3

97 20 2
                                    

Rita terdiam karna Ruto melepaskan pelukannya. Dirinya mendongak menatap Ruto dengan air mata yang masih keluar.

"Maaf, gue gabisa balik ke lo lagi"

"Karna cewe itu?," Tanya Rita pelan dirinya mencengkram erat selimut yang melekat ditubuhnya.

Ruto memejamkan matanya sejenak lalu kemudian mengangguk. Ia tak tau harus bagaimana lagi agar bisa lepas dari Rita. Dan akhirnya ia berbohong.

Jangan kalian kira Ruto tidak mencintai Rita. Justru Ruto sangat mencintai gadis itu. Hanya saja ia merasa sudah lelah menghadapi sikap Rita yang selalu diluar dugaannya.

Bahkan dengan bundanya saja Rita bersikap kasar hanya karna cemburu. Rita hanya ingin atensi Ruto selalu tertuju kepadanya dan tidak ingin membaginya kepada siapapun.

Rita memukul tubuh Ruto. "Jahat...kamu bilang gabakal selingkuh! Kamu bilang gabakal tertarik sama siapapun. Putuskan dia, dan kembali kepadaku Ruto,"

Rita semakin menangis bahkan tangannya saja tidak sanggup lagi memukul Ruto. "Aku bilang putuskan dia RUTO! dan kembalilah menjadi rumahku lagi....aku mohon padamu" Ruto memalingkan wajahnya. Ia lalu melepaskan tangan Rita yang memegang bajunya.

"Kita udah selesai Rita. Gue harap lo gak ngelakuin hal bodoh lagi, " Ruto mengatakan itu tanpa membalikan tubuhnya. Karna ia tak mau pertahanannya runtuh karna melihat kondisi Rita. Setelahnya ia keluar meninggalkan Rita yang menangis.

Ruto duduk dan menunduk sembari menutup mata.

"Jangan salahin diri lo sendiri. Lo bisa ngelanjutin hidup lo To...dunia lo terlalu sempurna buat Rita yang dunianya udah hancur sejak kecil"

Ruto membiarkan air matanya mengalir ketika mendengar perkataan Rami dan juga teriakan Rita yang memanggil dirinya.

Rami menyuruh Ren dan Aiden untuk membawa Ruto pulang.

Selepas mereka pergi Rami segera masuk menghampiri Rita yang kini meringkuk dengan tubuh bergetar.

"Taa....ikhlasin Ruto yaaa? Gue tau Ruto itu kehidupan lo. Tapi, lo gak boleh egois buat nahan dia" Rami mengelus rambut Rita pelan.

Rita duduk kembali dan memeluk Rami. "Ruto beneran ninggalin gue Ram. Dia sekarang bukan tempat gue pulang lagi,"

Rami membalas pelukan Rita. "Ada gue sama keluarga gue Taa. Lo gak sendirian di dunia ini,"

Rita tak menjawab ia masih menangis dipelukan Rami. Dan tertidur karna kelelahan.

°°°°

Ruto masuk kedalam rumahnya lalu ia melihat bundanya yang sedang duduk menonton televisi.

"Eh? Kenapa? Berantem lagi sama Rita yaa. Kalian ini selalu saja berantem. Tapi, nanti ujung-ujungnya baikan"

"Kita udah putus," Bunda Tia kaget mendengar ucapan anaknya.

Ruto melepaskan pelukannya dan menceritakan semua apa yang sudah terjadi kepada bundanya.

"Kenapa putus? Bunda gak keberatan sama sikapnya. Bunda tau Rita gamau kehilangan dunianya lagi,"

"Ruto lelah dengan sikap Rita. Dia terlalu over dan mengekang. Dan dunia Ruto bukan dia saja bun. Bunda tau kan kalo Ruto sangat mencintainya? Tapi kali ini rasanya sangat lelah untuk memahami gadis itu terus menerus"

Tia mengangguk. Ia paham dengan perasaan putranya. "Kalo gak bisa balikan. Kamu sama Rita bisa temenan"

Ruto menggeleng pelan.

Ruto bangkit dari duduknya dan menaiki tangga menuju kamarnya.

Sedangkan bunda Tia mengkhawatirkan Rita. "Semoga kalian berdua ditakdirkan bersama" Yaa bunda Tia menyukai Rita meski sikap gadis itu yang sedikit kasar kepadanya. Tapi, tidak apa-apa karna Tia tau kondisi gadis itu karna putranya itu selalu menceritakan tentang Rita.

"Maaf Taa. Tapi, kali ini gue bener-bener lelah," Ruto memandangi fotonya dan Rita saat mereka berdua lulus SMA.

Lalu Ruto menyimpan semua kenangan  foto dirinya yang bersama Rita kedalam kardus. Dirinya akan memulai kehidupan baru tanpa gadis itu. Dan Ruto juga berdoa agar Rita dapat melanjutkan kehidupannya juga. Meskipun ia tau itu sangat sulit bagi Rita.

Setelah menyimpan semua kenangannya bersama Rita. Ruto terlentang diatas kasurnya. "Maaf, dan terimakasih atas kenangan lima tahun ini Rita," Ucapnya yang memejamkan mata.

°°°°

"Rita sayang, pulang ke rumah tante yaa?," Rita menggeleng pelan menolak ajakan mama nya Rami.

"Lo sendiri bego! Pulang kerumah gue aja" Rami tentu saja tak mengizinkan Rita untuk pulang kerumahnya sendiri. Lagipula semenjak orang tua Rita meninggal gadis itu selalu tinggal dirumah Rami.

"Gapapa. Mulai sekarang gue harus terbiasa kan Rami? Lagian juga gue gak sepenakut itu!"

Papa Rami mengelus kepala Rita. Ia dan istrinya sudah menganggap Pharita seperti anak kandungnya sendiri. "Kalo ada apa-apa bilang sama papa yaa," Rita mengangguk dan berjalan mengikuti mereka keluar dari rumah sakit.

Disepanjang perjalan Rita hanya diam menghadap kaca menatap kendaraan yang lalu lalang. Dirinya harus terbiasa mulai saat ini. Rita tidak tau apakah dia bisa melanjutkan hidupnya tanpa Haruto? Ruto adalah kehidupannya.

Rami menggenggam tangan Rita seolah mengatakan.

Rita meneteskan air matanya kembali. Nyatanya Rita sudah hancur. Dunianya kembali hancur.

°°°°

"Beneran gamau tinggal dirumah gue lagi?," Tanya Rami yang entah sudah keberapa kalinya.

"Gak," Singkat padat dan jelas. Rita mendorong Rami agar masuk kedalam mobil. "Dadahhhhhh," Lambainya ketika mobil milik papa Rami berjalan.

Rita menarik nafasnya dalam-dalam lalu menghembuskannya perlahan. Rumahnya tidak lah besar tapi cukup layak untuk ditempati. Dirinya juga bukan berasal dari keluarga yang kaya.

Rita menarik kopernya dan membuka pintu rumahnya. Tapi, sebelum ia benar-benar masuk ke dalam rumah. Seseorang melemparkan kulit jeruk kearahnya.

Rita membalikan tubuhnya lalu menoleh kesamping kanan melihat pemuda yang berpakaian santai yang memakan jeruk.

"Tetangga baru lo?," Tanya pemuda itu berjalan mendekat kearah pagar rumah mereka.

"Cantik-cantik bisu" Pemuda itu menyodorkan jeruk yang sudah ia kupas dati kulitnya kepada Rita. "Jeruk,"

Pharita menaikan alisnya menatap heran pemuda itu. "Sinting!" Rita menutup pintunya dengan kencang sehingga membuat pemuda itu berjenggit kaget.

"Astagaaa jantung gue" Pemuda mengusap jantungnya yang berdetak dengan cepat. "GALAK BENER NENG," Teriaknya.

•••••

Arlan Cakrawala

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Arlan Cakrawala

Don't Leave Me!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang