X. Kampus Tur

55 24 0
                                    

Happy reading

•••

Hari ini adalah hari di mana kampus tur diadakan. Aku berangkat ke sekolah tidak terlalu cepat pagi ini, dan jujur saja, aku merasa sedikit malas untuk beraktivitas. Rasanya hanya ingin berbaring di atas tempat tidur sambil membaca buku novel yang baru kubeli kemarin. Namun, tidak mungkin aku bolos dan berpura-pura sakit, mama pasti akan ngomel-ngomel padaku.

Kelasku menjadi kelas pertama yang diminta untuk memasuki bus, dan bus yang kelasku dapatkan adalah bus A. Bus A diisi oleh semua murid di kelasku dan setengah murid dari kelas lain, yaitu kelas 12 MIPA 2. Aku berharap bisa menikmati perjalanan kampus tur ini dengan kedamaian, namun kenyataan berkata lain.

Bus A ternyata bus yang paling brutal di antara bus lainnya. Isinya adalah anak-anak titisan air surga, oleh sebab itu semuanya terlihat seperti anak spesial. Ada yang bergelantungan seperti makhluk pecinta pisang, ada yang berteriak dan tantrum seperti orang kesurupan hanya karena kalah saat bermain game online. Intinya, bus ini jadi mirip seperti tempat yang bernama Ragunan.

Namun, ada alasan lain mengapa bus ini begitu berisik. Anak perempuan dari kelas lain tiba-tiba menciptakan keributan hanya karena melihat wajah anak baru di kelasku yang bernama Sky. Mereka seperti baru saja melihat seorang pangeran dari dunia fantasi, dan dengan cepat berubah menjadi gila karena paras pangeran tersebut.

Awalnya aku tidak terlalu heran jika mereka terkejut ketika melihat wajah anak baru itu, karena saat Sky pertama kali memperlihatkan wajahnya tanpa masker di kelasku, anak-anak di kelasku juga memberikan respons sangat terkejut. Sky memperlihatkan wajahnya di depan teman-teman sekelasnya, termasuk aku, di hari ketiga dirinya masuk sekolah, lebih tepatnya ketika mata pelajaran kimia berlangsung.

Namun, hal yang tidak kuperhitungkan adalah betapa brutalnya reaksi anak-anak dari kelas lain, terutama anak perempuannya. Beberapa dari mereka bahkan berebutan untuk menanyakan nomor Handphone Sky. Bahkan, anak laki-laki dari kelas tersebut juga menantang Sky untuk berduel.

Sebenarnya hanya duel game online, tetapi tidak menyampingkan fakta bahwa banyak anak laki-laki dari kelas lain yang ingin bersaing dengan Sky hanya karena paras wajahnya begitu mencolok dan menakjubkan. Meskipun demikian, aku merasa sedikit kagum dengan kesabaran Sky dalam menanggapi semua keributan itu. Dia hanya memberikan permintaan maaf kepada semua pertanyaan dan tantangan dari anak-anak kelas 12 MIPA 2 tersebut.

Sky tidak ingin memberikan nomor HPnya kepada anak-anak perempuan, dan juga menolak tantangan duel game online dari anak laki-laki. Sehingga anak-anak dari kelas 12 MIPA 2 akhirnya sedikit tenang karena respons dari Sky itu. Respons yang diberikan Sky cukup sopan, karena dia mengucapkan kata maaf sebelum menolak, sehingga mereka pun tidak bisa memaksa.

Namun, menurutku bukan itu penyebab utama mereka mulai bersikap tenang. Aku memperhatikan bagaimana cara Sky mulai bertukar pandang dengan anak-anak dari kelas lain itu. Aku dapat melihat Sky yang langsung memberikan tatapan dingin dan tidak tertarik. Dari situ, aku dapat menyimpulkan bahwa mereka tiba-tiba menjadi tenang karena tatapan mata Sky yang terasa menusuk.

Jujur saja, jika aku menjadi mereka, aku tidak akan banyak tingkah di depan orang yang menatapku dengan tatapan seperti itu. Hanya saja, aku merasakan sebuah perbedaan di saat Sky menolak tawaran-tawaran tersebut; perbedaan itu adalah suara yang dia keluarkan. Suaranya selalu terdengar tenang dan terasa sejuk saat berbicara denganku, namun kali ini, suaranya yang tenang terasa begitu kosong seperti laut mati.

Laut mati juga terlihat tenang. Namun seperti namanya, laut mati tetaplah laut mati, tidak ada kehidupan di dalamnya walaupun ada ketenangan yang menyelimutinya.

Aku tidak menyangka akan melihat sisi ini dari seorang Sky yang selalu bersikap begitu tenang di mataku. Dia di kelas memang tidak terlalu sering berbicara dengan teman-teman sekelasnya. Tapi jika ada teman sekelasnya yang meminta bantuan padanya, dia pasti akan membantu dengan sukarela tanpa meminta imbalan.

Aku pernah berfikir Sky adalah orang yang mudah untuk memberikan apa saja yang orang-orang di sekitarnya minta kepadanya. Mungkin karena di kelas setiap ada yang meminta tolong kepadanya, dia tidak pernah menolak, jadi aku mempunyai pemikiran seperti itu. Namun sekarang aku telah mengubah semua itu di dalam pikiranku.

Sekarang aku tahu bahwa Sky juga memiliki batas. Aku memang bodoh mengira dia akan terus berkata iya. Tetapi jika dipikir-pikir lagi, yang sedang meminta dan menawarkan sesuatu kepadanya adalah anak dari kelas lain. Bagaimana jika yang meminta adalah teman sekelasnya?

Misalnya, aku.

Aku memang tidak tahu apakah di kelas ada yang mempunyai nomornya, dan apakah dia sudah bergabung di grup kelas atau tidak, karena dia pun menjadi anak baru belum sampai satu minggu, ini adalah hari ke-5 dia beradaptasi di sekolah barunya.

'Eh mengapa aku tiba-tiba memikirkan semua ini?' gumamku dalam hati.

Aku pun menepuk kedua sisi pipiku, namun dengan tenaga kecil agar tidak menarik perhatian orang-orang di sekitarku. Aku takut dikira habis memikirkan hal-hal aneh, terlebih lagi di seberang kiriku adalah tempat Sky duduk. Itulah alasan mengapa aku dapat melihat respon dinginnya kepada anak-anak kelas 12 MIPA 2 tadi.

Sialnya aku tba-tiba penasaran ingin menoleh ke kiri, aku penasaran apa yang sedang dilakukan oleh Sky. Aku penasaran apakah dia sekarang menjadi badmood atau biasa-biasa saja. Aku sangat penasaran.

'Haah... baiklah, menoleh sekali gak ngaruh,' ucapku di dalam hati.

Aku pun menoleh, dan mataku langsung menemukan Sky yang sedang tertidur dengan pulasnya, sambil memasang earpods di telinganya.

'Buset, ternyata tidur, mau heran tapi nih orang emang kerjaannya tidur mulu,' ucapku di dalam hati.

Aku pun mengalihkan pandanganku ke depan, mencoba keras untuk membebaskan pikiranku dari segala hal yang memusingkan. Aku menyadari bahwa terus memikirkan hal-hal random hanya akan membuatku semakin tegang dan sulit untuk rileks.

Jarum jam menunjukkan pukul 10.15

Kami pun sampai di Universitas yang kami tuju. Aku dan teman-teman lainnya langsung diarahkan menuju aula besar yang sudah disiapkan untuk menerima tamu undangan.

"Baiklah anak-anak, ibu harap kalian dapat mengikuti kampus tur ini dengan aman dan tertib, jadi silahkan ikuti arahan dari kaka pembina di kampus ini," ucap Bu Nivi.

***

"Mah, kayaknya anakmu sedang dilanda perasaan satu sisi," ucapku kepada Mama.

"HAH? ANAK MAMA YANG MANA? JANGAN BILANG KAMU?" tanya Mama dengan histeris.

"Bukan ma. Anak Mama yang dibuang di kolong jembatan, pakek nanya lagi," ketusku.

Mama yang sedang menonton TV sambil makan kuaci, terlihat bingung dengan jawaban ketusku. Aku pun akhirnya pergi meninggalkan Mama. Setelah melihatku pergi meninggalkan ruang keluarga, Mama terlihat semakin bingung dengan tingkahku.

"Loh, kok, malah pergi? Gajelas banget anak ini," ujar Mama.

Aku pun memasuki kamarku dengan langkah ringan, merasa lega bisa kembali ke tempat yang nyaman setelah seharian beraktivitas. Dengan perasaan gembira, aku mengambil novel baru yang belum sempat kubaca tadi pagi. Hatiku berdebar-debar saat membuka bungkusnya dengan penuh hati-hati, seperti membuka harta karun yang tersembunyi. Novel baru ini membawa genre yang selalu menggugah imajinasiku: agst.

Kebetulan besok libur. Aku akan memanfaatkan kesempatan ini untuk begadang dan mencoba melupakan kampus tur. Namun, ketika aku mulai membaca chapter pertama, pikiranku tiba-tiba teralihkan kepada Sky. Bayangan wajahnya yang sedang fokus melukis sebuah gambar perempuan cantik mengisi pikiranku, menghadirkan kebingungan dan ketertarikan yang tak terduga.

My Beautiful SkyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang