13. Es krim

357 38 4
                                    

Saat ini aku sedang keluar bersama Listya untuk membeli jajanan di salah satu minimarket terdekat. Sebenarnya bisa saja Listya membeli sendiri, tapi aku ingin keluar dan melihat orang-orang.

Terlalu banyak di rumah bosan juga ternyata. Padahal ketika aku sibuk di sekolah, aku sangat ingin libur. Namun ketika terlalu banyak libur seperti ini, tidak enak juga.

Serba salah, haha.

Pergi keluar dan melihat orang-orang beraktivitas menjadi pilihanku untuk mengurangi rasa bosan. Mereka, cukup menarik. Ada seorang ayah yang bermain dengan putri kecilnya, ada sekelompok ibu yang sedang mengobrol seru, ada pula anak-anak yang sedang bermain.

Mungkin karena itulah orang-orang suka menonton drama.

"Yeay~ udah sampeee," ucap Listya terlihat gembira. Ia membawa kursi rodaku ke jalan landai yang ada di antara beberapa anak tangga. Benar, perumahan ini merupakan lingkungan ramah disabilitas.

Awalnya, aku tidak memikirkan tentang adanya jalan landai yang disediakan di samping atau di tengah anak tangga. Namun, aku sekarang mengerti betapa pentingnya hal itu untuk membantuku.

Listya membuka pintu minimarket lebar-lebar dan aku menggerakkan kursi rodaku dengan tuas kendali. Aku pun bisa dengan mudah masuk ke dalam minimarket.

"Mau nyari apa dulu, Kak?" tanya Listya setelah menutup kembali pintu minimarket.

Aku melihat sekeliling dan menemukan bagian minimarket yang menarik perhatianku. "Liat-liat es krim, yuk! Udah lama engga makan es krim."

"Oke! Mari meluncur ke es krim."

Listya dan aku melihat beberapa es krim dari dalam freezer. Beberapa rasa es krim sudah pernah kumakan. Aku jadi agak bingung memilihnya. Namun, mataku terpaku pada salah satu kemasan es krim yang berwarna hijau.

"Itu rasa apa, Tya?" ujarku sambil menunjuk es krim yang dekat dengan tempat Listya berdiri.

Pandangan Listya mengikuti arah jari telunjukku, "Ini?" jawab Listya sambil menunjuk es krim.

"Bukan, sampingnya."

"Ini?"

"Bukan, yang ijo-ijo itu loh."

"Oh, ini?" akhirnya gadis itu mendapatkan es krim yang kumaksud.

"Iya yang itu, rasa apa?"

Listya membaca tulisan yang ada di kemasan tersebut. "Matcha, tapi kayanya ada coklatnya juga di tengahnya." Lalu tatapan Listya terlihat aneh saat beralih ke arahku, "Kakak engga bakal makan ini, kan?"

"Eh?" aku bingung dengan ucapan adikku, "emang kenapa?"

"Matcha tuh engga enak! Rasanya kaya rumput," tukasnya dengan tubuh bergidig geli.

"Emang kamu pernah makan rumput?"

"Yaa, engga gitu. Tapi kaya gituuu," Listya memasukkan kembali es krim itu ke dalam freezer, "jangan deh, Kak. Listya dah pernah nyobain rasa matcha, engga enak."

Aku mengerutkan bibirku, agak ragu dengan penilaian Listya. Dulu, ketika pertama kali mencoba bubur ayam, Listya bilang bahwa bubur lebih enak jika diaduk. Namun kemudian, aku merasa ingin muntah melihat hasilnya.

Yah, biarkan dia memilih sesuai seleranya.

Sementara gadis itu sedang memilih, layar transparan tiba-tiba muncul dan memberikan pesan.

'Side Story: Matcha'

Aku mengerutkan kening, apa ini berarti aku harus mencoba rasa matcha itu? Padahal baru kemarin aku mendapat side story tapi sekarang sudah dapat lagi. Mungkinkah?

That Female Lead is My SisterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang