Hari yang ditunggu-tunggu telah tiba. Hari ini adalah hari pernikahan mereka berdua.
Ruto sangat gugup, berulang kali dirinya mematut diri di cermin memeriksa penampilannya. Dirinya sangat nervous! Akhirnya dia keluar duluan dari kamarnya dan menuju ke altar pernikahannya dengan Rita.
Tak jauh berbeda Rita-pun sama gugupnya dengan Ruto.
"Gausah gugup gitu napasih Taa. Lo mondar-mandir gitu yang ada nanti lo capek"
"G-gue deg-deg'an banget tau Ram! Bayangin, kemarin gue nangis-nangis karna Ruto ninggalin gue. Sekarang, hari ini gue nikah sama Ruto! Anjirlahhh seneng banget"
Rami menarik tangan Rita untuk duduk dan memperbaiki hiasan gadis itu. "Iyaa. Tapi, lo jangan gugup lah."
"Ayok turun"
Rita mengangguk dan turun kebawah ditemani Rami disampingnya.
***
Akhirnya mereka berdua telah resmi menjadi pasangan suami istri.
Terlihat dua insan yang melempar senyum bahagia satu sama lain.
Ruto mengelap air matanya yang menetes, tak menyangka bisa menikah dengan pujaan hatinya. Rita!.
"Ih kok nangis? Kamu gak bahagia sama pernikahan ini" Tanya Rita.
Ruto menggeleng lalu menarik pinggang Rita agar lebih merapat ke tubuhnya. "Kamu tau, aku orang paling bahagia sama pernikahan ini. Akhirnya aku bisa nikah sama kamu"
Rita yang mendengar-pun tersenyum. "Aku juga. Akhirnya dunia aku balik lagi, makasih yaa"
"Aku yang harusnya bilang gitu, dari dulu kamu selalu jadi orang spesial buat aku" Ruto mencium kening Rita lama.
"Tau yang pengantin baru mah bisa mesra-mesraan kapan aja. Tapi, liat-liat juga dong! Noh pada mandang kalian semua" Tunjuk Ren kepada seluruh tamu undangan.
"Biarin, sirik aja lo!"
"Dih"
"Mau salaman kan? Yaudah cepet"
Ren maju dan bersalaman kepada Ruto dan Rita.
Mereka berfoto dan akan dijadikan jedag jedug.
Rami memeluk Rita erat. "Huhuhu....gak nyangka temen gue udah nikah"
"Cepet nyusul yaa kalian berdua"
"Bikin yang banyak bro" Bisik Arlan kepada Ruto yang dibalas pukulan kecil di bahunya.
"Eh! Foto dulu dong foto dulu" Bunda Tia datang ke mereka dan dengan heboh mengajak mereka semua berfoto.
Mereka semua sedang menikmati acara tanpa menyadari kehadiran seseorang yang membawa pistol ditangannya.
Diarahkan ke arah perempuan yang memakai gaun pengantin berwarna putih dan menarik pelatuknya.
Lalu detik itu juga terdengar suara tembakan yang membuat acara yang semula happy berubah menjadi hening dan mencekam.
Terlihat mereka semua menegang dan melihat keasal suara tembakan.
"Mia?" Gumam Ruto.
Rita melihat perutnya dan memegangnya karna mengeluarkan darah.
Dirinya lunglai kesamping dan terjatuh didalam pelukan Ruto."Hey! Jangan tidur" Ruto menepuk pipi Rita agar istrinya itu tidak memejamkan mata, lalu menyuruh orang untuk menangkap Mia yang terlihat akan berlari.
"Sayang....." Lirih Ruto melihat napas Rita yang menipis.
Rita menghapus air mata Ruto. "Jangan nangis, a-aku seneng walau belum dua puluh empat jam tapi aku udah seneng bisa jadi istri kamu. A-aku ngantuk b-boleh tidur? Kayaknya aku k-kangen sama mama papa deh"
Ruto menggeleng air matanya terus saja mengalir, menyuruh Rita untuk tetap terjaga dan melarang istrinya untuk memejamkan mata. "Iyaaa nanti kita tidur yaa. Tapi, jangan sekarang. Ajak aku kalo mau ketemu mama papa kamu....Taa jangan tinggalin aku"
Bunda Tia menampar Mia dengan berulang kali, bahkan tamparan pun tidak cukup untuk gadis itu.
"Too ambulan udah dateng" Ruto mengangkat tubuh Rita yang sudah tidak sadarkan diri kedalam ambulan.
Sedangkan Rami menyeret tangan Mia kehadapan polisi. "Penjarain dia pak! Dia udah nembak teman saya" Arlan memeluk Rami karna gadis itu menangis.
Mia menggeleng dan berontak dari cekalan polisi yang ingin memborgol dirinya. "Nggak! Ini bukan salah aku, ini salah mama. Dia yang nyuruh aku buat nembak Rita"
"Kenapa lo mau anjing!" Rami menerjang perut Mia.
Tia menyuruh juga polisi agar menangkap Sinta.
***
Ruto menunggu diluar. Duduk dengan gelisah melihat pintu masih tertutup dengan rapat.
"Ruto..." Ruto menoleh lalu memeluk bundanya.
"Ritaa,"
"Rita gapapa ya sayang, kita doain aja"
"Ruto takut Rita....."
"Sttt, kamu jangan mikir yang aneh-aneh" Bunda Tia menenangkan anaknya.
Rami memeluk Arlan, dirinya sangat takut Rita pergi meninggalkan mereka semua. Padahal gadis itu baru saja bahagia.
Ren dan Aiden juga ikut menenangkan Ruto.
Pintu terbuka membuat Ruto dan yang lain segera menghampiri dokternya.
"Istri saya baik-baik aja kan dok?" Tanya Ruto tak sabar.
Terlihat dokter itu menghela napas pelan, lalu menatap satu persatu orang disana. "Maaf, pasien bernama Rita Laura sudah meninggal dunia. Turut berduka cita"
Seperti tersambar petir. Ruto mematung mendengar penuturan sang dokter.
Sedangkan bunda nya jatuh hampir tak sadarkan diri di pelukan Rami.
"Ruto..." Aiden mengguncang tubuh Ruto agar pemuda itu sadar.
Ruto menggeleng lalu terkekeh pelan. "Gak! Rita gak mungkin ninggalin gue, dia gak mungkin pergi secepat itu! Dia, dia...."
Terdiam tak melanjutkan perkataannya, Ruto memilih masuk kedalam ruang milik Rita dan menatap wajah pucat istrinya.
"Dokter boong yaa, kamu cuma tidur padahal. Jahat banget, dia bilang kamu ninggalin aku? Padahalkan kamu lagi tidur" Ruto memegang tangan Rita yang dingin.
Mencium kedua pipi istrinya. "Bangun sayang, tidurnya dirumah aja jangan disini." Tidak ada pergerakan membuat Ruto menangis.
Memeluk tubuh istrinya yang sudah terbujur kaku dengan erat.
"Bangun, katanya mau honeymoon ke korea. Bangun yaa besok kita pergi kesana, plisss jangan tinggalin aku"
"Ritaa...." Hancur sudah pertahanan Ruto. Dirinya kini sudah menangis dengan kuat, Rita-nya sudah pergi meninggalkan dirinya.
Bunda Tia masuk kedalam diikuti yang lain, memeluk sang anak yang terpuruk.
"Ikhlasin Rita yaa sayang"
Ruto menggeleng dipelukan bundanya. "Gak bisa, Ruto gabisa ikhlasin bun....."
Tia melepaskan pelukannya lalu mengusap wajah anaknya. "Jangan gini, Rita juga sedih kalo liat kamu gak bisa ikhlasin dia. Gamau Rita sedih kan?" Tanya bunda Tia membuat Ruto menggeleng.
"Ikhlasin Rita yaa?"
Lama diam akhirnya Ruto mengangguk membuat bunda Tia memeluknya kembali.
Ruto menghapus air matanya lalu kembali menatap wajah yang beberapa jam lalu resmi menjadi istrinya. Dipegangnya tangan Rita dan menciumnya pelan seolah-olah takut mengganggu tidurnya.
"Selamat tidur cantik, Even though you are gone, but... I will still love you forever!" Bisik Ruto tepat ditelinga Rita. Dirinya tau Rita pasti mendengarnya entah dimanapun ia berada.
"Rita....." Lirih Rami didalam pelukan Arlan.
Sedangkan Ren dan Aiden juga ikut sedih karna baru saja gadis itu bahagia. Tapi, semesta sudah punya kehendak lain.
Ruto memeluk tubuh Rita dengan erat untuk yang terakhir kalinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Leave Me!
Teen FictionSebelum baca harap follow dulu yaaa🌸 Jangan lupa tinggalkan jejak. seperti, vote dan komen. Cover by:Pinterest 🌼🌼🌼 "Putus?," "Hm," "Aku gak mau! kalo kamu masih aja ingin putus, lebih baik aku mati!" "Aku serius...lebih baik aku mati daripad...