||6. Hukuman

18 0 0
                                    

Selamat membaca
Jangan lupa tinggalkan jejak.

"MAHATMA GIBRAN DINANTHA!"

"KAMU LAGI KAMU LAGI!"

Setelah adegan baku hantam tadi. Gibran langsung di arak menuju ke ruang BK. Ruang favorit nya di SMA Bhumi. Bagaimana tidak Gibran itu adalah langganan ruang BK SMA Bhumi. Semua letak barang dari yang besar sampai yang kecil pun Gibran tau di ruangan ini, saking cintanya dia terhadap ruang BK.

"Pusing bapak Gibran! Setiap hari kamu terus yang membuat masalah"

"Nggak Senin, nggak Selasa, nggak Rabu sampai Minggu kamu terus saja berulah!"

"Minggu libur pak" ralat Gibran pada gurunya.

"Ngejawab lagi kamu!" pelotot pak Santoso selaku guru BK.

"Sehari saja kamu tidak berbuat masalah itu akan lebih bagus gibran"

"Kemaren memecahkan kaca, kemarennya lagi terlambat, hari ini berkelahi besoknya apa lagi Gibran?!"

Gibran terdiam sejenak berpikir kemudian menjawab pertanyaan gurunya.

"Besok kayaknya saya mau baku hantam lagi deh pak" tu kan!

"Astagfirullahaladzim Gibran" pak Santoso sampai dibuat mengucap oleh kelakuan Gibran.

Gibran terkekeh melihat wajah frustasi gurunya. Asal kalian tau saja wajah frustasi pak Santoso adalah hiburan tersendiri bagi Gibran.

"Pak bikin onar itu udah jadi hobi saya pak. Apalagi baku hantam"

"Kalau nggak baku hantam sehari aja rasanya tangan saya gatel pak" ujar Gibran kelewat santai.

"Terserah mu Gibran terserah mu"

"Untuk hukuman kamu pergi dan bersihkan toilet laki-laki sekarang juga! Harus selesai hari ini!"

"Mengerti kamu!"

Kenapa pak Santoso tidak memberi surat pemanggilan orang tua?

Jawabannya adalah pak Santoso sudah tidak mau tertipu lagi. Terakhir kali dia memberikan surat pemanggilan orang tua untuk Gibran. Bukannya membawa orang tuanya datang Gibran malah menyewa bapak-bapak ojol di depan agar mewakili dan berdalih sebagai pamanya.

Memang anak kurang ajar!

Setelah mendapatkan siraman qalbu dari pak Santoso. Gibran sudah di perbolehkan keluar dan harus langsung menjalankan hukumannya.

Saat Gibran keluar, ia sudah bisa menebak kalau teman-teman nya pasti sudah menunggu.

Dan tebakannya benar. Gibran tersenyum lalu menghampiri mereka. Gibran tak heran lagi dengan hal ini sejak dulu jika Gibran terkena kasus dan diseret ke ruang BK maka teman-teman nya akan setia menunggu diluar.

"Gibran gimana tadi di dalam?" Serena menghampiri dan terlihat khawatir.

"Aman!" jawab Gibran memberikan sebuah jempol.

"Gibran lo tadi keren banget mukul tu orang hampir mati" celetuk Niko.

Bugh!

Persahabatan atau CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang