7. Kehidupan Sel

15 0 0
                                    

Sinar terik matahari menyapu diiringi dentuman musik. Narapidana wanita tengah melaksanakan senam sehat yang diadakan sebulan. Termasuk Karenia.

Wanita berperut buncit. Tengah mengandung usia 7 bulan. Jangan tanyakan bagaimana kehidupan di sel. Apakah mereka hanya dikurung dalam ruangan besi saja.

Tidak.

Mereka harus melakukan beberapa pekerjaan seperti membersihkan selokan got, mengepel lantai. Pekerjaan menjahit lurus yang tak menguras otak. Memasang serabut sapu. Uang hasil kerja mereka akan dialokasikan untuk makanan mereka.

Meskipun Karenia hamil, tak lantas membuat wanita itu gemuk. Bahkan badannya sangat kurus. Hanya perutnya yang membuncit.

Seusan senam. Para narapidana kembali ke ruangan kerja untuk memasang serabut sapu dengan tangan mereka.

Karen dengan Rina duduk berdampingan tengah asik melakukan pekerjaannya.

Brukkk.

Tubuh karen penuh dengan serabut. Mendongak siapa pelakunya. Ternyata Rasti.

"Kerjakan punyaku juga"

Ucapan Rasti membentak, Karen mengusap perut. Menenangkan anaknya yang seolah kaget.

"Maaf. Punyaku belum selesai, Mbak" ujar Karen penuh nelangsa.

Rasti tak menggubris. Lantas mengancam.

"Kerjakan. Atau perut lu gue tendang, hah ?"

Rina yang melihatnya terbengong. Begitu tega sekali. Berusaha membela Karen.

"Sudah ada tugas masing-masing, mbak Rasti. Karen sedang hamil. Kasihan dia mbak."

Alih-alih menyadari. Rasti semakin jadi.

"Gausa ikut campur, lu Rina. Gue tarik kerudung lo, baru tau rasa"

"Sudah mb Rina. Tak apa. Biar nanti ku kerjakan"

ucap Karen melerai. Dari pada harus adu urat. Lebih baik ia mengalah.

Pernah suatu ketika Karen melawan. Dipikirnya ucapan Rasti hanyalah ancaman. Nyatanya tidak. Di tengah malam, ketika Karen terlelap. Pinggang Karen di tendang dari arah belakang. Untung lah bayinya tak apa.

Dari situ ia hanya bisa pasrah dan menurut.

Apakah ia tak pantas bahagia. Mengapa ujiannya sangat seperti ini.

*********

Adrian menatap gamang pada foto pernikahan yang terpampang besar di dinding. Saking sibuknya tahun ini, ia lupa tak mencopot foto tersebut.

Tersulut emosi mengingat wanita itu. Adrian mengambilnya. Menaruhnya pada gudang.

"Foto sialan" umpatnya.

Hingga suara bel berbunyi. Berjalan kedepan membuka pintu. Ternyata Bayu, sekertaris Adrian yang merangkap sebagai kawan.

"Ada apa?"

"Aku kesini hanya khawatir dengan kondisi mu"

"Tak ada masalah" ujar Adrian.

"Mengenai Karen. Tak sebaiknya kau menemui dia dan melihat kondisinya?"

"Untuk apa? Membuang waktuku saja"

"Barang kali kau rindu" ujar Bayu diakhiri tawa.

Adrian melempar kalender kecil yang terpampang di meja ruang tamu.

"Sialan, kau berbicara"

"Kenyataan begitu. Di mulut mengucap benci, nyatanya tetap gagal move on, kan?

"Jika tidak ada yang penting, pintu keluar terbuka lebar, Bayu!" Ujar Adrian penuh penekanan.

Bayu tertawa penuh ejekan. Menaruh amplop cokelat di meja.

"Oke oke. Aku pergi. Tapi ada informasi. Kau harus detail menelitinya. Ku harap kau mau membuka ulang kasus ini"

Bayu lenggang dari hadapan Adrian yang membuka amplop.

Informasi apalagi ini. Di amplop ini tertera beberapa pernyataan yang membuat Adrian tak percaya. Bisa saja ini akal-akalan orang lain yang terskenario.


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 11 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cinta Yang LaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang