Apaan sih aku kemarin? Ya ampun Mita, kamu ceroboh banget! Gimana bisa minta putus dengan kepala yang belum dingin?
Kali ini aku harus minta bantuan ke siapa coba?
Aku meraih ponsel di meja kelas, melangkah cepat menuju perpustakaan. Tempat nongkrongnya Raga.
Dan benar feeling-ku, dia ada di sana. Aku berlari dan menyusup masuk ke dalam dekapannya. Kali ini aku harus berhasil!
"Lepas!"
Aku semakin mengeratkan pelukanku, merasakan detak jantungnya yang menggebu. Kan, kubilang juga apa, Raga masih mencintaiku.
Raga berusaha mendorongku, dan aku semakin mengeratkan pelukanku.
"Mit, tolong lepas, aku tidak ingin Laras salah paham."
Deg!
Tidak ingin Laras salah paham? Tidak mungkin kan?
"Keputusanmu kemarin sudah benar Mit! Sekarang aku udah gak ada rasa sama kamu. Kamu bilang kalau ada apa-apa kita harus jujur, sekarang aku harus jujur kalau aku menyukai Laras!" Aku menggeleng, ini tidak benar! Ini bukan hal yang kuharapkan!
"Tidak! Raga, kemarin aku kalap, aku tidak sungguh-sungguh saat mengatakannya. Kamu bohong, kan? Mana mungkin kamu menyukai Laras!" Aku menggenggam kedua tangan Raga, menatapnya dalam-dalam. Aku yakin ia tidak mengatakan yang sejujurnya.
"Apa lagi?" Raga mendesis sinis sekali, ia bangkit dan mendorongku menjauh, lalu melangkah meninggalkanku. Untuk selamanya?
"Raga!" Aku mengejarnya, namun nahan aku teraselandung kakiku sendiri.
"Aghhhhh, sial!" Ya Tuhan, Aku benar-benar tidak sanggup lagi. Tidak tahu lagi bagaimana untuk mengungkapkan perasaan ini! Raga milikku, ya benar, hanya aku yang bisa memilikinya.
Aku menatap punggungnya yang mulai menjauh. Mengingat perubahan sikapnya yang semakin membuatku bingung.
Tuhan, mengapa terasa sangat sakit?
Hubungan kami belum berakhir, aku yakin akan hal itu!
___
Hidupku kali ini terasa hampa, sunyi, dan sepi! Aku tidak tau lagi bagaimana cara membujuk Raga. Sangat tidak mungkin Raga akan kembali, jika mengingat watak pria itu.
Tidak ada hal yang menarik di dunia ini, semua terasa hambar. Duniaku usai! Raga benar-benar tidak ingin menemuiku lagi. Apa yang harus kulakukan?
"Ayolah semangat, udah seminggu lo uring-uringan begini Mit." Aku menunduk dan menenggelamkan wajahku ke meja, mengabaikan Amora yang sejak tadi berceramah.
"Gue yakin lo pasti bisa, Mit!" ucap Sandra menggebu-gebu, "lo ini Mita, yakali gak bisa move on!"
Aku mendongak dan tersenyum padanya, tahu bahwa itu hanya sekedar kata penghibur yang belum juga mampu memperbaiki hati yang telah hancur. Nyatanya aku memang tidak bisa melupakan Raga, mau sejahat apapun dia kepadaku, aku akan berusaha untuk meminta penjelasan padanya.
"Lo bukan nyerah karena kalah kok, percaya deh sama gue. Lagian lo sama Viktor juga untuk pelampiasan doang, gak bener-bener sayang. Kita semua tau cinta lo cuma untuk Raga doang!" Aku mengangguk, lalu kemudian menggeleng. Ucapan Sandra tidak sepenuhnya benar, tetap saja di sini aku salah. Dan aku gak akan biarin Raga pergi.
Tak terasa air mata kembali menghiasi wajah ini. Aku memejam dan menolah ketika merasakan belaian lembut dari Amora. Sahabat tergalak yang kupunya, tetapi ia tak pernah lelah untuk menghiburku.
"Tetep aja San, gue salah sama Raga." Aku harus sadar kalau aku salah, tidak boleh egois lagi. Setidaknya diantara kami harus ada yang waras untuk mempertahankan hubungan ini.
"Dia juga salah Mita! Dia terang-terangan sama Laras, sedangkan Mita sama Viktor juga gak pacaran! Seharusnya impas dong, gak perlu sampe putus kek gini!" Aku menoleh ke arah Abel, cukup terkejut mendengar reaksi gadis lembut itu. Kenapa ia jadi seganas ini?
"Kalian harus tenang, gue yakin kalo Raga gak ada niatan gitu kok." Aku tidak boleh membuat mereka membenci Raga.
"Kalo kata gua sih, lo bego banget Mit! Walaupun lo sama Raga hitungannya seri, tapi tetep aja lo yang bakal salah. Karena kalau laki-laki istrinya dua itu wajar, sedangkan perempuan kalau kayak gitu dibilang sinting! Tapi kalau di mata gue lo berdua sama-sama salah." Tradisi yang tidak kusukai, dimana secara tidak langsung menyetujui tentang perselingkuhan! Amora benar, perempuan akan selalu salah di semua aspek.
"Lagian sekarang Raga udah confess ke lo tentang perasaannya sama Laras, kan?" Aku mengangguk, kembali lesu.
Aku merasakan pelukan hangat Sandra, tapi tidak sehangat pelukan Raga. Ya Tuhan, betapa aku merindukannya! "Mora, lo gak boleh ngomong gitu ke Mita! Ututu Mita sayang sini Abel hug! Abel bakal bantu Mora kok, jangan sedih ya."
Aku sudah tidak punya harapan lagi, tapi jujur aku tidak ingin usai dengannya, Tuhan.
HAI!!!
SELAMAT MEMBACA!!!
MUMPUNG IDE LANCAR, LANGSUNG AKU UP.
DOAIN SEMOGA LANCAR TERUS IDENYA YAKK!!!
SEE UUUUUUUU

KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Cinta Dan Rahasia
Teen FictionBagaimana rasanya ketika dalam 1 hari pacarmu tiba-tiba berubah dan memilih wanita lain? Ku akui diriku salah saat mengatasi rasa bosan ketika menjalani sebuah hubungan. Tapi dirinya lebih salah, karena meninggalkanku demi orang baru. Padahal aku ti...