#4

3.7K 277 4
                                    

Liburan telah tiba dan Jeno merasa sial.

Selama seminggu dalam liburan ini dia akan bersama para anggota geng sengkleknya yang memintanya menjadi bayi besar. Mereka beneran gila!

Jeno udah masang wajah masam sejak pagi tadi, kejadian kemarin sore tepat sebelum makan malam benar-benar menyebalkan. Jeno sampai tidak tidur semalaman gara-gara memikirkannya.

"Baby Jen, get up. Berangkat sekarang kita."

Jaemin datang sembari membawa tas berisi keperluannya. Mereka akan pergi ke villa milik Baba Chandra alias ayahnya Chenle, dan Jeno akan menjadi bayi besar mereka selama di sana.

Jeno juga gak tau apa yang bakal terjadi. Jadi bayi besar? Maksudnya dia hanya akan menangis, makan, mandi, tidur dan begitu terus? Mudah sekali. Apalagi Jeno mageran, tapi tentu—

Malu!

Jeno menjunjung tinggi harga dirinya. Sudah sangar-sangar dan disegani, masa menangis seperti bayi? Ew!

Tubuh Jeno langsung terhentak pas Jaemin malah menggendongnya, sial, dia kecolongan. "Turunin gue, anjing!"

Jaemin menggeleng, "Watch your words, baby."

Perkataan Jaemin dengan nada dinginnya membuat Jeno agak ciut, catat ya! Agak. Karena tak kunjung dituruti, Jeno memilih diam. Jaemin ini ternyata tenaganya lumayan, bisa kuat gendong Jeno sampai ke mobil.

Jaemin mendudukkan Jeno di kursi tengah, diapit olehnya dan Haechan.

Geng Dreamies yang beranggotakan tujuh orang itu sudah berada di satu mobil. Yang tertua namanya Mark, duduk di kursi kemudi dan menjalankan mobil menuju villa milik si Anak Sultan. Di samping Mark ada Renjun, seorang keturunan Cina yang suaranya lembut sekali kalau nyanyi, tapi galaknya minta ampun. Ada Jeno di tengah, yang masang wajah sebal karena Jaemin dan Haechan terus merecokinya. Samping kanan Jeno ada Jaemin, anak itu mengelus-elus pipi Jeno yang katanya lucu. Ada Haechan juga, dia nyanyi-nyanyi bareng Chenle yang duduk di paling belakang. Dan terakhir, ada Jisung. Si Bungsu yang tinggi sekali, anaknya pintar dan agak jarang bicara.

Sudah satu jam lebih mobil dijalankan, perjalanan mereka sisa sedikit lagi. Tapi rasanya perut Jeno sudah berisik, kelaparan dia. Jeno lupa kalau dia belum sarapan. Perutnya jadi berbunyi nyaring, buat dia sebal soalnya malu.

"Loh? Bang, bayi kita kelaperan, mampir dulu lah beli makan."

Kalimat Haechan itu begitu menyebalkan di telinga Jeno. Dia pukul kepala Haechan, "Bangsat! Jangan panggil gue bayi ya, anjing!"

Haechan melotot ke arah Jeno, "Lo kan emang bayi!"

Jeno berdecak keras, "Gak, enak aja! Lo mending diem, nyet."

"No, kurang-kurangin deh ngomong kasarnya," tegur Mark. Soalnya, di geng mereka yang paling suka ngomong kasar itu Jeno. Setiap kalimatnya ada aja selipan kata: monyet, anjing, babi, setan, bangsat, dan lainnya. Udah kayak ngabsen kebun binatang dia tuh.

Jeno mendengus, dia melipat tangannya di depan dada dan berdecak kesal setelahnya. "Laper!" katanya dengan nada merajuk, tak mau gubris perkataan Mark.

Mark menghela napas, Jeno itu keras kepala dan ngambekan. Kayak anak kecil banget, emang. "Oke, kita mampir ke market."

Mobil pun melaju menuju market terdekat demi menuruti keinginan anak kecil yang suka ngambekan itu. Akhirnya, hanya Jaemin yang turun dan membeli makanan untuk mereka—beserta Chenle yang ingin ikut.

Keduanya sudah kembali ke dalam mobil, masing-masing menenteng tiga hand bag berukuran besar yang terlihat penuh.

"Banyak amat, Jaem!" seru Haechan  sembari menerima uluran tas itu dari Jaemin.

Sepekan Penuh Sayang [Tamat] || Jeno & NCT DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang