Siang ini di Red Cafe aku dan Raga saling berhadapan, akhirnya aku bertemu dengannya di waktu yang pas. Ia tidak bisa mengelak dan mengatakan bahwa dirinya sibuk.
"Ini pesanannya, mbak, mas." Aku mengangguk dan menyambar Soya yang kupesan.
Kini terjadi kesunyian di antara kami, sejujurnya aku belum terbiasa akan hal ini bisa mengingat kami dulu sangat aktif berinteraksi. Tapi tak masalah cepat atau lambat pasti akan terbiasa. "Jujur, aku kangen," ucapku membuka obrolan, memancingnya untuk membahas masalah kamu berdua.
Dirinya mengernyit lalu berkata, "Maaf, kamu ngomong apa?"
Aku membulatkan kedua mata ketika Raga melepas earphone yang tersembunyi di telinganya. Rupanya dia ingin memancing amarahku, tapi Mita lo harus tenang gak boleh kepancing emosi. Di sini lo pengen pelepasan yang damai bukan yang menyakitkan. Untuk memulai hal yang baru kita harus menyelesaikan masalah lama, kan?
"Aku kangen kamu," ucapku, mengulangi perkataan tadi.
"Aku tidak," ucapnya sarkas.
Aku mendelik tak suka dengan responnya, "Aku kangen kamu, tapi itu dulu."
Kulihat dirinya melotot, membuatku tersenyum miring ke arahnya.
"Kupikir kamu adalah rumah, nyatanya selama ini aku salah," ucapku lagi.
Sejak tadi aku mengamati raga yang selalu buang muka. Ia terlihat sedikit gelisah, apakah kini ia merasa tertekan berada di sampingku?
"Ternyata kamu adalah kamu, yang hidup seperti kupu-kupu, Ga." Aku tak menghiraukan ekspresinya, masih fokus berceloteh untuk membuat dirinya tahu bahwa saat ini aku sudah baik-baik saja.
"Mit-"
"Apa? Kamu tau gak setiap malem selalu aja terbesit pertanyaan, kenapa kamu ngelakuin hal ini? Aku masih gak percaya kalau kamu ngelakuin hal ini, pasti ada alasannya kan? Tapi sepanjang pertanyaan itu muncul, sampai kini aku nggak pernah dapat jawabannya."
"Kamu mau jelasin apa lagi? Semuanya udah terlambat! Aku udah terlanjur sakit karena kamu buang gitu aja! Kau pikir aku ini sampah, iya?"
Stop, Ga. Sejujurnya aku sudah tidak membutuhkan jawaban apa-apa lagi darinya, semua sudah terlambat. Aku kepalang kecewa terhadap sikapnya, terhadap caranya yang seolah membuangku begitu saja.
Siapapun yang di posisiku pasti akan marah untuk menutupi rasa sakitnya.
"Aku sibuk, ada hal yang harus kukerjakan." Ini bukan jawaban! Lagi-lagi dirinya ingin meninggalkanku? Tidak bisa dibiarkan!
"Baiklah, maaf tuan bila aku memangkas waktumu yang berharga. Sekarang lakukanlah apa yang kamu inginkan, berbahagialah. Karena setelah ini aku akan menjalankan kehidupan yang sangat-sangat menyenangkan. Semoga kamu dan Laras selalu bersama ya," ucapku seraya membalik tubuh, berjalan menjauhinya perlahan-lahan.
"Kalau begitu aku pamit dulu," imbuhku seraya melambai ke belakang.
Air mataku tak berhenti menetes, dan aku menyangkanya dengan cepat. Cukup, Aku tidak ingin menangisi pria bejat itu lagi. Walau hatiku kembali sakit, bahkan sakit sekali aku tidak boleh kembali dengannya.
Aku tetap menegakkan tubuhku, tidak boleh terlihat lemah lagi di depannya. Karena aku Mita, sangat banyak orang-orang yang menyayangiku dan bisa menghargaiku. Aku tidak boleh lemah lagi, rasa sakit ini tidak akan lama aku yakin itu.
Aku melangkah menuju kampus yang jaraknya tidak jauh dari sini.
Namun langkahku tiba-tiba berhenti, ketika tiba-tiba ada seseorang yang menahan lenganku seraya ngos-ngosan. Segera kutepis saya memutar badanku. Dirga! Lagi-lagi pria ini!
"Kok lo bisa di sini?" tanyaku sambil kembali melanjutkan langkah.
"Kebetulan gua abis patroli di sini, lo udah makan?" jawabnya tidak masuk akal.
Sejak kapan patroli lari-lari?
"Patroli sekarang lari-lari ya?" tanyaku memicing curiga.
"Haha, gue naik mobil kok, itu mobilnya," ujarnya seraya menunjuk mobil yang berada cukup jauh dari jarak kami.
"Trus tadi gue liat lo keluar dari Red Cafe lesu banget, jadi gue samperin deh," jelasnya.
Aku mengangguk-angguk. Tiba-tiba Dirga menggenggam tanganku, memutar arah langkahku.
"Masih ada mata kuliah?" Aku menggeleng, hari ini cukup bawel.
"Kalau gitu bisa temenin gua makan?" Ini dia kesambet apa coba? Aneh banget tiba-tiba jadi baik.
Aku kembali mengangguk, dirinya langsung mengajakku menuju mobil patrolinya.
"Mobil gue masih di kampus," ujarku, menahan pintu mobil yang hendak dibuka.
"Habis makan siang gue anter lo ke kampus lagi." Dirga membuka pintu mobil dan memintaku untuk masuk. Aku segera masuk, begitupun dirinya.
Aku harap kamu benar-benar menepati janji ya. Kamu selalu menemaniku saat melupakan Raga.
Kamu tahu? Hadirmu mengubah segalanya, hidupku kini menjadi lebih indah.
Kamu berhasil merebut hatiku yang sebelumnya digenggam oleh orang lain.
Kamu membawa cintaku, entahlah, aku pun masih bingung ini cinta atau baru sekadar rasa sayang?
Tapi yang jelas kamu bukan pria dengan seribu janji, itulah yang membuat diri ini kagum.
To be continued...
HAI!!!
MAAF YAK BARU SEMPET UP LAGI, AKU LAGI SOK SIBUK SEKARANG, WKWK.
LAGI BANYAK TUGAS JUGA...
SAMA LAGI BANYAK DIFITNAH SAMA OKNUM-OKNUM JAHAT LAGI, JADI LUMAYAN PUSING BANGET.
DOAIN YA, SEMOGA BISA LANCAR TERUS UPDATE-NYA!!!
SAMPAI KETEMU DI PART SELANJUTNYA, YA!
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Cinta Dan Rahasia
JugendliteraturBagaimana rasanya ketika dalam 1 hari pacarmu tiba-tiba berubah dan memilih wanita lain? Ku akui diriku salah saat mengatasi rasa bosan ketika menjalani sebuah hubungan. Tapi dirinya lebih salah, karena meninggalkanku demi orang baru. Padahal aku ti...