IX. Kucing Lucu

77 28 0
                                    

Happy reading^^♡

•••

Malam ini aku berencana untuk piknik di taman dekat rumahku, dan kali ini aku akan piknik sendiri karena kucing tetangga yang biasanya aku ajak piknik bersama tiba-tiba menghilang dari tempat rebahan favoritnya, yaitu di bawah pohon mangga milik tuannya.

Tas piknik sudah kusiapkan di atas meja belajarku, dan aku telah memakai baju piknikku.

Sekarang hal terakhir yang harus kulakukan adalah pergi keluar dari rumah ini.

"Makk, aku izin keluar dulu," ucapku seraya mengibaskan tangan ke arah pintu.

"Mau ke mana? Jangan bilang mau piknik lagi!" celetuk Mamaku.

"Nah itu tahu," jawabku sambil tersenyum.

*BRAKKK

Piknik malam hari adalah ritual yang wajib kulakukan setiap hari senin. Ini adalah cara aku mengungkapkan rasa terima kasih kepada Tuhan karena telah membantuku melewati hari paling mematikan dalam seminggu.

Langit malam ini terlihat begitu indah meskipun bulannya hanya terlihat sebagian.

Sekarang tepat pukul 19:00

Bagiku jalanan terlihat sangat sepi untuk pukul tujuh malam. Namun, aku tidak terlalu mempermasalahkan hal ini, karena aku sudah siap golok di tasku jika ada yang berani macam-macam denganku.

Setelah beberapa menit berjalan, akhirnya aku sampai di depan taman tersebut.

Saat aku baru saja melangkahkan kaki di jalan masuk taman, tiba-tiba aku dikagetkan oleh seseorang yang sedang duduk lesehan di bawah pohon mangga Pak Rt. Sepertinya orang itu adalah seorang remaja laki-laki yang usianya tidak beda jauh denganku. Dia terlihat sedang bermain dengan kucing yang selama ini aku ajak piknik.

Jujur saja, aku sudah mencari kucing itu sejak pagi tadi. Selain suka tiduran di bawah pohon mangga milik tuannya, kucing itu juga sering berjalan-jalan di depan rumahku, dia juga suka mendusel-dusel ke kakiku saat aku bertemu dengannya.

Aku pun memutuskan untuk menghampiri orang itu.

Saat aku mulai mendekati tempat orang itu berlesehan, tiba-tiba aku merasa seperti pernah bertemu dengannya sebelumnya. Namun, aku tidak yakin karena dia memakai masker berwarna hitam.

Orang itu juga mulai sadar akan keberadaanku, matanya terlihat sedikit terkejut saat menatapku.

Langkahku berhenti tepat di depannya. Dengan cepat, sebelum aku sempat membuka mulut, dia mulai berbicara kepadaku.

"Lu cewe yang lari-larian dan nabrak gua di lorong sekolah kan?" celetuknya dengan wajah malas.

Saat itu juga, aku merasa setengah mampus, karena yang benar saja ternyata orang yang ada di depanku ini adalah anak laki-laki yang tadi pagi aku tabrak di lorong sekolah.

'Njir, kok bisa ketemu di sini, cok?' gumamku dalam hati dengan histeris.

"Apakah kamu yakin? Kamu tidak salah orang kan?" ucapku.

Secara tidak sadar, aku berubah menjadi bawang putih.

*Note: Dalam konteks sastra Tiongkok, istilah "menjadi bawang putih" (成为大葱头) sering digunakan untuk menggambarkan seseorang yang pura-pura bodoh, pura-pura polos, atau pura-pura tidak tahu. Ini merujuk pada perilaku atau sikap seseorang yang menyembunyikan pengetahuannya atau kemampuannya untuk tujuan tertentu.

Dia pun mengangkat alis sebelah kanannya dan dengan percaya diri melepaskan masker hitam yang dia pakai.

"Sekarang gua tanya ke lu, apa lu yakin gak inget wajah ini?" godanya dengan nada sarkas.

My Beautiful SkyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang