Ide Gila

8 7 15
                                    

"Gue ada ide nih!" Aku langsung menatap Amora, Abel, dan Sandra si ratu sejuta ide. Astaga Sandra, masih sempat-sempatnya memikirkan saran ketika asyik makan.

Terlihat sekali bahwa ketiganya ingin mengusiliku, "Apaan, San?"

Huft, jangan aneh-aneh lagi! "Jangan aneh-aneh, mending abisin dulu makanan lo semua, baru ngomongin ide-ide gila kalian deh," ucapku ganas, agar mereka tidak usil. Aku meraih jelas esku dan menyeruputnya. Ah, segarnya.

"Gimana kalo lo ikut kencan buta!"

Uhuk!

Sial, aku keselek es jeruk.

"Apa lagi ini? Gak perlu sampe segitunya juga kali," protesku, tidak terima dengan ide gilanya. Aku segera menyeka bibir dengan tissue, dan membersihkan percikan es tadi.

Aku langsung menatap Amora, bermaksud meminta pertolongannya. Sangat terlihat ia tengah berpikir keras, lalu mengangguk seraya tersenyum padaku. Ah, syukurlah akhirnya ada keajaiban ia membantuku. "Gue setuju sih, tapi jangan kencan buta, San. Takut dapet cowok yang berengsek, gue ada kenalan nih baik orangnya. Dicoba dulu, siapa tau cocok."

Aku lupa bahwa Amora sama menyebalkan seperti yang lain, ia malah setuju dengan ide gila Sandra. Astaga, aku bisa gila!

"Setuju!" ujar Sandra dan Abel kompak. Setuju apanya coba?

"Enggak! Gue gamau!" sanggahku cepat, lalu bersedekap menatap Amora dan Sandar yang duduk bersebrangan meja denganku.

"Mita dicoba dulu ya, cara itu tuh yang paling efektif tau untuk ngelupain orang lama." Astaga Abel kenapa jadi ikut-ikutan? Apakah aku harus memilih opsi ini? Opsinya cuma 1 Mit jangan berlaga seolah lo punya banyak opsi.

"Abel pernah nyobain soalnya, hehe," imbuhnya lagi, sepertinya aku harus memikirkan hal ini.

Baru saja aku merasa tenang, tapi rasa sakit itu kembali datang. Kenapa Raga terang-terangan menggandeng Laras? Tidak bisakah sedikit saja menjaga perasaanku. Melupakan juga butuh proses, mana mungkin aku tahan melihatnya begitu.

"Oke, gue mau!" putusku, lalu melanjutkan makan dengan cepat.

____

Sore ini aku sudah berada di Red Cafe, mengikuti saran gila teman-temanku. Dan yang lebih gila lagi, aku malah mengikuti sarannya. Haha, sebegitu frustasikah aku?

Di depanku ada seorang pria dan aku sama sekali tidak mengenalnya. Katanya sih kerabat Amora. Aku mengamatinya dari atas sampai bawah, pakaiannya cukup sopan. Dan sejak tadi tingkahnya cukup menjengkelkan, karena hampir 20 menit bokongku menyentuh sofa, ia sama sekali tidak bersuara. Bahkan ketika aku datang, dirinya hanya tersenyum.

Mana aku laper! Sedangkan dia sibuk menikmati makanannya. Ruang ini tertutup, biasanya digunakan untuk rapat orang kantoran. Mau keluar tapi mager lagi.

Jujur aku bingung harus bagaimana, bukankah harusnya pria yang merayu lebih dahulu? Tidak mungkin kan aku yang nyosor duluan? Ini Amora bagaimana sih! Kenapa harus ini laku yang disodorin coba?

Jadi aku urus bagaimana? Bahkan aku sudah lupa bagaimana cara untuk menggoda seorang pria! Ck, pria menyebalkan! Merasa sedang diperhatikan, aku langsung menatap pria yang di hadapanku.

"Gue Dirga," ucapnya tiba-tiba.

Rupanya kegelisahanku sejak tadi baru ia sadari, dari tadi lo kemana mas, ngapain aja?! Bisu?

"Gue Mita," ucapku cuek, aku harus jual mahal. Siapa suruh membuatku kesal.

Kulihat ia mengangguk sembari tersenyum. Setelah berkenalan satu sama lain, kami kembali terdiam. Hening. Sepertinya Dirga ini tipikal pria yang tidak banyak omong. Hal ini membuatku bingung, karena suasana hening tidak cocok untukku.

Tapi ini salah satu cara untuk aku melupakan Raga. Zodiak ku mengatakan bahwa cara untuk melupakan seseorang ialah ketika menemukan orang baru, jadi kali ini aku tidak boleh gagal. Aku harus mencari hal-hal yang membuatku tertarik kepadanya. Semangat, aku yakin kamu bisa, Mita!

"Lo nggak sendiri, gue juga ngerasain apa yang lo rasain kok."

Maksudnya apa ya? Ngerasa apa? Apa yang sama? Dia ngerasa kesel juga sama gue?

"Amora udah ceritain semuanya ke gue, makanya gue mau dateng ke sini karena gue tahu lo butuh pelampiasan kan?" Aku mengangguk, mengiyakan. Lagian untuk apa menyangkal, ia sudah tau semuanya.

"Lo boleh jadiin gue pelampiasan, tapi ada syaratnya."

Huft, apalagi sih, kenapa harus pakai syarat? Mau dibayar? Tenang aja gua bayar Mas! Setiap jalan gue yang modal, lo tenang aja! Yang penting lo bantu gue ngelupain mantan gue! Capek banget ngehadapin manusia begini. Ribet!

"Apa syaratnya?" tanyaku dengan tidak sabaran.

"Lo harus bantu nunjukin ke mantan gue, kalau gue udah bahagia sama lo." Aku terdiam, mencerna perkataannya. "Gimana, deal?"

Seperti tidak sulit, kurasa malah akan menyenangkan. "Deal!"

"Eh, maaf gue lupa nawarin. Lo mau pesan apa?" Pake nanya lagi, dari tadi gue nahan laper karena muak liat tingkah lo, Jamil. Emang dasar kodratnya lagi gak pekaan!

"Pesen samua!"

Hah, gile!

To be continued...

YEAYYY
AKHIRNYA BISA DOUBLE UP

SEE YOU, ALL!!!

Tentang Cinta Dan RahasiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang