Setelah merasa cukup puas menangis, Dirga mengantarku pulang ke rumah. Tak ada kata sama sekali, ia langsung saja pamit pulang.
Ceklek!
"Aku pulang," ucapku seraya membuka pintu.
Aku menunduk lesu, memegang gagang pintu untuk menopang tubuhku. Ah, lelahnya.
"Kak, sini temenin papah!" Aku mendongak melihat papa melambai seraya menepuk sofa di ruang keluarga. Aku melangkah mendekat ke arahnya, duduk tepat di sampingnya.
Tiba-tiba papah memelukku seraya mengusap punggungku, yang malah berhasil membuatku menangis tersedu-sedu. "Loh kak, kenapa nak?" Papa terdengar sangat panik, sedangkan aku semakin mengeratkan pelukanku.
Jujur aku sangat butuh pelukan saat ini, betapa aku sangat membutuhkannya. Untuk meluapkan segala emosiku beberapa bulan terakhir.
"Coba cerita sama papah, Kak. Jangan nangis begini, papah gak sanggup dengernya," ujar papah terdengar khawatir.
Ya Tuhan betapa aku sangat berdosa kepada orang tuaku, aku terlalu egois memikirkan orang lain sampai menghiraukan kekhawatiran papa akan diriku.
"Loh kakak kenapa, pah?" Terdengar suara mama, kemudian aku merasa belaian lembut di kepalaku. Khas belaian mama. "Papah apain anaknya, hah?"
"Gatau, Mah, papah juga bingung tiba-tiba kakak nangis. Gak papah apa-apain kok, suer!" Aku segera mengurai pelukanku dengan papa. Menatap mama dan papa bergantian, lalu menyeka sisa air mata di wajah.
"Aku gapapa, kok," ujarku sambil tersenyum, menyakinkan keduanya. Tiba-tiba Mama memelukku dengan singkat. "It's okay, Baby, selagi bukan masalah ada yang macem-macemin kamu, kamu boleh untuk rahasiakan dulu," bisiknya.
"Cowok mana yang berani sakitin hati putri kesayangan papa?" Aku menggeleng kepada papa yang terlihat kesal. Tidak mungkin kalau aku beritahu papa yang sebenarnya, yang ada Raga akan dihajar habis-habisan oleh papa dan Rio.
Aku langsung bangkit dan mengecup pipi keduanya bergantian, setelah berdekatan dengan mama dan papa akhirnya suasana hatiku membaik. Tahu begini sejak kemarin aku melakukannya. Ck, dasar akunya saja yang bodoh karena lelaki.
"Kak, siapa orangnya?!" Aku mengedipkan mata kepada papa yang sangat ingin tahu pelakunya. Melambaikan tangan seraya menaiki anak tangga, tentunya menuju kamarku. Saatnya tidur nyenyak!
Orang tuaku tidak boleh tahu masalah ini.
______Aku melangkah bersama Raga yang tak lepas menggenggam tanganku. Aku menatapnya yang saat ini juga telah menatapku, secara tak langsung untuk menjelaskan perasaan kami masing-masing.
Ia membelai punggung tanganku. Tuhan, betapa aku sangat-sangat mencintainya. Kumohon jangan jauhkan dirinya dari hidupku, Tuhan.
Ah, indahnya jika kenangan dulu. Rindunya murah, kesempatan untuk kembalinya yang mahal. Baiklah sudah cukup menjalani hidup yang berantakan, aku bisa bangkit dan kembali menjalani rutinitasku seperti sediakala walaupun saat ini Raga sudah tidak lagi bersamaku.
"Kak!"
Aku masih berusaha melanjutkan lamunanku, mengingat masa-masa dulu sebelum aku memutuskan untuk melepas Raga. Masa bodoh dengan panggilan dari anak kecil itu.
"Kak Mita!" Sontak aku langsung memelototi pelaku yang mengganggu serta mengguncang pundakku. Memangnya tidak bisa lembut sedikit saja?
"Apaan sih, Mar!" bentakku kesal.
Kulihat ia mencak-mencak di tempat, rupanya aku berhasil membalas kekesalanku terhadapnya. "Udah berkali-kali gue bilang jangan panggil gue kayak gitu!" teriaknya, aku segera menutup kedua telinga menghiraukan anak kecil itu.
"Noh, di depan ada kawan lo," ujarnya acuh tak acuh dan ikut rebahan di kasurku.
Aku menarik komik yang sedang dibaca oleh Rio, dan menatapnya serius. "Siapa? Gue gak ada janjian sama kawan-kawan gue." Aku benar-benar tidak ada janji main hari ini, jadi teman yang mana?
"Mana gue tau!" ujarnya sinis seraya merebut kembali komiknya, "saran gue buruan gih temuin sebelum cowok lo babak belur sama papah, soalnya papah keliatan banget mau nerkamnya."
"Cowok gue? What?!" Aku bertanya kepadanya dan ia menghiraukanku seraya mengangkat bahunya acuh tak acuh. Sialan bocah kematian ini!
Siape? Raga datang ke rumah? Mau apa lagi, sih! Tanpa banyak berpikir lagi aku langsung bangkit ke depan kaca, merapikan penampilanku saat ini. Lalu bergegas untuk menghampiri priaku, duh lupa sekarang kan sudah mantan. Xixi...
To be continued...
AKHIRNYA BISA UPDATE!
AKU GABUT BANGET SIH, MANA HUJAN DAN GAK ADA KERJAAN.
SEMOGA AKU DAN KHUSUSNYA KALIAN YANG UDAH BACA CERITA INI SEHAT SELALU YAKK!!!
JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK, GUYS!
SEE YOU AGAIN IN THE NEXT PART, ALL!!!

KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Cinta Dan Rahasia
Teen FictionBagaimana rasanya ketika dalam 1 hari pacarmu tiba-tiba berubah dan memilih wanita lain? Ku akui diriku salah saat mengatasi rasa bosan ketika menjalani sebuah hubungan. Tapi dirinya lebih salah, karena meninggalkanku demi orang baru. Padahal aku ti...