Happy reading♡
•••
Setelah menerima satu set baju dari Kaeli, aku diantar oleh seorang pelayan rumah tangga menuju ke kamar mandi, di mana aku diberi kesempatan untuk mengganti pakaian. Cahaya lembut menyapu ruangan saat aku memandang cermin besar di dinding, memperhatikan refleksi diriku yang kikuk di balik pakaian yang baru. Aroma mawar dari pewangi kamar mandi menguar, menciptakan suasana yang tenang dan menenangkan.
Jujur, aku merasa senang memakai satu set baju ini. Rok panjang berwarna pink pastel yang sangat lucu melingkari tubuhku dengan anggun, sementara sweater putih yang begitu bersih dan lembut melingkupi bagian atas tubuhku dengan hangat. Rasanya bagai terjebak dalam alur mimpi yang terus mengalir, berjalan di antara kilauan bunga mawar di taman yang terpencil, setiap langkahku dipenuhi dengan kelembutan dan keindahan yang tak terduga.
Namun, saat aku asik berkhayal, tiba-tiba suara-suara yang cukup mengganggu mulai terdengar dari luar kamar mandi. Aku memicingkan mata, mencoba untuk menguping lebih dekat, tetapi aku memilih untuk tetap berada di dalam. Jantungku berdetak lebih cepat ketika aku dapat lebih jelas mendengar suara di balik pintu kamar mandi. 'Bukankah itu suara Sky?' gumamku dalam hati, namun aku tidak bisa memastikan dengan pasti.
Dengan hati-hati, aku terus mencoba untuk mendengarkan apa yang sedang dibicarakan, mencari petunjuk atau penjelasan atas kehadiran mereka di luar kamar mandi.
"Siapa yang ada di dalam kamar mandi?"
"Lisbet, anak dari kenalan bokap."
"Oh. Sebenarnya, aku ingin mandi, tapi air keran di kamar atas mati, jadi aku mau mandi di kamar mandi ini."
Mendengar itu, aku memutuskan untuk mengakhiri kegiatan menguping ini.
Aku keluar dari kamar mandi, menghargai kerabat pemilik rumah yang ingin memakai kamar mandi. Namun, ketika aku benar-benar membuka pintu dan menampakkan diri, mataku langsung tertuju ke orang yang sedang berdiri dekat dengan pintu yang kubuka.
Mendengar suara pintu terbuka, orang itu menoleh ke arahku, begitu juga Kaeli yang sedang berdiri di sebelahnya.
Tubuhku benar-benar beku tidak bergerak, hanya berdiri dan saling bertukar pandang dengan mata berwarna hazel yang sangat kukenal.
Aku reflek memanggil namanya. "Sky?"
Dia juga memasang wajah yang sedikit terkejut, namun di matanya terpancar sesuatu yang baru kulihat kali ini. Aku bertanya-tanya di dalam benakku, mengapa di kedua matanya memancarkan kilauan yang terlihat berbinar? Seolah-olah, dia habis melihat penampakan yang begitu indah di hadapannya.
Kaeli menatap heran. "Woi, Sky. Itu Lisbet manggil lo," seru Kaeli yang membuat Sky menoleh ke arahnya.
"Ah, iya. Aku tahu," jawab Sky.
Sky menoleh lagi ke arahku. "Hai," sapa Sky.
Aku reflek menjawab sapaannya dengan senyuman juga. "Hai juga, Sky," balasku.
Kaeli memandangku dengan tatapan penasaran. "Jadi, lo kenal Sky?" tanya Kaeli, mencoba menyelidik.
"Iya, Sky adalah teman sekelasku," jawabku.
"Pantes." Kaeli hanya merespon jawabanku dengan satu kata, namun satu kata itu cukup membuatku penasaran apa maksud di balik kata yang dia lontarkan.
Aku menatap kedua orang di depanku. "Emn, kalau begitu, aku permisi dulu. Sepertinya Pak Lewis sudah menungguku," ucapku.
Aku meninggalkan mereka tanpa menunggu jawaban dari mereka. Kemudian, dengan cepat menemui Pak Lewis yang sudah menunggu di ruang tamu.
Di ruang tamu, Pak Lewis duduk dengan tenang di sofa, sambil menyeruput secangkir kopi yang harum. Matanya terfokus pada halaman-halaman sebuah buku, yang terlihat seperti buku diary yang usang. Suara halus dari halaman yang diputar menemani keheningan ruangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Beautiful Sky
RandomOriginal story. Apa artinya menunggu? Jika hanya ketidakpastian berujung kenyataan pahit yang menungguku. Bukankah kamu telah berjanji menjadi langit yang dapat kugapai untuk selamanya. Tapi hatiku tidak bisa berbohong, aku akan menunggumu hingga a...