Ketika matahari berada di puncaknya, para siswa SMP Angkara mulai dipulangkan. UKS yang semula tenang menjadi lebih berisik ketika pintu terbuka dan salah satu siswi tingkat akhir SMP itu masuk.
"Kakak, ayo pulang! Tya udah bawain tas kakak juga nih!" suara adikku yang lumayan tinggi membuat dokter yang berjaga di ruangan ini terkejut. Wanita paruh baya itu segera memarahi adikku supaya lebih tenang. Tentu saja gadis itu langsung meminta maaf dan bergegas mendekati bilik tempatku berbaring.
"Kakak, kakak udah mendingan?" tanya gadis itu seraya membantuku bangun.
"Udah, tapi masih agak pusing."
Aku jatuh pingsan ketika upacara bendera tadi pagi. Memang, aku merasa kurang enak badan ketika berangkat sekolah. Namun, aku tetap berangkat sekolah karena kukira itu hanya rasa dingin yang biasa kurasakan setelah mandi.
Ternyata tidak, aku mengalami demam ringan. Jadi, ya...sudahlah.
Tubuhku lebih lemah daripada kebanyakan orang. Kurasa sudah terhitung empat kali dalam semester ini aku dibawa ke UKS karena demam ataupun pingsan. Adikku juga sering datang ke UKS dengan alasan yang berbeda.
Melihat kami sering keluar-masuk UKS, orang tua kami memutuskan untuk menyekolahkan kami ke sekolah yang sama supaya kami bisa saling membantu. Mengingat ayah dan ibu selalu sibuk dan sulit menyempatkan waktu untuk memperhatikan kami di waktu kerja.
Seperti saat ini, aku bersekolah di SMA Angkara yang bersebelahan dengan SMP Angkara tempat adikku bersekolah.
Adikku menaruh lenganku di pundaknya, dengan tas miliknya berada di depan dan tasku belakang tubuhnya, gadis itu menuntunku keluar.
"Nanti kakak tungguin sebentar di lobi ya, Tya ambil motor kakak dulu di parkiran."
Aku mengangguk setuju, lalu menutup mataku sejenak karena rasa pusing yang muncul akibat gerakan kecil itu.
Aku melihat adikku berlari menuju parkiran motor masih dengan kedua tas di tubuhnya. "Ha... harusnya tasnya taroh sini dulu aja," gumamku pelan. Dia berlari seolah-olah tas yang ia bawa tidak ada apa-apanya.
Adikku, Listya, memiliki tubuh yang kuat. Tidak seperti diriku yang sering sakit, Listya hanya mengalami demam saat kecil saja. Ketika dia memasuki usia sekolah, dia tidak pernah sakit. Paling sering adalah dia terluka karena bermain ataupun bertarung dalam pertandingan dan latihan karate.
Listya dan aku hanya terpaut dua tahun. Kini dia berada di tahun ketiga SMP sementara aku berada di tahun kedua SMA. Aku sudah memiliki KTP dan SIM untuk mengendarai motor. Meski begitu, Listya lah yang paling sering mengendarai motor.
Aku senang adikku sehat, tidak seperti diriku. Namun, jujur saja, aku selalu khawatir karena dia anak yang ceroboh.
Tin Tin.
Suara klakson menarikku dari lamunan. Aku melihat adikku sudah membawa motor skuter putih milikku.
Aku pun beranjak bangun dan berjalan perlahan mendekati motor.
"Udah, Kak?" tanya Listya memastikan diriku sudah duduk dengan nyaman di belakangnya.
"Udah, hati-hati ya nyetirnya. Siang-siang gini kadang motor suka ngebut," ujarku pelan seraya memakai helm.
Adikku mengacungkan jempolnya, "Oke, Kak! Tenang aja, Tya udah pro naik motor di jalan gede."
Motor kami pun melaju dan keluar dari lingkungan sekolah yang sepi. Aku sudah diizinkan untuk pulang lebih awal oleh wali kelasku. Beliau sangat baik dan mengerti keadaanku. Lagipula tidak mungkin aku bisa mengikuti pelajaran dengan kondisiku yang seperti ini. Aku ingin segera sampai di rumah dan beristirahat.
Mengikuti saranku, Listya mengendarai motornya dengan kecepatan normal di sisi paling kiri. Sekolah kami berada di dekat jalan lintas provinsi sehingga kendaraan besar seperti truk dan bus sering berlalu-lalang.
Agak ngeri memang, tapi mau bagaimana lagi? Memang begitu adanya. Kami perlu berhati-hati dalam berkendara supaya tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Orang tua kami sering mengingatkan supaya berkendara dengan normal, selalu berdoa, dan melihat sekitar dengan hati-hati. Terlebih kendaraan memenuhi jalanan pada siang hari.
Brukk!!
Ada apa ini...
Aku... tergeletak di jalan?
Dimana adikku? "Lis... Listya?" aku mengedarkan pandangan, mencari keberadaan adikku.
Beberapa orang datang mendekat, tetapi aku tidak menemukan adikku. "Lis..tya? Dimana adikku?"
"Kakak, Tya di sini. Kakak... jangan gerak dulu," aku mendengar suara adikku yang bergetar. Aku menoleh ke arahnya. Dia duduk di sampingku dan terlihat baik-baik saja.
Dia memang kuat.
Syukurlah.
Setelah mengetahui bahwa adikku baik-baik saja, aku baru menyadari rasa sakit yang menjalar di kakiku. Beberapa orang membantu mengangkat beban berat itu.
Ah... aku tertimpa motor. Pantas saja aku tidak bisa bergerak. Sepertinya kami mengalami kecelakaan. Aku tidak ingat persis apa yang terjadi tapi aku ingat Listya berkendara dengan hati-hati.
Mungkin... orang lain yang tidak berhati-hati.
"Kak... Kakak!"
Suara panik adikku adalah hal terakhir yang kudengar sebelum kegelapan mengambil alih kesadaranku.
Saat aku membuka mata, ruangan serba putih terlihat sejauh mata memandang. Aku melihat ke sekeliling. Semuanya putih. Bahkan lantai tempatku berpijak pun putih.
Tempat apa ini?
Aku melangkah untuk mencari tembok atau pintu di ruangan ini, tapi aku tidak menemukan apapun. Tempat ini sangat luas.
Agaknya, sendirian di tempat seluas ini cukup menyeramkan. Terlebih tempat ini benar-benar kosong. Seolah-olah tidak ada apapun di sini kecuali aku.
Di sisi lain, aku merasa tubuhku sangat ringan. Aku tidak merasa kedinginan ataupun kepanasan. Suhu udara di ruangan ini sangat nyaman dan cocok dengan tubuhku. Aku tidak pernah senyaman ini.
Buk!
"Aw!" Tiba-tiba sebuah benda jatuh menimpa kepalaku. Aku mencari benda apa yang jatuh itu dan menemukan sebuah buku tergeletak di lantai.
"Novel?" aku memungut buku yang terbuka itu. Buku itu berjudul 'Vellichor' dengan karakter utama... tunggu, kenapa ada nama adikku dan namaku di sana?
Belum lama aku menyentuh buku itu, tanganku terasa seperti tersengat listrik dan perasaan itu merayap ke seluruh tubuhku. Lantas aku melempar buku itu karena terkejut. Setelah lepas dari tanganku buku itu menghilang begitu saja.
"Tadi itu apa..?"
"Halo, Lily!"
"Aduh kaget!"
Suara itu muncul dan terdengar menggema di ruangan ini diikuti dengan layar transparan berwarna biru di hadapanku. Layar itu menampilkan tulisan sesuai dengan suara yang terdengar olehku.
"Karena adanya kesalahan di sistem kami, Anda adalah orang yang beruntung dapat ini secara **. Selamat ****!"
Terdapat beberapa kata yang tidak jelas membuatku kebingungan. Aku mencari sumber suara itu. Aku benar-benar tidak mengerti. Aku mencoba menyentuh layar transparan itu.
"Tunggu! Apa maksudnya—"
Belum sempat aku menyelesaikan kalimatku, pandanganku kembali gelap. Namun, tulisan kembali muncul di hadapanku sebelum aku kehilangan kesadaran.
'Bab 3, Kakak Listya yang Sakit'
Bab 3? Apa maksudnya ini?!
***
Author's Note:
🎉Selamat Tahun Baru 2024🎊
Tahun Baru,
Semangat Baru,
Projek Baru✨
KAMU SEDANG MEMBACA
That Female Lead is My Sister
Teen FictionAdikku yang cantik ternyata female lead di sebuah novel?! Pantas saja dia OP T_T Di masa depan, dia akan bertemu dengan male lead. Bersaing dalam memperebutkan juara umum di SMA menjadi awal hubungan mereka. Lalu mereka kuliah dan hubungan mereka se...