20

150 11 4
                                    

Matanya mengerjap perlahan menyesuaikan cahaya yang berbondong-bondong masuk kedalam matanya.

Perlahan namum pasti, matanya terbuka dengan sempurna. Menatap sekitar dengan kerutan didahi yang dalam.
Mengangkat tangan sebelah kiri yang terpasang selang infus.

Ceklekk

Menoleh kesamping kanan melihat siapa yang membuka pintu, dan ternyata itu adalah Rami.

"Lo? Bentar gue panggil dokter dulu" Rami buru-buru keluar dari kamar inap Rita ke ruangan dokter yang selama ini menangani Rita.

Tak lama kemudian Rami kembali bersama dokter disampingnya.

"Jangan ngelakuin itu lagi yaa? Untung kamu cuma koma. Coba buka tutup tangannya" Suruh dokter tersebut kepada Rita. Takutnya otot tangan gadis itu melemah karna selama 4 tahun Rita koma akibat percobaan bunuh dirinya yang terakhir kali.

"Baik." Dokter tersenyum hangat kepada Rita yang sudah seperti anaknya sendiri.
Seperti dugaannya otot tubuh gadis itu melemah maka harus melakukan pemulihan yang cukup agar kembali seperti semula.

Setelah itu dokter keluar dan meninggalkan Rita bersama Rami.

Rami menarik kursi mendekat ke ranjang Rita. "Gue takut banget tau gak? Jangan lagi yaa Taa? Gue mohon, gue gak mau kehilangan lo."

Rita menatap Rami yang menangis, jadi selama ini hanya khayalan saja waktu dia koma?

Tersenyum miris dalam hati, kenapa dirinya tidak mati saja? Kenapa harus koma?

"Taa?." Panggil Rami melihat Rita yang termenung mengeluarkan air mata.

"Lo pasti udah wisuda yaa?"

Rami tersenyum dan mengangguk, mengelap air mata Rita dan menepuk pucuk kepala gadis itu.

"Ruto? Ah, pasti dia sekarang udah nikah yaa?" Rita membayangkan Ruto yang sudah menikah dan memiliki seorang putri kecil yang cantik seperti keinginan pemuda itu saat masih bersamanya.

Tersenyum dan menutup matanya. Bohong jika Rita tidak sakit, dirinya sangat sakit jika benar itu terjadi.
Rita tidak sanggup Ruto-nya menikah dengan orang lain.

Rami menggenggam tangan Rita seolah memberikan kekuatan kepada gadis itu.
Rami juga tidak tau dengan kehidupan Ruto semenjak wisuda.

***

Seorang pemuda kini tengah berkutat dengan layar laptop dihadapannya.

Melirik berkas-berkas yang lumayan menumpuk dimejanya, menghela napas pelan lalu memijat pangkal hidungnya pelan.

Pintu terbuka membuat kedua matanya terbuka, ternyata itu Mia. Sekretarisnya.

Mia tersenyum dengan segelas kopi ditangannya, menuju ke meja Ruto dan meletakkannya diatas meja.

"Thanks."

"Bareng?" Tanya Mia kepada Ruto yang menyesap kopinya.
Biasanya mereka memang makan bersama setelah jam istirahat kantor.

Ruto mengangguk dan mengambil jas nya yang tersampir di kursinya.

Lalu mereka berjalan keluar dari gedung kantor yang dikelola oleh Ruto. Semenjak wisuda Ruto mengurus perusahan Bundanya.

Melihat Mia yang selalu bersama Ruto membuat karyawan mengira bahwa Mia adalah kekasih bosnya.
Tak ayal banyak yang bergosip mengenai kedekatan Mia bersama Ruto.

Mia tentu saja hanya diam saja tak memberi komentar apapun, menurutnya itu bagus jika karyawan disini mengira dirinya adalah kekasih Ruto. Dengan begitu tidak ada yang mendekati Ruto kan?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 07 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Don't Leave Me!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang