Lucius Obsession

6.8K 190 1
                                    

Lucius tidak mengalihkan sedetikpun pandangan dari Eveline. Kecupan di pipi menyadarkan pria itu, senyumnya terbit dia membalas ke pipi kekasihnya.

"Kau melihat apa sampai sebegitunya?" tanya Kate, dia mencari objek yang dilihat oleh Lucius namun lengannya sudah di tarik.

"Tidak ada apa-apa hanya melihat interior ruangan." Lucius membalikkan badan dia mendorong punggung Kate agar berjalan di depannya sedangkan Lucius memantau sekilas perempuan yang sedang mengobrol di seberang sana.

Eveline merasakan seseorang sedang melihatnya namun dia tidak mengetahui siapa dalang dibalik itu. Usai acara pernikahan saudaranya berakhir, Eveline segera pergi ke lantai atas menuju kamarnya. Sepatu tingginya sudah dia bawah alhasil kaki perempuan itu bertelanjang. Langkah kakinya berhenti ketika mendengar suara sepatu di belakangnya, kepala Eveline menoleh. Tampak terkejut namun dapat dia kuasai.

"Hai kak Lucius. Kau menginap di sini juga, ya?" Eveline menunggu calon suami saudara nya itu mendekat.

Lucius mengangguk. "Kenapa tidak di pakai?"

Eveline mengangkat benda di tangannya. "Kaki ku lecet, Kak. Jadi aku membawanya saja."

Penjelasan singkat Eveline menghentikan Lucius. Pria itu melihat di sekitar tumit Eveline dan menemukan plaster yang sudah tertempel. "Kenapa kau menyakiti dirimu sendiri, Eve? Kau bisa memakai sepatu lainnya."

Eveline terkekeh dia mengibaskan tangan. "Sudah biasa, ini resiko memakai sepatu tinggi kak ini juga acara pernikahan kalau acara non formal aku akan memakai sepatu seperti mu, mungkin."

Lucius memegang lengan Eveline gerakan tiba-tiba dari pria itu sontak menghentikan tawa Eveline. Dengan wajah bingung dia seolah bertanya ke Lucius.

"Jangan sampai aku melihatmu terluka lagi Eveline." Peringat Lucius dalam - menusuk netra hitam legam perempuan di depannya. Mengikis jarak, Lucius menunduk dia merasakan ketegangan di tubuh Eveline ketika bibirnya mengecup sekilas puncak kepala perempuan itu.

Eveline membuka mulut yang langsung dia tutup dengan telapak tangan. Alis Eveline menukik. "What the heck! What are you doing?!" tekan Eveline dia mundur dan mengusap kasar bekas kecupan Lucius.

Lucius menyugar rambut. Dia melirik sekitar dan merasa keadaan lengang tubuhnya beringsut maju gerakan yang dilakukan terlampau cepat. Menekan tubuhnya ke Eveline satu tangan Lucius menekan pundak perempuan itu.

Eveline berontak, kepalan tangannya terangkat dan memukul membabi-buta dada dan perut pria di depannya. Lucius yang melihat pergerakan kasar Eveline meringkus kedua tangan Eveline dan mengangkatnya ke atas. Sudut bibirnya tertarik tampak menakutkan di lihat dari sisi Eveline.

Kepala Eveline bergerak tak menentu. Pikirannya sudah terbayang adegan buruk. Dia takut kelakuan Lucius membuat para wartawan yang berkeliaran melihat bahkan lebih parah nya tunangan atau orang yang dikenal memergoki keduanya yang bisa menimbulkan permasalahan.

"Masih ingin melanjutkan kepura-puraan mu sayang?" Pertanyaan yang terlontar dari Lucius membuat Eveline yang panik membeku namun dia bisa mengendalikan diri dengan sempurna.

Raut wajah Eveline tampak bingung. Lucius tertawa sarkas. Dia mendesak semakin maju, badannya condong ke depan, bibirnya tepat di sebelah telinga perempuan itu. "Aku suka melihat raut wajahmu, sayangku."

Eveline merasakan giginya beradu, dia menahan rasa takutnya.

Lucius memundurkan wajahnya, satu tangannya yang bebas menyusuri pelipis sampai di perpotongan dada kemudian beralih ke lengan sampai ke pinggang Eveline. "Bagus, kau memamerkan tubuh mu dengan sempurna. Kau meminta untuk dihukum ya, sayang?"

"Ayo bicara. Aku merindukan suara mu," pinta Lucius memaksa. Dia mengecup ujung bibir Eveline. "Manis, seperti biasa. Rasanya tetap sama."

"Jangan sembarangan. Kau melecehkan ku, Kak!" sentak Eveline.

Lucius memiringkan kepala. "Kak? Kau masih pura-pura sayang setelah aku memberi kecupan?"

"Kau melupakanku Eveline? Eve ku?"

Wajah Lucius menegang otot wajahnya dan lehernya terlihat muncul. Rahang pria itu mengetat sempurna. Eveline meringis ketika merasakan kedua tangannya semakin di tekan dan remas.

Kepanikan Eveline muncul ketika Lucius mendorong pintu kamar dan menguncinya dari dalam. Eveline melihat sorot marah bercampur semuanya dalam mata Lucius. Namun Eveline masih enggan untuk berkata jujur dan lebih memilih berontak seperti saat ini saat badannya di dorong ke ranjang.

Eveline bangkit dia berlari ke arah pintu. Gerakan tangannya tidak hati-hati menyenggol beberapa benda di meja. Jemari Eveline bergerak mencari kunci yang di lempar Lucius tanpa dia tahu orang yang dia hindari sudah berada di belakangnya dengan tampilan berantakan.

"Eveline berhenti atau kau akan menyesal," ujar Lucius.

Eveline berbalik. Dia maju selangkah namun masih meninggalkan jarak aman. "Di mana kuncinya, sialan?"

"Cih," decih Lucius. "Kau berani mengumpat kepadaku sekarang? Kau sudah siap dihukum rupanya?" Menarik lengan kemejanya sebatas siku. Melangkah lebar lengan Lucius menyambar pinggang Eveline dengan cepat.

Pria itu membawa Eveline di bahu dan melempar kembali ke atas ranjang. Lucius menjatuhkan diri menimpa di atas tubuh Eveline mengunci pergerakan tubuh perempuan itu. Kedua kakinya mengapit sedangkan tangannya bekerja mengikat pergelangan Eveline.

"So sexy. Kita mulai permainannya, sayang."

Short Story Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang