Aku yang semula tidak berani untuk melihat, perlahan membuka mata.
Seorang siswa dengan seragam sekolah biru putih terlihat di luar pagar. Bajunya dikeluarkan, dasinya dipakai asal, serta rambutnya yang agak panjang hingga poninya menyentuh alis. Ia menatap ke arahku, lebih tepatnya ke arah sesuatu di kakiku dengan tatapan khawatir.
"Anu... maaf kak, ganggu. Itu kucing saya, saya boleh engga masuk buat ambil kucing?" suara anak laki-laki yang belum memasuki masa puber terdengar nyaring di telingaku.
"Oh, iya.. tolong." Aku memanggil bibi untuk membuka kunci gerbang. Awalnya bibi ingin memberikan kucing itu saja tanpa harus membuka gerbang, tapi kucing itu terlihat agresif dan tidak mau disentuh.
Hanya saja, kenapa kamu terus menempel padaku?!
Uh... tenang Lily. Pemiliknya ada di sini, jadi aku tidak perlu khawatir.
"Maaf ya, Kak. Kucing saya agak nakal emang," ujarnya sambil mengambil kucing yang masih menempel pada kakiku lalu dengan mudahnya ia menggendong hewan berbulu itu di pelukannya.
"I..iya, gapapa. Anu... saya agak takut sama kucing, jadi kalo boleh..."
Mata bulat hitam yang menatapku itu benar-benar membuatku merinding. Kaki mungilnya yang berwarna hitam putih meronta di dalam pelukan anak laki-laki itu sambil mengeong pelan.
Seolah-olah, ia tidak mau menjauh dariku tapi aku malah semakin takut dan tak lagi menatap anak kucing itu.
Mungkin melihat reaksiku yang mencoba menghindar dari kucingnya, ia mengerti dan segera menjauh. "Oh! Iya, Kak. Engga papa, saya pergi dulu. Makasih banyak, Kak. Bibi, juga. Maaf ganggu waktunya, permisi."
Aku menghela napas panjang ketika akhirnya kucing itu menjauh dari penglihatanku. Anak SMP itu tak lagi terlihat sejauh mata memandang.
Kalau dipikir lagi, kenapa jam segini anak SMP berkeliaran di sekitar komplek? Melihat penampilannya yang jauh dari kata rapi membuatku berasumsi yang tidak-tidak.
Seperti, apakah dia bolos sekolah? Atau apakah dia akan tawuran?
Aku menggeleng pelan. Memangnya dia adikku. Penampilan adikku begitu rapi ketika di sekolah tapi dia sering berkelahi dengan orang lain. Aku tidak boleh menilai seseorang hanya dari penampilan luarnya saja.
Mungkin dia izin keluar atau ada kegiatan yang berlokasi di luar sekolah. Aku juga pernah pulang duluan dari pada siswa yang lain karena selesai lomba OSN langsung pulang.
"Selamat! Anda telah menyelesaikan 'Side Story: Kucing'. Sampai jumpa di pencapaian selanjutnya!"
Oh, jadi begitu. Anak SMP ya... sepertinya aku bisa menebak kenapa misi yang diberikan adalah side story bukan bab seperti sebelumnya.
Aku mendongak menatap langit biru yang dihiasi awan putih. Mungkin, kami akan bertemu lagi dan kejadian hari ini akan menjadi objek obrolan kami.
***
Rasanya Listya ingin pingsan. Setelah melalui berbagai macam latihan hingga sore hari, ia memilih untuk duduk sebentar di salah satu sudut lapangan basket.
Pipinya memerah, keringat menetes di lehernya, lalu tubuhnya terasa panas setelah latihan kumite dengan kakak alumni. Rasanya latihan ini benar-benar berat. Ia tidak menyangka pelatih mereka mendatangkan kakak alumni untuk sparring.
Bertarung melawan juara O2SN tahun lalu sangat seru. Namun, tetap saja melelahkan karena ia harus lebih siaga daripada biasanya.
Kumite dalam karate merupakan kegiatan latihan tanding satu lawan satu. Latihan ini dilakukan dengan mempraktikkan teknik menyerang dan bertahan. Sederhananya, berkelahi dengan teknik.

KAMU SEDANG MEMBACA
That Female Lead is My Sister
Roman pour AdolescentsAdikku yang cantik ternyata female lead di sebuah novel?! Pantas saja dia OP T_T Di masa depan, dia akan bertemu dengan male lead. Bersaing dalam memperebutkan juara umum di SMA menjadi awal hubungan mereka. Lalu mereka kuliah dan hubungan mereka se...