He's Like A Monster

6.7K 205 8
                                    

Selina mendorong dada Jean dengan kuat hingga laki-laki itu mundur beberapa langkah, Selina menyelinap langsung berlari, kepalanya berkali-kali menoleh ke belakang dengan langkah yang terus bertambah. Mulutnya tidak berhenti mengumpat, binar senang muncul ketika melihat sudah berada di keramaian, Selina semakin kencang tinggal lima langkah lagi tubuh Selina terdorong ke samping. Ia melenguh sembari memegang pinggang refleks. Matanya menyorot takut. Di hadapannya sekarang ada Jean.

"Berengsek!" umpat Selina mendorong Jean dari atas tubuhnya.

Jean menyunggingkan senyum miring. Tangannya merayap di sisi tubuh Selina, merengkuh pinggang gadis itu hingga empunya meringis yang semakin membuat Jean senang bukan main.

"Main-main sama aku, kaki atau tubuh kamu balasannya." Jean mengelus pipi Selina. Tatapannya sarat penuh obsesi yang gila.

Selina mundur meski tidak ada ruang baginya. Dengan sorot takut ia menatap manik biru Jean. "Cih ... dulu kau membuangku, Jean, ingat itu!"

"Maaf. Aku- aku dulu bodoh pilih dia daripada kamu yang jelas-jelas tunangan aku." Jean menangkup pipi Selina, tangannya bergetar. Pupil mata itu menyorot dalam ke mata Selina. "Maaf, Sayang. Aku salah. Aku minta maaf."

Selina terkecoh. Ia membuang pandangan ke segala arah. Jean menahan. Selina memukul tulang selangka Jean sampai si empu mengerang kesakitan dan terguling ke samping melihat celah untuk keluar Selina mengambil kesempatan kabur. Kepalanya menoleh ke belakang, melihat Jean yang duduk bersandar sembari menyunggingkan senyum seringai.

Selina memutar kepala tidak sampai lima detik suara hantaman terdengar keras dari jalan. Tubuh Selina terlempar, darah segar mengalir dari tubuhnya. Tangan Selina bergetar, detak jantungnya berdetak kencang terasa menyakitkan, tubuhnya berat, pandangannya perlahan mengabur. Selina mengerjap dia melihat seseorang di antara orang-orang yang mengerumuni nya menampilkan raut wajah senang. Mulut Selina terbuka, namun belum sempat Selina mengucapkan sepatah kata tubuhnya sudah di angkat.

Selina mendengar Jean berbisik. "Kau senang dengan hukumannya, Sayang?" Setelahnya Selina langsung memejamkan mata.

Satu bulan berlalu setelah semua perawatan yang Selina lakukan setelah kejadian mengerikan itu Selina harus kembali terikat dengan Jean dengan status yang sudah berubah.

Jean memeluk pinggang Selina dia membawa perempuan itu ikut menghadiri acara pertemuan antara perusahaan. Bibir Jean mendekat ke telinga Selina dia memberi kecupan singkat dan sedikit menjilat. "Sialan sekali kenapa kau memakai pakaian yang memperlihatkan lekuk tubuhmu, huh? Ingin menggoda semua orang, Sweetie?"

Selina menggelengkan kepala, dia menoleh ke Jean yang wajahnya terlihat marah. "Aku hanya ingin memakai pakaian yang sama denganmu," balas Selina cepat.

Laki-laki itu menaikkan alisnya namun bibirnya tertarik. Membasahi bawah bibirnya, kepala Jean maju dia menatap lamat seluruh wajah Selina. "Romantis sekali."

Jean menyudutkan Selina ke lorong yang sepi. Jemarinya menelusuri pelipis sampai bagian atas dada Selina yang terbuka. Wajah Jean mendekat, bibirnya sudah menempel di kening ke pelipis sampai di ujung bibir perempuan itu.

"Aroma tubuhmu sangat memabukkan, Sayang. Aku menyukainya," bisik Jean seduktif. Setelah mengecup singkat Jean memberi jarak antara keduanya.

Jemari Jean mengelus perut Selina. "Hi Baby."

Tatapan Jean naik. Dia menarik kedua sisi wajah Selina hingga bibir keduanya menempel, Jean melumat memasukkan lidah ke dalam rongga mulut Selina. Jean mengerang ketika mendapat balasan. Bibir laki-laki itu turun ke leher dia mengecup basah di area itu.

"Terima kasih aku mencintaimu, Sweetie."

Short Story Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang