! kalo kamu masih aja ingin putus, lebih baik aku mati!" "Aku serius...lebih baik aku mati daripad...