#5

4K 280 4
                                    

"Gak mau! Lo mending diem di situ atau gue lempar ini vas ke muka lo yang kayak babi itu?" Jeno ancang-ancang, mengangkat vas bunga dari kaca.

Haechan yang ada di hadapannya meneguk ludah, dia memang gemas sama Jeno, sayang banget juga, tapi Jeno keras sekali. "Baby Jen," Haechan berujar lembut. Ingat sekali petuah Jaemin untuk mendekati Jeno yang galaknya seperti maung.

Jeno mendelik, "Jangan panggil pake itu, monyet!"

Haechan sebal, sejak tadi dia hanya menjalani perintah Jaemin untuk membangunkan dan bawa Jeno ke ruang makan, padahal Jeno anteng sekali ketika tertidur–tapi saat bangun, maungnya langsung muncul. Sejak di ruangan ini pula, dia dikasari Jeno, ya meski cuma dipanggil anjing, dimiripin babi, dan disebut monyet, kesabarannya sudah lewat dari batas. "Lo kalo kayak gini terus gue kunciin, mau?!" katanya dengan nada tinggi mengancam Jeno. Haechan juga bisa kesal kali, Jeno!

Tangan Haechan nunjukin beberapa kunci yang tadinya ada di saku celana. Haechan tau, Jeno takut gelap dan sendirian. Apalagi minggu lalu, sebelum liburan ini Jeno menonton film horor yang mana itu berhasil membuatnya tidak dapat terlelap dengan pulas. Anak kecil sok galak, Haechan mendengus.

Nahkan, Jeno akhirnya melunak. Dia meletakkan vas bunga itu lagi. Bibirnya turun ke bawah, "J-jangan!"

Haechan berdecih, "Liat aja lo. Gue kunciin biar ditemenin sama kuntilanak, genderuwo atau suster ngesot kek. Kan ini villa dipake sesekali doang," senyuman jahil Haechan terbit meski tipis.

Mata Jeno membola, dia menatapi sekitarnya. Gelengan keras diberikan, "GAK MAU!" teriaknya keras.

"Heh, kalo gitu sini. Nurut sama gue dan yang lain."

Jeno mendekat ke arah Haechan yang bersedekap. Egonya harus turun sedikit, daripada nanti pas tidur ada yang cekikikan, kan?

Ketika Jeno sudah ada di depannya, Haechan malah membalik tubuhnya dan berjongkok, "Naik, kita lunch."

Jeno menurut, bibirnya masih mencebik, tapi dia tidak mau ancaman Haechan terjadi betulan. Soalnya, Haechan si Begajulan itu orang yang menepati perkataan.

"Hng, pelan-pelan," cicitnya. Gimanapun Jeno ragu, Haechan itu badannya lebih kecil dari dia!

"Tenang," katanya sembari mulai membawa Jeno menuju ruang makan.

Di sana ternyata sudah ada Chenle, Renjun, Jisung, lalu ada Jaemin yang baru datang dari arah dapur. Laki-laki itu mengenakan apronnya, "Duduk, Baby Jen."

Setelah turun dari gendongan Haechan, Jeno mendudukkan diri di kursi yang ditunjuk Jaemin. Seseorang mengecup pucuk rambutnya, Jeno mendongak dan mendapati Mark.

Tangannya memukul tangan Mark dengan sebal, alisnya juga tertukik. "Jangan sembarangan cium gue, anjing!"

Mark malah mengusak surai Jeno, "Suka-suka gue," lalu Mark menarik sebuah kursi di samping Jeno.

Jaemin memberikan Jeno semangkuk bubur yang isinya penuh sayuran. Mana buburnya halus lagi, ugh. Jeno mendongak, menatap Jaemin dengan tatapan tidak percaya. "Jaem?! Are you fucking freaking serious? I should eat this damn thing?"

"Jeno," suara Mark yang dingin itu membuat Jeno menatapnya. "Watch your words. Abaikan peringatan gue kali ini kalo lo mau dihukum."

Jaemin tersenyum manis, dia mengelus pipi Jeno dan mencubitnya pelan. "Dimakan ya."

Baru juga pegang sendok, Renjun kini mendekatinya. Dia memakaikan bib kayak punya bayi supaya makanan Jeno tidak mengotori pakaiannya. Belum semenit terpasang, Jeno sudah ingin mencabutnya lagi.

Sepekan Penuh Sayang [Tamat] || Jeno & NCT DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang