Bara PovSebenarnya aku tidak menolak menikah dengan Beby, dia memang cinta pertamaku, aku tidak memungkirinya. Namun jiwa mudaku yang masih ingin bebas dan memberontak tidak terima jalan cintanya di ikut campuri oleh kedua orang tua. Cukup hanya masa depan pendidikan nya yang di atur, tidak untuk cinta, aku merasa jika menerima perjodohan ini dengan terang-terangan maka orang tuaku akan semakin sombong dan di atas angin. Makannya aku selalu berusaha terlihat mengabaikan Beby dan bersikap dingin.
Semakin orang tua kami menjodohkan kami dan mendesak kami, untuk segera menikah maka jiwa pemberontak dalam diri keluar, tidak peduli aku akhirnya menyakiti gadisku sendiri.
Nyatanya egoku lebih besar dari itu, semakin rencana orang tua mereka berjalan lancar, maka aku akan semakin memberontak, aku tidak suka Papa semakin sombong dan semena-mena atas hidup ku.
Entah menapa aku bisa menyukai Beby yang sifatnya bertolak belakang dengan diriku, bebi yang ceria, Beby yang dengan senang hati menjalankan hidupnya tanpa beban, menerima segala perintah dari orang tua tanpa memberontak seperti yang di lakukan dirinya, yang akhirnya akan selalu kalah oleh Orang tua. Menyalahkan Mereka dan Beby merupakan pengalihanku dari rasa malu dan kecewa pada diri sendiri.
Sebenarnya aku iri dengan isi otak Beby dan hati yang selalu berpikir positif, Beby yang di besarkan di keluarga sempurna dan harmonis, menjadi peribadi baik hati dan polos, aku iri pada Beby yang bebas memilih jalannya sendiri, bebas memilih jurusan kuliah nya sendiri, alih-alih memanfaatkan ke bebasanya itu Beby lebih memilih menjalankan aturan-aturan yang orang tuanya berikan dengan sukarela. Ya.. aku benar-benar iri dengan gadis yang kenyataannya sangat amat aku cintai. Yang tahu cara menikmati hidup.
***
Entah mengapa pernikahan kami semakin dekat, orang tua kami semakin sibuk mengurus itu semua, sedangkan anak-anaknya sibuk mengurus administrasi masuk dunia perkuliahan dan menyelesaikan urusan-urusan di bangku SMA. Bara dan Beby tidak harus pusing mengurus ini itu karena orang tua mereka dengan senang hati mengurus itu semua.
"berkas nya sudah di bawa?" tanya Bara pada Beby yang baru saja masuk ke dalam mobil, mereka akan datang ke kampus untuk daftar ulang.
"sudah dong. kan aku rajin, aku mempersiapkan dari malam loh" bangga Beby yang di tanggapi biasa saja oleh Bara,
"hebat" ucap Bara mengapresiasi, tapi dengan wajah datar khas Bara
"iy dong, aku kan calon istri kamu, harus pintar dong. Untung aku dua malam ini terus belajar, persiapan buat jadi istri presiden.
"istri presiden?" Bara membeo, kenapa Beby tiba-tiba bercita-cita ingin menjadi istri presiden. Tambah berat saja Bara harus mengujudkan keinginan Beby, kira-kira itu isi kepala Bara
"iya, aku harus pintar, kan kamu calon Presiden" semangat Beby memakai sabuk pengaman
Bara yang mendengar Beby berbicara seperti itu mengerutkan jidatnya, heran. Sejak kapan Bara bercita-cita ingin menjadi presiden. Dan dari mana pikiran Beby bisa sampai sejauh itu. "maksud kamu?"
"enggak ada maksud, aku gak bawa. Ayok ah aku gak sabar mau lihat kampus baru kita" Beby tidak mengalihkan pembicaraan memang Beby nya saja tidak sabaran, dan gerasak-gerusuk untuk pergi ke calon kapus mereka.
+++
Beby pov
Sebenarnya aku tidak tahu mau mengambil jurusan apa, sedari dulu aku tidak menyukai hal-hal rumit dan menguras tenaga. Jika ada opsi dari orang-orang terdekat aku malah berterima kasih sekali. Karena mereka membantu kesulitan ku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Red String
RomanceDua insan yang di satukan sedari kecil, di ikat dengan benang merah yang kasat mata, dua orang yang sudah di rencanakan, dua orang yang tidak bisa memilih takdirnya masing-masing.