Dirga...
Nama itu saat ini muncul dalam pikiranku. Dia pemenangnya? Kurasa begitu. Sebenarnya ini baru praduga sih, karena nyatanya aku belum tau akan kebenaran semua.
Dari awal berjumpa, kuakui dirinya berhasil menyentuh relung hatiku. Wajahnya yang tampan menjadi pemanis semuanya, membuatku tak mampu melupakannya. Ia berhasil meluluhlantakkan hatiku, padahal sebelumnya Raga tidak pernah begitu.
Apa ini? Jelas sekali kalau aku telah jatuh hati. Jatuh ke lubang yang dalam, dan aku takut berada di dalam kegelapannya.
"Baiklah, saya rasa mata kuliah pada hari ini sudah cukup. Kalau begitu saya undur diri, selamat siang!" Aku tersentak dengan ucapan dosen yang mengampu mata kuliah di kelasku saat ini. Astaga! Untung saja aku tidak ditegur karena melamun sejak tadi.
Ya ampun Mita!
"Siang, Pak," ujarku bersamaan dengan teman sekelas yang lain. Aku bergegas menyusun kembali alat tulisku, lalu segera bangkit dari tempat duduk. Kulihat pak Santoro—salah satu dosen FH—telah meninggal ruang ini.
Langsung saja aku menuju tangga, menuruninya dengan tergesa.
Drettt... drett... drettt....
Getaran dari ponselku membuatku menghentikan langkah, melihat nama Dirga terpampang jelas di layarnya. Aku memilih mengabaikan getaran telpon itu, bergegas menuju lobi utama gedung untuk menemui sang pelaku telpon.
"Hai," sapaku pada Dirga yang sedang menempelkan ponselnya pada telinga.
Ia mengantongi ponselnya dan kini atensinya saat ini terfokus padaku. "Lari-lari, hmm?" Astaga, mendapat satu pertanyaan seperti itu saja berhasil membuatku baper. Receh sekali diri ini.
"Iya, takut lo nunggunya lama," ucapku malu-malu. Ah, apaan coba! Segera aku menggelengkan kepala, agar mengembalikan kewarasanku. Bisa-bisanya aku bicara begitu?
Kulihat dirinya tersenyum, lalu melangkah membuka pintu mobil. Tolong Dirga jangan betingkah ya, aku gak kuat tolong act of service-nya gila banget!
Aku segera masuk dan tak lama pintu di tutup, kutarik napasku kuat-kuat lalu kuhembuskan. Ternyata berada di dalam mobil dalam keadaan baper ini tidak bagus, rasanya sesak dan ingin melompat-lompat.
Hal sekecil ini saja aku sudah baper, bagaimana nantinya? Astaga, aku tidak bisa membayangkan itu semua! Aku harus fokus, sadar mita!
Mobil melaju dengan perlahan, aku memilih fokus menatap jalan di depan. Sedangkan Dirga terdiam sepanjang jalan, dan aku pun mengikutinya.
"Mit." Aku menoleh saat mendengar instruksinya, mendapati diri Dirga yang tengah menyetir sembari senyam-senyum.
"Apaan?" jawabku dengan ketus.
"Lo nanti gak mau salim tangan gue?" Aku menghadapnya dengan alis menuggik, bertanya maksud dari pertanyaannya barusan. Lagi-lagi dirinya hanya tersenyum mengejek, sialan ni cowok! Dasar gak jelas.
"Ihh ogah amat!" Aku mencubit pinggangnya yang bisa kujangkau, melampiaskan kekesanku. Entah kenapa aku kesal hanya karena senyuman. Tiba-tiba mobil ini menepi, dan kendaraan ini sepenuhnya berhenti. Apa Dirga marah karena aku tadi mencubitnya?
"Udah sampe Mit, kok bingung gitu?" Aku langsung memperhatikan sekitar, dan benar saja kami telah sampai di pekarangan rumahku.
Aku memutuskan langsung turun dari mobilnya, kulihat Dirga mengikutiku. Ia mwlangkah mendekatiku.
"Makasi, Dir," ucapku padanya.
"Yaudah, kalau gitu gua aja," ucapnya tiba-tiba, apa lagi ini Tuhan?
Tiba-tiba Dirga meraih tanganku, duh jantungku kenapa sesak begini sih? Aku berusaha untuk menariknya tetapi ditahan.
"Lo mau apa?" tanyaku panik, "jangan-"
Cup
Dirga sialan! Aku segera berlari meninggalkannya, masuk ke dalam rumah dengan tergesa.
"Emakkk, apaan itu tadi?"
"Dirga, kampret!"
Duhhhh, kenapa deg-degan begini sih? Kayak gak pernah saja!
***
To be continued....
MIANHAE!!!
DUHHH, HALO SEMUA, MAAF YA KARENA AKU BARU SEMPET UPDATE. UDAH LAMA BANGET GAK UP KARENA AKU LAGI BENER-BENER SIBUK BANGET. MAAF YAAA!
AKU GATAU MINGGU INI BISA UP APA ENGGA, TAPI BAKAL TAK USAHAIN
SAMPAI BERTEMU DI PART SELANJUTNYA><
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Cinta Dan Rahasia
Teen FictionBagaimana rasanya ketika dalam 1 hari pacarmu tiba-tiba berubah dan memilih wanita lain? Ku akui diriku salah saat mengatasi rasa bosan ketika menjalani sebuah hubungan. Tapi dirinya lebih salah, karena meninggalkanku demi orang baru. Padahal aku ti...