Aku tengah menikmati sarapan pagi ini, rutinitas yang setiap hari dilakukan oleh keluargaku.
"Kak, pagi ini mau kemana? Bukannya hari ini gak ada kelas ya?" Suara mama menginstruksi, aku hanya mendongak dan melempar seulas senyuman bagongku.
"Ketemu Raga, Mah."
Aku menggenggam erat selempangan tasku, bersiap untuk meninggalkan rumah. Hari ini aku harus menemui Raga, untuk menjelaskan semuanya. Aku pasti bisa, kami pasti akan baik-baik saja!
"Hati-hati sweetie!" Ck, papa rese, sudah berulang kali aku tegaskan kalau aku tidak mau dipanggil dengan panggilan itu.
Aku langsung bergegas menuju lokasi yang dikirimkan oleh Genta, aku meminta bantuannya untuk mengajak Raga keluar dari rumahnya. Sangat tidak mungkin bila kami ribut di rumahnya.
Sesampainya aku di Black Roses, mataku langsung menangkap sepasang pria di sudut ruang. Aku langsung bergegas menghampiri mereka.
"Hai, Ga!" sapaku seceria mungkin, hari ini aku tidak boleh marah.
Aku harus mengakhiri perang dingin diantara kami. Aku melirik ke arah Genta memberinya isyarat untuk memberi kami ruang, dan seperti biasa ia langsung bergegas meninggalkan kami. "Gue lupa kalo ada janji sama nyokap nganter ke tempat arisan, Ga. Gue duluan ya Ga, Mit!"
Aku tersenyum dan membalas lambaian tangan Genta, lalu menghempaskan tubuh ke sofa tempat Genta tadi.
"Ngapain kamu ke sini?"
Wah, wah, wah! Demi apa dia nanya gue ngapain??? Ini baru duduk udah ditanya begitu, berasa diusir tau ga si?
Ini Raga masih badmood kayaknya.
"Kamu masih marah?" tanyaku dengan hati-hati, memastikan.
"Tidak!"
Singkat, jelas, dan padat! Satu lagi, jutek. Ini bener Raga, kan? Kenapa sejutek ini? Papah! Ottoke!
Raga berdiri, membuatku segera menahan tangannya. "Jika tidak ada yang ingin diucapkan lebih baik aku pulang!"
Oke, saat ini Raga jelas terlihat tidak seperti biasanya. Aku tidak boleh terpancing, sabar Mita, sabar. Ini demi kelanggengan hubungan kalian! Hwaiting!
Aws!
Raga ini apa-apaan, sih! Harus banget nepis tangannya sekasar ini?
"Sakit tau, gak?" Aku mencoba merengek selebay mungkin, aku harap ia bisa luluh.
Namun nihil, ia hanya menggertakan giginya. "Tidak!"
Anjir banget sih, Ga! Emang boleh semenyebalkan ini? Lebih baik aku langsung saja, aku tidak tahan berbasa-basi yang berakhir basi beneran!
"Baiklah aku di sini hanya ingin menjelaskan semua padamu, percaya atau tidaknya itu urusanmu! Bahkan jika kamu ingin bersama gadis sialan itu aku tidak masalah!" Ups, melihat dari aura wajah, sepertinya aku salah bicara. Salah dibagian mana? Bagian aku mengatai gadis itu? Benarkah dia marah akan hal itu?
"Aku dan Victor hanya teman, kemarin aku merasa bosan dan saat itu Victor mengajakku untuk jalan bersama. Kami tidak macam-macam, hanya makan dan setelahnya pulang. Jujur aku takut kamu tahu dan salah paham, aku tetap diam walaupun tahu suatu saat kamu pasti akan mengetahui hal ini. Aku melakukan itu hanya ingin mengurangi rasa bosanku, maaf karena aku sudah kelewatan dan tidak membicarakannya padamu. Tapi sungguh aku tidak ada niatan lain, aku tidak ingin seperti ini, Raga. Sungguh."
Aish cengeng sekali aku, apakah ini dampak frustasiku? Baiklah setidaknya aku sudah berusaha untuk menjelaskan kepadanya, aku harap iya bisa menjelaskan hubungannya dengan Laras. Terserah dia ingin percaya atau tidak dengan penjelasanku, setidaknya aku sudah berusaha, kan?
"Ya, aku percaya," ucapnya dengan putus asa. Apa aku semenyebalkan itu permirsa? "Sudah selesai, kan?"
Tunggu! Raga membuang muka, apa maksudnya ini? Astaga, aku tidak percaya ini! Sangat jelas bahwa dia tidak percaya. Mengapa rasanya sesakit ini? Bukankah tadi aku sudah menanamkan bahwa percaya atau tidaknya itu urusan dia! Tapi mengapa hati ini merasa tidak rela? Kenapa sakit sekali mendapati kenyataan bahwa ia sama sekali tidak percaya? Bahwa ia bahkan sama sekali tidak peduli, atau bahkan sejak tadi dirinya tidak mendengarkan!
"Kamu tidak percaya padaku!" Kalimat itu keluar begitu saja dari mulutku tanpa bisa aku cegah, kesal dan kecewa tercampur menjadi satu!
Kenapa dia bisa sejahat ini? Ku akui diriku memang jahat, tapi sikapnya saat ini lebih dari jahat.
"Aku percaya, Mita," ucapnya, jelas sekali ia sangat terlihat lelah menanggapiku. Ia menundukkan kepala, menatap lantai yang sangat menarik perhatiannya. Aku tidak ingin dia seperti ini, sungguh!
Ia mengatakan hal itu hanya karena lelah mendengarkanku, benar-benar sangat mengecewakan! "Bohong!"
"Ya Tuhan, harus bagaimana aku menjelaskan kalau aku percaya, Mit? Jika tidak percaya sudah lama aku mengakhiri hubungan kita!"
Aku menatapnya nyalang, dia semakin melantur! Aku tidak habis pikir hanya karena ada yang baru dirinya berubah dalam satu hari?
Kalau begitu, memang sudah tidak ada solusi lagi untuk hubungan ini!
"Baiklah, kalau begitu lebih baik kita usai saja!"
Aku segera meraih tasku, dan melangkah dengan cepat meninggalkan kafe tersebut. Sakit, rasanya sakit sekali!
___Halo semua, akhirnya bisa update setelah sekian lama sibuk nugas. Maaf ya karena baru sempat!
Semangat untuk kalian, BTW selamat tahun baru semuanya!!!
Semoga di tahun ini bisa lebih sukses, bisa bikin banyak karya, dan sehat selalu. Aamiin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Cinta Dan Rahasia
Ficção AdolescenteBagaimana rasanya ketika dalam 1 hari pacarmu tiba-tiba berubah dan memilih wanita lain? Ku akui diriku salah saat mengatasi rasa bosan ketika menjalani sebuah hubungan. Tapi dirinya lebih salah, karena meninggalkanku demi orang baru. Padahal aku ti...