Selamat membaca
Jangan lupa tinggalkan jejak.Setelah libur sehari yang terasa cepat kemarin, hari ini semua sekolah akan dibuka kembali dan melanjutkan pembelajaran di hari Seninnya.
Keluh kesah beberapa murid terdengar di sepanjang koridor yang dilewati oleh Aluna dan Serena. Ada yang mengeluh karena tugasnya belum selesai, ada yang mengeluh karena belum sempat healing karena libur cuma sehari, dan ada juga yang mengeluh karena libur sehari itu belum cukup sama sekali.
"Ahh hari senin benar-benar hari yang paling gue benci." dengus Aluna ikut kesal.
Dengan tas sandang belakang berwarna ungu, Aluna berjalan beriringan dengan Serena disampingnya.
"Aluna nggk boleh gitu. Kalau hari senin nggak ada maka hari selasa juga nggak bakalan ada."
Aluna memutar bola matanya malas. Selalu saja seperti itu, jika Aluna sudah mengeluh maka Serena pasti akan langsung menasehati nya.
"Iya maaf, janji nggak gitu lagi."
"Selamat pagi semestaku! Cintaku!"
Nah ini dia orang yang akan menambah mood Aluna semakin anjlok.
"Pagi sayangku!" kata Juan terlampau manis.
Merangkul bahu Aluna dan memepetkannya pada tubuhnya.
"Ish Juan budeg telinga gue denger lo teriak-teriak!" Aluna menyingkirkan tangan Juan yang nangkring di bahunya.
"Hehe maaf sayang, habisnya aku semangat banget buat ketemu kamu."
"Yang kemaren habis nangis kejer karena patah hati mana." Tiba-tiba saja Niko datang dan ikut bergabung.
Juan mendelik pada Niko, memasang tampang bertanya "Siapa yang nangis kejer?!"
"Dia yang nangis dia juga yang nanya."
"Nangis? Siapa yang nangis?" tanya Aluna penasaran.
Niko mengode Aluna dengan gerakan mata serta dagunya seraya berkata "Noohhh."
Serena pun ikut melihat kemana arah tunjuk Niko.
"Juan? Nangis kenapa?" kata Serena bertanya.
"G-gue nggak nangis!" bantah Juan.
Aluna memberikan tatapan menyelidik pada Juan. Di perhatikan nya lamat-lamat wajah paripurna milik Juan. Kemudian menarik satu kesimpulan.
"Lo kemarin nangis. Kelihatan soalnya di wajah lo."
Setelah mengatakan itu Aluna berjalan lagi ke kelas setelah tadinya berhenti. Sedangkan Juan meraba-raba wajahnya sendiri. Apa iya ada bekasnya, perasaannya pagi tadi saat dia bercermin semua baik-baik saja.
"Aaaa sayang aku nggak nangis!" rengek Juan menyeimbangkan langkah kakinya dengan si gadis.
"Lo nangis. Dasar cengeng!" ucap Aluna semakin gencar menggoda Juan.
Sebenarnya Aluna juga tidak yakin apakah benar Juan menangis atau tidak. Dia hanya berniat menggodanya saja.
"Juan cengeng!" ujar Aluna menekan setiap katanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Persahabatan atau Cinta
Tienerfictie'hanya sebuah cerita klasik tentang persahabatan yang indah sebelum perasaan aneh datang menghampiri' "Kodrat cinta itu hanya satu tersakiti atau menyakiti- Aluna Luciana." "Aku mencintainya tapi tidak bisa memilikinya- Damian Wijaya." "Kulihat dia...