#7

4.1K 287 19
                                    

Pemandangan matahari tenggelam udah dilewati setengah jam lalu, hari juga udah mulai gelap tapi Jeno belum mau beranjak. Tubuh Jeno sudah dibalut dengan jaket warna biru yang tebal supaya Jeno tak kedinginan.

"Ayo pulang, bayi," panggil Jaemin ke sekian kali sambil akhirnya narik Jeno menjauhi area pantai. Mereka baru aja makan malam di dekat mobil, hari juga makin sepi. Dan tentunya ini waktu yang sangat tepat buat kembali.

"Mau di sini, kak Minnie.."

Jaemin bersedekap memandangi Jeno dari belakang, "Gitu? Yasudah, Jeno di sini aja. Kami pulang," Jaemin lantas segera berbalik dan berteriak pada kawanannya yang lain, "Guys, balik! Jeno mau di sini!"

Jeno bisa dengar suara pintu mobil ditutup, dia langsung balik badan dan mendekati mobil itu. "NOOO! TUNGGUIN!" katanya sambil lari ngejar mobil yang mulai berjalan itu.

"Jeno maaf, tungguin!" Jeno berteriak sambil lari buat ngejar mobil yang berjalan agak kencang itu. Jeno terlalu takut ditinggal betulan sampai-sampai dia lari sekuat tenaga dan gak ngeliat apa yang dipijaki. Kaki Jeno terselandung sebuah kayu sampai tubuhnya jatuh dan telapak tangannya terpantuk bebatuan kecil di sana. Air mata Jeno udah luruh, dia betulan sendirian sekarang.

"Bang udah, Jenonya jatoh," kata Chenle dengan nada khawatir. Dia dari tadi melihat ke arah belakang, ke Jeno yang lari tapi malah tersandung.

Mobil diberhentikan mendadak, pintu-pintunya langsung dibuka. Mark, Renjun, Jaemin segera berlari menuju Jeno yang sudah menangis.

Sementara Haechan, Chenle dan Jisung mencari perlatan untuk memberikan pertolongan pertama bagi Jeno. Haechan nyiapin air bersih buat bilas luka Jeno-kalau Jeno terluka. Dia juga udah dapat kotak P3K yang tadi diberikan Chenle. Chenle dan Jisung menyiapkan sebotol susu.

Tangis Jeno mulai terdengar lebih dekat, anak yang masih menangis itu digendong oleh Mark. Haechan ngebukain pintu mobil begitu Mark ngedekat, dia lalu mendudukkan Jeno di atas jok penumpang.

Tangis Jeno belum juga berhenti, dia masih berurai air mata dengan derasnya. Netra Jeno natap Jaemin, tangannya terulur ke arah pemuda itu, "Kakak.. J-Jeno ng-ga mau.. Sendirian.. Takut, takut! Nanti- nanti.. Aunty itu pukulin Jeno, ngga mau.. Ngga mau, kakak.."

Ketika yang lain saling bertatapan tak mengerti, Jaemin sesegera mungkin mengambil tubuh Jeno ke dalam pelukannya, dia elusi punggung Jeno yang bergetar hebat, "Maaf, maaf, kakak ngga akan tinggalin adek. Ssst, adek tenang.."

Mata Jaemin lalu natap Haechan dan ngasih kode supaya laki-laki itu cepet-cepet bantu dia buat ngobati luka di telapak tangan Jeno. Ketika Mark bergeser, Jaemin yang gantiin laki-laki itu duduk, dia jadi sandaran Jeno, memangku pemuda yang menangis itu. Dielusnya punggung Jeno dengan lembut sambil terus memberikan kalimat penenang. "Ngga, adek.. Ada kakak, aunty jahat ngga akan ke sini, ngga akan.."

"T-tapi tadi kakak tinggalin Jeno.. T-takut.. Aunty itu pukul Jeno, kakak.. Jeno takut. J-Jeno ditenggelemin.. Di kolam renang.. Jeno gak bisa nafas, kakak.."

Jaemin makin mengeratkan pelukan Jeno, dia menggeleng-gelengkan kepalanya. "Nggak, nggak akan lagi, sayang. Aunty jahat ngga ada di sini, adanya kakak, kakak-kakaknya Jeno yang bakal jaga Jeno. Ngga ada aunty jahat, ya?"

Jeno lalu mendongak, "A-aunty jahat ngga di sini..?"

Air mata Jeno disapu dengan ibu jari Jaemin, laki-laki itu lalu menggeleng, "Ngga ada, sayang. Cuma ada kakak-kakak di sini, ya? Coba liat.. Ada aunty jahat di sini?"

Jeno mulai mengedarkan pandang dengan wajah penuh air mata dan ketakutan, dia lalu ngasih sebuah gelengan.

"Ada suara aunty jahat ngga, hm?"

"A-aunty jahat bilang.. Jeno nakal.. Nanti.. J-Jeno sendiri.. Jeno ngga mau, kakakk!" Jeno kembali menangis kencang dan memeluk tubuh Jaemin dengan erat.

Jaemin lagi-lagi meluk tubuh Jeno, dia lalu berbisik di telinga Jeno, "Denger kakak.. Ya?"

"I see your monsters.." Jaemin mulai bernyanyi lirih. Dia mengelusi surai Jeno. Perlahan, tubuh itu mulai tenang, tak lagi bergetar ketakutan.

Bersamaan dengan suara Jaemin, Jisung menyahut dari belakang, dia ikut mengelus pucuk kepala Jeno meski hanya sedikit, "I see your pain.."

"Tell me your problems, I'll chase them away.." Chenle ikut menyanyi lalu tersenyum ketika Jeno mengangkat kepalanya dan menatap keduanya di belakang.

"I'll be your lighthouse," itu suara Renjun yang menyahut

"I'll make it okay.." Mark ikut menyahut, menyambungkan lagu.

"When I see your monsters, I'll stand there so brave, and chase them all away.." perpaduan suara dari keenam anggota Geng Dreamies itu bikin Jeno sepenuhnya kembali, tak lagi setakut tadi. Aunty jahat itu hidup di masa lalunya, tidak ada aunty jahat di sini. Hanya ada para kakaknya Jeno yang akan menjaga Jeno, seperti kata Jaemin.

Pipi Jeno ditangkup oleh Jaemin, laki-laki itu terus menatap Jeno dalam-dalam, "Ngga ada aunty jahat, ngga ada yang akan pukul adek, ngga ada yang bakal nenggelemin adek di kolam pas adek sendirian, ngga ada yang bakalan ninggalin adek. Inget itu ya?"

Haechan duduk di samping Jaemin, dia lalu berujar lembut, "Adek aman di sini, sama Kak Echan, Kak Njun, Bang Mark, Kak Nana, Kak Chenle dan Kak Icung. Adek ngga perlu khawatir, ngga akan ada yang berani nyakitin adek kalau adek sama kami. Okay?"

"You're so brave, Jeno, abang tahu Jeno kuat. Sini, sayang, peluk?" Mark merentangkan tangannya di dekat pintu, Jeno langsung beranjak dan mendekati ke arah Mark, memeluk laki-laki itu dengan erat.

"Dek, tangannya diobatin dulu," itu suara Haechan yang sudah siap memegangi P3K, abang Mark akhirnya mendudukkan diri di jok tengah itu, dia lalu memangku Jeno dan membiarkan dadanya jadi sandaran bayi besar itu.

"Sakit ngga, sayang?" tanya Mark perlahan, dia mengelus telapak tangan Jeno yang memerah. Ada beberapa titik luka sampai ngeluarin darah, Mark mengelusnya perlahan, lalu disodorkannya tangan Jeno ke arah Haechan.

Renjun kemudian mulai membersihkan luka Jeno dari kursi depan, Jeno sedikit meringis soalnya lukanya terasa perih.

"Udah tenang?" tanya Jisung dari belakang. Jeno ngangguk meski sedikit sesenggukan.

"Nih, susu," katanya sambil menyodorkan sebotol susu padanya.

"Tangan Jeno sakit.."

Jaemin terkekeh, "Sini, Ji," dia lalu nerima botol susu itu, terus mulai ngarahin pucuknya ke Jeno yang langsung menghisap susunya dengan rakus.

Mark mengelus dada Jeno, "Pelan-pelan.. Gak ada yang bakal ambil."

Tangan Jeno sudah bersih sekarang, tinggal Haechan mengoleskan obat merah ke luka itu. Akhirnya setelah dot susu Jeno dipegang Mark, Jaemin milih keluar dari tempat duduknya dan menuju kursi kemudi. Haechan lantas masuk dan segera menutup pintu, mobil dilajukan dengan Jaemin yang menyetir. Bersamaan dengan itu, Haechan mulai mengolesi tangan Jeno dengan obat merah meski Jeno beberapa kali meringis dan menarik tangannya.

Chenle mengajak ngobrol Jeno dari belakang, padahal Jeno cuma dengerin dan respon dengan anggukan atau gelengan. Perjalanan menuju villa kali ini hanya dihiasi oleh suara Chenle dan Jeno yang sesekali menanggapi meski sambil mengedot susunya. Hingga akhirnya suasana jadi hening soalnya Jeno tidur lelap sambil bersandar di dada Mark.

Sepekan Penuh Sayang [Tamat] || Jeno & NCT DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang